Anak Seharga Surga


TintaSiyasi.com -- Dikandung sembilan bulan, dilahirkan susah payah, disusui dua tahun jika harus diterlantarkan tanpa pengasuhan dan pendidikan terbaik, lantas apa maknanya berpayah-payah mendapatkan keturunan?

Disambut gembira kelahirannya, diberikan nama terbaik, disembelih kambing untuk aqiqah, perasaan bahagia membuncah melengkapi hari-hari indah di dalam rumah. Jika dalam pengasuhan dan pendidikannya dijalani dengan beban-beban emosional yang akan merusak jiwa ananda, lantas apa makna bahagia melahirkannya?
 
Oleh karena itu setiap ayah dan bunda harus menyadari bahwa anak hadir di tengah-tengah ayah bunda bukanlah dihargai seadanya tanpa nilai berharga di hadapan Allah SWT. Apa lagi dihargai dengan sejumlah harta yang akan diperoleh darinya yang justru belum tentu dapat meraih bahagia apalagi ridha-Nya. 

Setiap orang tua dalam Islam menginginkan kesalehan anak dalam artian ayah bunda akan merasa puas dan bahagia jika menyaksikan anak-anaknya berada dalam ketaatan total kepada Allah SWT sehingga ketaatan itu Allah yang beli. 

Allah beli pengorbanan ketaatan itu seharga surga. Tidak ada harga yang lebih tinggi dari harga yang dijanjikan Allah SWT pada setiap nilai taat, nilai ketakwaan. Mendapatkan anak yang taat tidaklah mudah dan harganya tidak bisa dibeli oleh manusia mana pun tentu ikhtiar untuk itu bukanlah ikhtiar rendahan namun ikhtiar sungguhan dan komitmen yang tinggi untuk menjadikan perhiasan dunia ini “anak” dapat menjadi daya tarik Sang Khaliqnya untuk membelinya dengan surga. Bahkan Allah berjanji siapapun yang berjual beli dalam rangka taat dan mencari ridha-Nya akan dibayar dengan surga. 

Tauladan utama bagi orang tua dalam perkara ini adalah Nabi Ibrahim as, yang menyiapkan anaknya menjadi anak yang ketaatannya tiada bandingnya, walau Ismail berkorban nyawa dalam ketaatan tersebut. 

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ 

Sungguh telah ada untuk kalian teladan yang baik dalam diri Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya” (al-Mumtahanah: 4). []


Oleh: Ustazah Yanti Tanjung
Pakar Parenting Islam

Posting Komentar

0 Komentar