TintaSiyasi.com -- Cendekiawan Muslim Ustaz Muhammad Ismail Yusanto menegaskan pelarangan riba bisa dipahami secara faktual dan empirik bahwa memang riba adalah sumber labilitas ekonomi.
"Larangan riba itu bisa dipahami secara faktual, secara empirik bahwa memang itu sumber labilitas ekonomi," ujar UIY sapaan akrabnya di YouTube Rafly Harun yang bertajuk Live! X-HTI Ustaz Isma1l Yusanto Bertandang Ke RH! Yok, Kita Tanya Soal Macam-macam yang Hot!, Senin (25/7/2022).
UIY memaparkan, dalam dunia ekonomi, uang secara faktual dikatakan sebagai power dari ekonomi dan tidak boleh berhenti berputar.
"Ibarat darah itu, harus terus mengalir dia. Begitu dia stag, jangan lagi berhenti, ada gangguan saja orang bisa meninggal. Kalo ke otak itu stroke, kalo ke jantung, wasalam," katanya
Ia melanjutkan, begitu juga dengan dengan uang. Uang harus terus mengalir seperti yang diajarkan Islam. Islam selalu mendorong untuk uang terus bergerak dan melarang segala sesuatu yang membuat uang tersebut berhenti, misalnya menimbun uang.
Ia sepakat dengan pernyataan host bahwa riba, bukan saja soal keyakinan, tetapi juga sistem ekonomi Islam. "Dan itu bisa dibuktikan, ada satu studi yang menarik ditulis oleh Dokter Abdul Tohir Muhsin Sulaiman dalam suatu buku aslinya berjudul Ilajul Musykilah Al-Iqtishadiyah bil Islam, menyelesaikan problem ekonomi dengan cara Islam," lanjutnya.
UIY memaparkan, di dalam buku disebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi dalam sistem kapitalis bersifat siklik. "Artinya, ketika dia tumbuh, dia tumbuh menuju puncak dan setelah sampai puncak dia akan jatuh lagi. Berapa siklusnya itu? Kata dia bergantung kepada faktor-faktor fundamental ekonomi lain. Kalau fundamental ekonomi di negara itu cukup bagus, maka siklusnya agak sedikit panjang," paparnya.
UIY melanjutkan, di dalam buku tersebut juga dijelaskan negara dengan fundamental ekonomi yang bagus, semisal Eropa, Skandinavia kira-kira 25 tahun, tapi kalau negara-negara Asia Tenggara macam Indonesia menurut Dokter Abdul Tahir antara 5 sampai 7 tahun.
"Dan itu bisa dibuktikan bahwa memang kita itu setiap kira-kira 5, 7 tahun pasti mengalami krisis. Nah, di dalam studi ikatan ahli ekonomi Islam selama 100 tahun kita ini mengalami 20 kali krisis, artinya tiap 5 tahun," lanjutnya.
Ia menerangkan, dalam kondisi krisis selalu menjadi problematika, pemerintah hendak menaruh bunga tinggi ataupun bunga rendah akan selalu menjadi masalah.
"Taruh bunga rendah, maka orang tidak mau menyimpan uangnya di bank. Akibatnya kemudian bank tidak bisa menyalurkan uangnya ke pengusaha, kegiatan usaha tutup, lalu tenaga kerja tidak terserap, akibatnya pendapatan masyarakat turun, ya itu bisa menimbulkan problem sosial," pungkasnya.[] Nabila Zidane
0 Komentar