Menjadi Pribadi yang Beriman


TintaSiyasi.com -- Sobat. Manusia seyogyanya memusatkan perhatian pada kekuatan yang mereka miliki dan itu anugerah Ilahi yang luar biasa. Prestasi karena bakat anugerah Allah. Bukan pada upaya untuk meningkatkan atau melenyapkan kelemahan. Agar berhasil secara mudah, kerahkan segala kekuatan anda untuk beramal, bukan untuk meratapi kelemahan.

Sobat. Keyakinan kita bahwa Allah menciptakan kita dengan bentuk yang paling sempurna dan Maha Karya Allah yang luar biasa. Dan Allah menciptakan kita tidak main-main maka jangan main-main dalam hidup ini. Anda juga bisa hebat secara alamiah dalam bidang anda. Jika anda sungguh-sungguh memahami kekuatan Anda sendiri, kehebatan akan menjadi kenyataan. Dengan menggunakan kekuatan Anda dalam kehidupan sehari-hari, anda bisa berhasil dan maju.

وَإِن يُرِيدُوٓاْ أَن يَخۡدَعُوكَ فَإِنَّ حَسۡبَكَ ٱللَّهُۚ هُوَ ٱلَّذِيٓ أَيَّدَكَ بِنَصۡرِهِۦ وَبِٱلۡمُؤۡمِنِينَ (٦٢)

Dan jika mereka bermaksud menipumu, maka sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindungmu). Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan para mukmin.” ( QS Al-anfal (8) : 62 ).

Sobat. Bila kaum Yahudi dan kaum musyrikin hendak menipu atau hendak mencari kesempatan untuk menyerang dengan adanya perdamaian, maka Allah memberikan jaminan kepada Nabi Muhammad SAW bahwa hal itu tidak akan membahayakan kaum Muslimin. Cukuplah Allah (sebagai pelindung), Allah senantiasa melindungi Rasul-Nya dan melindungi umat Islam dan akan memberikan kemenangan kepada mereka bila musuh-musuh itu menyerang kembali.

Sobat. Allah telah memperkuat kedudukan Rasul-Nya dengan pertolongan yang diberikan-Nya kepada kaum Muslim di masa-masa yang lalu seperti yang terjadi pada Perang Badar, di mana kaum Muslim dalam keadaan lemah dan sedikit jumlahnya. Mereka dapat mengalahkan kaum musyrikin yang berlipat ganda dan lengkap per-senjataannya. Allah telah mempersatukan hati kaum Muslim sehingga mereka hidup rukun dan damai, cinta mencintai, dan saling menolong, sehingga mereka merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan, padahal mereka sebelumnya hidup bersuku-suku dan bermusuhan antara satu golongan dengan golongan yang lain. 

Mereka pada mulanya terdiri dari kaum Muslim yang datang ke Madinah dan kaum Anshar penduduk Madinah yang menyambut kedatangan kaum Muslim itu. Kaum Anshar sendiri dahulunya terpecah-belah terdiri dari suku Aus dan Khazraj. Antara kedua suku ini senantiasa terjadi permusuhan dan peperangan. Tetapi dengan kehendak Allah mereka semuanya menjadi umat yang bersatu di bawah panji-panji iman, bersedia mengorbankan harta dan jiwa untuk menegakkan kalimah Allah. 

Sobat. Ini adalah satu karunia dari Allah yang tidak ternilai harganya yang tidak dapat dicapai walaupun dengan mengorbankan semua harta dan kekayaan. Kesatuan hati, kesatuan tekad dan kesatuan cita-cita dan ideologi adalah hal yang amat penting dan berharga untuk mencapai satu cita-cita. Inilah karunia Allah yang telah dimiliki oleh kaum Muslim pada masa itu. Karena pentingnya karunia itu dan amat tinggi nilainya Allah mengingatkan mereka agar selalu mengingat Allah dengan firman-Nya:

Dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara. (Ali 'Imran/3: 103).

Sobat. Maka dengan pertolongan Allah dan persatuan kaum Muslim serta rasa cinta, kasih sayang yang terjalin antara sesama mereka, betapa pun kesulitan dan bagaimana pun besar bahaya yang akan menimpa tentu akan dapat ditanggulangi dan diatasi.

Sobat. Allah memperingatkan pula dalam ayat ini bagaimana tingginya nilai persatuan itu, sehingga bila Nabi Muhammad sendiri menghabiskan semua kekayaan yang ada di bumi untuk mencapainya pasti dia tidak akan berhasil. Tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka dengan iman yang kuat dan rasa kasih-sayang yang tinggi. Ini adalah satu tanda bahwa Allah meridai kaum Muslimin dan merestui perjuangan mereka dan mereka tidak perlu merasa khawatir sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.

Allah SWT berfirman :

إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ ٱللَّهُ وَجِلَتۡ قُلُوبُهُمۡ وَإِذَا تُلِيَتۡ عَلَيۡهِمۡ ءَايَٰتُهُۥ زَادَتۡهُمۡ إِيمَٰنٗا وَعَلَىٰ رَبِّهِمۡ يَتَوَكَّلُونَ (٢)

Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (QS. Al-Anfal (8) : 2).

Sobat. Iman adalah memercayai. Orang yang beriman adalah orang yang memercayai bahwa Allah adalah Tuhan yang benar, Mahaawal, Mahaakhir, Mahaesa, Mahahidup, Mahakuasa, Maha Mengatur, Maha mendengar, Maha Melihat, Maha berfirman yang firman qadim dan tidak terbatas, Maha raja serta Maha berbuat terhadap apa yang dikehendaki-Nya.

Sobat. Orang yang beriman juga memercayai bahwa Allah menurunkan kitab-kitab, mengutus para Rasul, dan menghidupkan kembali orang-orang yang mati. Orang yang beriman pun memercayai bahwa semua ajaran yang dibawa para rasul utusan-Nya itu benar.

Buah Iman adalah takut terhadap ancaman Allah, mengharapkan janji Allah, membesarkan keagungan Allah, melaksanakan perintah Allah, menjauhi larangan Allah, bersabar terhadap keputusan Allah, bersyukur terhadap nikmat-nikmat Allah, membutuhkan Allah secara berkelanjutan, zuhud terhadap apapun yang memutuskan hubungan dengan Allah, bertawakal kepada Allah, cinta dan rindu kepada Allah, ridha terhadap ketetapan Allah, niat ikhlas dalam amal perbuatan karena Allah, jujur di tempat tersembunyi dalam hubungannya dengan Allah, introspeksi diri atas segala perbuatan untuk Allah, memikirkan nikmat-nikmat Allah, mengawasi dan malu kepada Allah dan sifat-sifat terpuji lainnya.

Sobat. Ketahuilah bahwasanya Iman bisa bertambah dan berkurang. Perbedaan itu terlihat dalam perbedaan buah-buah Iman. Iman itu bisa bertambah sesuai kesadaran bertakwa dan zikir, dan bisa berkurang sesuai sifat lupa dan lalainya hati. Rasulullah SAW bersabda, “ Pelaku Zina, pada saat sedang berzina, sedang tidak beriman. Peminum arak/khamr, pada saat sedang meminum arak, tidak sedang beriman”. Alasannya, karena dia sedang lalai saat bermaksiat kepada Allah, atau tidak sedang beribadah kepada-Nya, sehingga imannya berkurang disebabkan hal tersebut. []


Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
CEO Educoach, Penulis Buku Goreskan Tinta Emas, Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo, Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Posting Komentar

0 Komentar