Propaganda L68T dan Diabolisme Intelektual


TintaSiyasi.com -- Segala bentuk kerusakan dan keburukan yang terjadi sepanjang sejarah kehidupan manusia adalah disaat hegemoni hawa nafsu mengalahkan hegemoni wahyu. 

Disebut zaman jahiliyah adalah disaat manusia menuhankan hawa nafsu dan mengabaikan wahyu. Dalam kondisi krisis sosiologis seperti itulah, Allah lantas mengutus RasulNya untuk meluruskan pola fikir dan pola sikap manusia agar berjalan di atas manhaj Allah.

Nabi Musa diutus Allah pada saat hegemoni nafsu menghinggapi kekuasaan firaun. Dengan segala kediktatoran dan kecongkakan, firaun berdusta mengaku sebagai Tuhan, menghalalkan yang haram dan mengharamkan yang halal. Rasulullah Muhammad SAW diutus Allah disaat hegemoni nafsu menguasai abu jahal dan Abu lahab beserta para pemujanya. 

Para Nabi dan Rasul diutus Allah untuk meneguhkan ulang eksistensi kedaulatan hukum Allah dan meleyapkan segala bentuk pemujaan atas hawa nafsu dan hukum manusia.

Sayyid Qutb mengatakan bahwa eksistensi agama ini merupakan eksistensi kedaulatan hukum Allah. Ketika kondisi asal ini ternafikan, niscaya eksistensi agama ini juga ternafikan. Yang menjadi problem utama di muka bumi sekarang bagi agama ini adalah berdirinya para taghut yang selalu melakukan perlawanan terhadap ketuhanan Allah dan merampas kekuasaanNya, kemudian dirinya diberikan otoritas untuk menetapkan peraturan perundang-undangan untuk membenarkan dan melarang jiwa, harta, dan anak.

Hakekat demokrasi yang bersifat antroposentrisme memiliki prinsip utama pemujaan terhadap hawa nafsu. Kebenaran demokrasi diukur oleh konsensus kepentingan manusia atas sesuatu. Demokrasi meyakini adanya kebebasan atas nama HAM. Akibatnya dalam demokrasi terdapat konsensus permanen atas kebebasan kepemilikan, kebebasan berekspresi dan kebebasan berfikir.

Bahkan Sokrates mengkritik demokrasi dengan pedas. Demokrasi menurutnya adalah bentuk pemerintahan yang anarkis, memberikan kesetaraan yang sembrono kepada siapapun, baik setara maupun tidak setara. Demokrasi memberikan ruang kebebasan tanpa batas. Anarkisme demokrasi akan berujung kepada kekuasaan tirani. Aristoteles menyebut demokrasi sebagai bad state atau negara yang buruk.

Demokrasi adalah mazhab politik yang pertama kali muncul pada zaman filsafat Yunani kuno di negara kota Athena. Dipimpin oleh Cleisthenes, warga Athena mendirikan negara yang umum dianggap sebagai negara demokrasi pertama pada tahun 508-507 SM. Selanjutnya, filosof Cleisthenes disebut sebagai bapak demokrasi Athena.

Dalam perkembangannya, kebebasan kepemilikan dalam demokrasi lantas melahirkan sistem ekonomi kapitalisme dimana seluruh kekayaan suatu negara bebas dimiliki oleh individu. Kapitalisme melahirkan kemiskinan dan kemelaratan di seantero dunia, karena hanya segelintir kapitalis yang memiliki kekayaan tak terbatas. Sementara rakyat banyak hanya menjadi budak mereka.

Kapitalisme tidak mengenal hukum halal dan haram sebagaimana dalam Islam. Kapitalisme melihat setiap segala sesuatu yang memiliki aspek ekonomi, maka akan dibisniskan, meskipun dampaknya negatif bagi kehidupan manusia. Bisnis prostitusi, narkoba, senjata, organ manusia dan masih banyak lagi adalah bisnis ala kapitalisme.

Di mata Muhammad Iqbal komunisme dan kapitalisme adalah dua ideologi yang penuh nafsu dan tidak punya tenggang rasa. Tuhan telah mati dalam kesadarannya. Manusia merupakan sasaran penipuan. Yang satu bangkit untuk dahaga revolusi, yang lain giat mengejar pajak. Di antara dua batu, manusia remuk binasa (Javid Nama, h. 52)

Kebebasan berekspresi melahirkan liberalisasi perilaku manusia. Demokrasi mengizinkan manusia untuk berbuat apa saja karena dilindungi oleh hak asasi manusia. Perilaku manusia seperti LGBT, seks bebas, pelacuran, mabok-mabokan dan perjudian bahkan oleh negara demokrasi seperti Amerika disahkan dan dilindungi undang-undang.

Perilaku abnormal yang bahkan binatangpun tidak melakukan seperti LGBT mendapat legitimasi hukum dalam demokrasi. Meskipun dalam Islam perilaku LGBT adalah terlarang dan bahkan pelakunya dihukum mati, namun demokrasi justru membolehkan dan melindungi. 

Padahal dalam sejarah perilaku kaum penentang Nabi Luth terbukti sebagai kemaksiatan yang mendatangkan azab pedih dari Allah.

Sementara demokrasi dengan prinsip kebebasan berfikir telah melahirkan diabolisme intelektual. Istilah diabolisme intelektual merujuk kepada watak manusia yang kerasukan iblis dalam pemikiran. 

Seperti diketahui bahwa iblis adalah pembangkang ayat-ayat Allah. Demokrasi sebagaimana terjadi hari ini telah melahirkan manusia-manusia yang berfikir seperti iblis. Karakter utama iblis adalah menolak ayat-ayat Allah dikarenakan hawa nafsunya telah menguasai dirinya.

Ketika Allah dengan tegas melarang dan mengharamkan perilaku homoseksual, namun manusia yang telah kerasukan iblis justru mengkampanyekan LGBT melalui berbagai media seperti seminar, film dan sejenisnya. Gerakan diabolisme intelektual (gerakan manusia yang kerasukan iblis) ini mendapat sokongan dari Barat.

Di koran Republika (12/2/2016) hlm. 9 pada judul “Dubes AS Dukung LGBT” terdapat berita : “Pihak Kedutaan Besar Amerika Serikat untuk Indonesia menegaskan dukungannya terhadap pernikahan sejenis di kalangan lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT). Dubes AS untuk Indonesia Robert O Blake bahkan mendesak Pemerintah Indonesia mengambil sikap serupa.”

Kesalahan utama iblis adalah sombong dan membangkang perintah Allah, bukan karena tidak tahu kebenaran. Iblis tahu akan ketuhanan Allah, namun dia disebut oleh Allah sebagai kafir karena mengingkari dan menolak kebenaran. Iblis bahkan malah mengoreksi ayat Allah tentang keutamaan Nabi Adam. 

Orang yang dengan nafsunya mengoreksi, merevisi dan meralat ayat-ayat Allah adalah anak cucu keturunan iblis.
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam,” Maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. (QS Al Baqarah : 34). Kecuali iblis. ia enggan ikut besama-sama (malaikat) yang sujud itu. (QS Al Hijr : 31). Dan (ingatlah) ketika Kami berkata kepada Malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam”, Maka mereka sujud kecuali iblis. ia membangkang. (QS Thaahaa : 116).

Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam, Maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, Maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil Dia dan turanan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu ?. Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (dari Allah) bagi orang-orang yang zalim. (QS Al Kahfi : 50).

Berbagai dalih pembelaan kepada LGBT sering dilontarkan berdasarkan HAM dan kebebasan. Kita patut bertanya. Apakah dengan kebebasan perilaku berdasarkan paradigma HAM Barat yang telah melahirkan LGBT akan membawa kemajuan hakiki bagi bangsa ini. 

Bukankah secara psikologis, perilaku LGBT merupakan kelainan kejiwaan.
Bukankah secara biologis perilaku kaum penentang Nabi Luth ini justru akan menyebarkan virus HIV/AIDS. Bukankah secara sosiologis, perilaku LGBT ini akan menular dan dalam jangka panjang akan memutus regenerasi, karena tidak lagi ada kelahiran. Bukankah secara teologis, perilaku LGBT telah dilarang oleh semua agama di Indonesia.

Namun demikian, ironisnya, LGBT di Indonesia bukan lagi sebatas perilaku kelainan kejiwaan, melainkan telah menjadi gerakan politis sosiologis yang diusung oleh organisasi dan didanai oleh asing. 

Lebih ironis lagi, pemerintah tidak secara tegas mengambil tindakan pelarangan musuh peradaban bangsa ini. Umat Islam tidak boleh diam, sebab mendiamkan kemungkaran diibaratkan sebagai setan bisu. Setiap ada propaganda LGBT harus ditolak, demi keselamatan generasi dan peradaban bangsa ini. Jika ada film yang mempropagandakan LGBT wajib diboikot dan ditolak.

Gerakan masif propaganda LGBT dengan sokongan dana asing telah merisaukan mayoritas keluarga bangsa Indonesia. Gerakan propaganda LGBT adalah bagian dari rekayasa sosial (social angineering) yang akan berdampak kerusakan institusi keluarga dan peradaban bangsa Indonesia. Bahkan banyak kalangan yang beranggapan gerakan LGBT merupakan perang generasi IV yang biasa disebut dengan istilah proxy war.

Sampai kapanpun iblis akan terus berusaha mencari teman dan pasukan dari kalangan manusia. Sementara manusia adalah makhluk Allah yang lemah jika tidak terikat kepada wahyu Allah. Hanya keimanan dan ketaqwaan yang kokoh yang akan mampu bertahan dari hasutan iblis. Manusia yang menghamba kepada nafsu, dunia dan tahta akan mudah dihasut oleh iblis.

Allah memberi kesempatan kepada iblis untuk menyesatkan manusia dengan segala kemampuan yang ada padanya. Tetapi segala tipu daya setan itu tidak akan mampu menghadapi orang-orang yang benar-benar beriman. 

Perhatikan firman Allah berikut :
Dan hasutlah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. dan tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan kepada mereka melainkan tipuan belaka. (QS Al Israa : 64).

Sayangnya negeri ini justru menerapkan sistem demokrasi, maka tidak heran jika akan muncul manusia-manusia berwatak iblis dalam penguasaan ekonomi, kebebasan perilaku dan bahkan kebebasan berfikir. 

Jangan heran jika ada manusia dengan sombongnya melawan ayat-ayat Allah, seolah wahyu Allah tak lagi relevan dengan kehidupan zaman sekarang. Manusia berwatak iblis pemuja demokrasi itu menyalahkan Al-Qur’an dan al Hadis berdasarkan hawa nafsunya.

Sebagai akhir dari tulisan ini, mari kita renungkan pesan Sayyid Qutb bahwa Usaha bijak dan pengorbanan yang cerdas, pertama kali harus diorientasikan untuk membangun masyarakat yang baik. Masyarakat yang baik adalah masyarakat yang dibangun berdasarkan manhaj Allah. Ketika masyarakat telah mengalami kerusakan total, ketika jahiliyah telah merajalela, ketika masyarakat dibangun dengan selain manhaj Allah dan ketika bukan syariat Allah yang dijadikan asas kehidupan, maka usaha-usaha yang bersifat parsial tidak akan ada artinya. 

Ketika itu usaha harus dimulai dari asas dan tumbuh dari akar, dimana seluruh energi dan jihad dikerahkan untuk mengukuhkan kekuasaan Allah di muka bumi. Jika kekuasaan ini telah tegak dan kuat, maka amar makruf dan nahi mungkar akan tertanam sampai ke akar-akarnya. Tolak propaganda LGBT, selamatkan generasi dan peradaban bangsa.



Oleh: Dr. Ahmad Sastra, M.M.
Ketua Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa

Posting Komentar

0 Komentar