TintaSiyasi.com -- Islamofobia menjadi istilah yang tren atau populer sejak beberapa tahun belakangan ini. Menurut wikipedia.org disebutkan bahwa islamofobia adalah istilah kontroversial, yang merujuk pada prasangka, diskriminasi, ketakutan dan kebencian terhadap Islam dan muslim. Istilah ini sudah ada sejak tahun 1980-an, tetapi menjadi lebih populer setelah peristiwa Serangan 11 September 2001.
Negeri-negeri yang mayoritas muslim maupun minoritas menjadi sasaran dari islamofobia. Setiap Ramadhan datang kaum muslim di Palestina selalu menjadi kekejaman dari Yahudi laknatullah. Ketika mereka melaksanakan ibadah shalat termasuk tarawih, serangan ditujukan kepada mereka. Korban luka-luka dan meninggal berjatuhan.
Begitu pula muslim minoritas Uighur Xinjiang mengalami nasib yang sama, mendapat perlakuan yang keji dari pemerintah China. Muslim India diperlakukan hal yang sama. Dan masih banyak lagi negeri muslim yang menjadi pihak yang tertindas dan terzalimi. Tidak ketinggalan Indonesia yang mayoritas penduduknya muslim terbesar di dunia.
Apakah Hari Anti Islamofobia Bisa
Hentikan Islamofobia?
Seiring dengan maraknya islamofobia, PBB menetapkan tanggal 15 Maret sebagai Hari Anti Islamofobia. Bak gayung bersambut, Menteri Agama mendukung penetapan hari itu. Menurut Menag, semua bentuk prasangka dan ketakutan yang dialamatkan kepada agama, harus diperangi. Sebab, itu adalah salah satu faktor yang mengancam kerukunan dan harmoni antarumat beragama.
Memang benar pernyataan dari Menag tersebut. Tetapi yang harus kita cermati adalah, pernyataan tersebut bermakna umum serta bias. Karena selama ini pernyataan beliau sendiri sering menyudutkan ajaran Islam dan kaum muslim. Artinya Menag sendiri melakukan upaya islamofobia. Seperti azan disamakan dengan gonggongan anjing. Sontak pernyataan ini mendapat reaksi dari masyarakat.
Islamofobia yang populer setelah peristiwa serangan WTC 11 September 2001, ternyata tidak bisa dilepaskan dengan terorisme atau ekstremisme. Dengan peringatan Hari Anti Islamofobia ini, terlihat seakan ajaran Islam dan kaum muslim yang dibela. Tetapi sejatinya di balik semua itu ternyata hanya topeng dari negara besar yaitu Amerika Serikat untuk mempertahankan hegemoninya. Jauh panggang dari api untuk menuntaskan Islamofobia, bahkan semakin menguatkan kebencian orang-orang kafir Barat terhadap Islam dan kaum Muslim.
Akar Masalah Islamofobia
Untuk kita ketahui, islamofobia ini lahir dari kebencian Barat terhadap Islam dan kaum muslim. Ideologi kapitalisme yang diemban oleh Barat untuk memerangi Islam sebagai ideologi, menjadikan Islam dan kaum muslim sebagai sasaran Islamofobia.
Barat dengan ideologi kapitalismenya memusuhi ideologi Islam. Mereka sangat ketakutan dengan kebangkitan Islam. Sehingga berbagai upaya terus mereka lakukan untuk membuat narasi kebencian terhadap Islam.
Upaya sistematis terus mereka lakukan karena tanda-tanda kehancuran ideologi kapitalisme sudah semakin dekat. Sementara kebangkitan Islam semakin menunjukkan perkembangan pesat, dengan ditandai kesadaran kaum muslim akan pentingnya Islam mengatur kehidupan. Jadi islamofobia semakin gencar mereka lakukan dengan harapan kaum muslim benci dan memusuhi Islam.
Umat Butuh Perisai
Di era pertarungan pemikiran dan peradaban saat ini memberi peluang yang sangat besar terhadap maraknya islamofobia. Umat sudah lebih dari satu abad kehilangan perisai yang bisa melindungi dari berbagai serangan. Ditambah kelatahan dari berbagai pihak yang memiliki kepentingan untuk melampiaskan kebencian, memenangkan kepentingan politik dan ekonomi serta mengekalkan kebusukan peradaban batilnya.
Baru-baru ini pernyataan seorang Rektor salah satu Institut di Kalimantan yang jelas-jelas bernada sinis serta penuh kebencian terhadap Islam. Pernyataannya diunggah di akun sosial media pribadi. Walaupun mendapat kecaman dari masyarakat dan saat ini sudah dilaporkan tetapi kasus-kasus serupa tetap akan bermunculan selama perisai bagi kaum muslim belum terwujud. Tidak cukup kecaman yang dilakukan untuk menghentikan islamofobia. Terlebih bagi para pemimpin muslim, dibutuhkan tindakan nyata untuk mewujudkan kepemimpinan Islam. Dengan kepemimpinan seorang Khalifah dalam bingkai Khilafah merupakan perisai yang akan mengembalikan kemuliaan Islam dan kaum muslim. InsyaAllah. Wallahu a'lam.[]
Oleh: Haryati
Aktivis Muslimah
0 Komentar