Mengantarkan Anak Menjadi Imam bagi Orang-Orang Bertakwa

TintaSiyasi.com -- Mencetak anak menjadi seorang pemimpin merupakan orientasi pendidikan yang harus benar-benar diperhatikan dan dipentingkan untuk melangsungkan estafet kepemimpinan sebuah negara yang tidak boleh ada kata krisis akan tetapi generasi pemimpin di setiap masa selalu tersedia.

Melihat realitas kepemimpinan sekuler demokrasi hari ini, para ibu tangguh perlu merancang ulang orientasi terlahirnya anak-anak dari rahim mereka yang bukan hanya sekadar memiliki sosok anak-anak penghafal Al-Qur'an, terdepan dalam sains dan teknologi dan bisa bekerja di berbagai instansi pemerintah sementara hanya mengukuhkan sistem yang ada. Akan tetapi anak-anak tersebut adalah anak-anak yang akan menjadi imam di depan orang-orang yang bertakwa.

Bukankah seringkali kita berdoa, “Ya Rabb kami, berikanlah kepada kami pasangan-pasangan dan anak keturunankami sebagai cahaya mata dan jadikanlah kami pemimpin (imam) bagi orang-orang yang bertakwa”.

Agar anak bisa menjadi seorang pemimpin dibutuhkan kemandirian dan kemampuan mengurusi urusannya senidri. Anak yang manja dan sampai balighpun masih minta diurusin orang tua, kelak anak-anak seperti ini juga tidak akan menjadi pemimpin dan ridak bisa pula mengurusi urusan orang lain, bahkan dia adalah orang yang diurusin.

Beberapa hal yang harus disiapkan adalah:

Pertama. Tanggung jawab.

Yang paling melekat dalam diri pemimpin itu adalah tanggung jawab dan tanggung jawab yang paling agung itu adalah terhadap Allah SWT. Ajarilah anak senantiasa bertanggung jawab terhadap amanah yang diembannya sekecil apapun, misalkan tanggung jawab menjaga keutuhan mainannya atau menjaga keselamatan adiknya bila dititipkan sesaat, menjaga kebersihan, dan lain-lain. Khususnya lagi tanggung jawab terhadap amanah yang diberikan Allah SWT semisal menjaga terealisasinya hukum-hukum Allah dalam kehidupan.

Kedua.Terbiasa berpikir mencari solusi.

Pertimbangan yang bijak dan benar dalam mengambil keputusan adalah ciri pemimpin yang dicintai, bimbinglah anak selalu terlatih memikirkan masalah dan mencarikan solusi sesuai dengan landasan akidah yang telah ditanamkan. Kita bisa meminta anak memutuskan sebuah perkara pertengkaran di antara saudara yang lain, minta solusi-solusi mereka sebelum umi memberikan solusi. Bila terjadi tangis di antara mereka biarkan menangis sambil menjelaskan bahwa solusi terhadap masalah mereka tidak bisa dengan tangisan tapi bicaralah dan biarkan anak dibiasakan mencari solusi sendiri terlebih dahulu. 

Ketiga. Komunikatif.

Selalu mengkomunikasikan rencana, tujuan dan target suatu kebiasaan pemimpin sebelum beramal, maka biasakan anak mengkomunikasikan rencana-rencana hariannya kemudian seperti apa langkah yang hendak dia ambil untuk merealisasikan tujuannya. Misalkan hari ini adalah program berenang. Maka sehari sebelumnya anak sudah membicarakannya bahwa dia akan menyiapkan ini dan itu nya hingga sampai ke tujuan, bila ada hal yang kita anggap perlu disempurnakan jangan segera beri keputusan tapi berikanlah saran atau usulan kemudian minta anak mempertimbangkannya sehingga dia sendiri yg ambil keputusan.

Keempat. Mampu berpengaruh pada orang lain.

Pernah melihat anak selalu dikuntit teman-temannya, ngefans berat dan selalu minta pendapat dia terhadap banyak hal? Misalkan permainan apa yang hendak dilakukan, baiknya belajar atau menghafal Qur'an dan lain-lain. Berarti anak ini cukup berpengaruh dan potensi ini menjadikan dia sebagai subyek, pelaku akan perubahan tentunya ke arah yang lebih baik. Biasanya anak seperti ini kaya akan ide dan kreatif dan diminati teman-temannya. Kebiasaan bahasa yang fasih, kata-kata yang tegas dan lugas, pemikiran yang cemerlang mampu menjadi magnet tersendiri bagi teman dan selalu dirindukan teman-temannya.

Itu semua berkaitan erat dengan pola asuh dan pola didik oarang tua terhadap anak. Ada orang tua yang otoriter pengen instan langsung dituruti, hal ini hanya akan membentuk pola kepemimpinan otoriter karena dibentuk seperti itu, atau bisa jadi tidak bisa memimpin karena harus tunduk dan patuh di bawah perintah orang lain. Ada juga orang tua yang permisif, membolehkan apa saja keinginan anak sehingga sulit diataur dan cendrungnya merusak suasana. Ada juga orang tua yang protektif terhadap anak sehingga anak-anak kurang diberi kepercayaan yang akhirnya kehilangan kepercayaan diri.

Apa yang seharusnya ditempuh....? Tentunya pola pengasuhan yang sesuai Islam dan pola pendidikan yang berkesinambungan di atas landasan akidah Islamiah sehingga anak memiliki kepribadian Islam yang berpengaruh. Pada dasarnya anak meniru pola kepemimpinan abi dan uminya, maka kepemimpinan abi dan umi yang harus diasah lebih baik lagi dan lebih tangguh lagi sehingga ditularkan kepada anak-anaknya. Jadi pemimpin peradaban itu kelak ada pada anak-anak kita di era khilafah menggantikan kepemimpinan hari ini dalam arahan kapitalisme demokrasi. []


Oleh: Ustazah Yanti Tanjung
Pakar Parenting Islam

Posting Komentar

0 Komentar