Jangan Lupakan Akhirat

TintaSiyasi.com -- Sobat. Baginda Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa tujuannya akherat, pasti Allah SWT  menyatukan  seluruhnya, ia jadi kaya hati dan dunia merendah kepadanya, dan yang tujuannya semata harta dunia, maka Allah SWT  memberantakkan urusannya, hidupnya  selalu dibayang-bayangi kemiskinan dan harta dunia tiada  diperoleh  kecuali yang ada ketentuannya”.

Suatu saat  Umar  bin Khattab  ra  masuk ke rumah Rasulullah SAW, beliau bangun  di atas  tikarnya yang membekas pada pinggangnya, lalu ia menangis  melihatnya. Kemudian beliau bersabda, “Kenapa engkau menangis wahai Umar?”

Ingatanku pada raja Kisra  dengan segala kemewahan dan  kemegahannya, padahal engkau  adalah Rasul  Allah SWT sampai di pinggangmu membekas garis-garis tikar. Beliau bersabda, “Mereka  diberi kesenangan kontan hanya di dunia, sedangkan kami kesenangannya kelak di akhirat”.

Sobat. Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra berkata: “Yang benar-benar dikhawatirkan menimpa kalian  dua perkara yaitu ; pertama. Menghayal  dengan panjang angan-angan. Kedua. Menuruti nafsu, karena  akibatnya lupa akherat, dan kedua menentang  kebenaran padahal  dunia telah merayap membelakangi kami, sedang akherat akan datang pada kami, masing-masing punya anak-anak, maka jadilah anak-anak akherat  jangan anak-anak dunia, bahwasanya saat  ini beramal tiada hisab, sedang kelak yang ada hanya hisan, tiada amal. Maksudnya perbanyaklah amal dalam kesempatan hidup ini, karena kelak tidak dapat beramal.

Allah SWT berfirman :

إِنَّمَا مَثَلُ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا كَمَآءٍ أَنزَلۡنَٰهُ مِنَ ٱلسَّمَآءِ فَٱخۡتَلَطَ بِهِۦ نَبَاتُ ٱلۡأَرۡضِ مِمَّا يَأۡكُلُ ٱلنَّاسُ وَٱلۡأَنۡعَٰمُ حَتَّىٰٓ إِذَآ أَخَذَتِ ٱلۡأَرۡضُ زُخۡرُفَهَا وَٱزَّيَّنَتۡ وَظَنَّ أَهۡلُهَآ أَنَّهُمۡ قَٰدِرُونَ عَلَيۡهَآ أَتَىٰهَآ أَمۡرُنَا لَيۡلًا أَوۡ نَهَارٗا فَجَعَلۡنَٰهَا حَصِيدٗا كَأَن لَّمۡ تَغۡنَ بِٱلۡأَمۡسِۚ كَذَٰلِكَ نُفَصِّلُ ٱلۡأٓيَٰتِ لِقَوۡمٖ يَتَفَكَّرُونَ   (٢٤)

Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-permliknya mengira bahwa mereka pasti menguasasinya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang berfikir.” (QS. Yunus (10) :  24).

Sobat. Ayat ini menerangkan sifat kehidupan dunia dan perumpamaan yang tepat ditinjau dari segi kefanaanya, seperti lenyapnya suatu harapan yang mulai timbul pada diri seseorang. Sifat dunia seperti ini diserupakan dengan air hujan yang diturunkan Allah dari langit. Dengan air itu tumbuhlah beraneka macam tanaman dan tumbuhan, yang beraneka rupa dan berlainan rasa yang menjadi makanan bagi manusia dan binatang. Lalu permukaan bumi ditutupi oleh keindahan pemandangan dari pohon-pohon yang menghijau, yang dihiasi oleh bunga dan buah-buahan yang beraneka warna. Pada saat itu timbullah harapan dan cita-cita manusia yang mempunyai kebun itu, seandainya tumbuh-tumbuhan itu berbuah dan bisa dipetik. 

Di tengah harapan yang demikian, datanglah malapetaka yang memusnahkan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan itu, sehingga bumi yang berhiaskan pohon yang beraneka warna itu tiba-tiba menjadi datar dan rata seakan-akan belum pernah ditumbuhi apapun. Pada saat itu, sirnalah harapan dan cita-cita itu, sebagaimana kehidupan dan kesenangan duniawi yang dapat pula sirna seketika.

Kefanaan hidup di dunia itu ditegaskan oleh firman Allah:

Maka apakah penduduk negeri itu merasa aman dari siksaan Kami yang datang malam hari ketika mereka sedang tidur? Atau apakah penduduk negeri itu merasa aman dari siksaan Kami yang datang pada pagi hari ketika mereka sedang bermain? (QS. al-Araf/7: 97-98).

Sobat. Sebagaimana Allah telah memberikan perumpamaan yang tepat dan jelas dalam melukiskan keadaan kehidupan dunia dan tertipunya manusia oleh kehidupan itu karena pengaruh setan dan mengikuti hawa nafsu, maka seperti itu pulalah jelas dan terangnya Allah menerangkan hakikat tauhid, pokok-pokok agama, budi pekerti yang baik dan amal-amal yang shalih yang harus dikerjakan dan dipatuhi. 

Sobat. Hanya orang-orang yang mau menggunakan akal pikiran yang sehatlah yang dapat memahami perumpamaan dan penjelasan itu. Banyak manusia yang lalai dan ingkar karena merasa dirinya telah merasa cukup, merasa sanggup dan merasa berkuasa, sehingga lupa akan tujuan hidup dan kehidupan yang sebenarnya.

Sobat. Abu Laist As-samarqandi  dalam Tanbihul Ghafilin menyebutkan bahwa orang yang setiap harinya  menganggap dunia ini sangat penting atau diutamakan melebihi yang lainnya, maka Allah SWT menimpakan tiga bencana yaitu :
Pertama. Kekacauan yang tiada henti-hentinya.
Kedua. Kesibukan  yang tiada istirahatnya.
Ketiga. Perasaan fakir (miskin) sepanjang hidupnya.  (al-Hadis) 

Allah SWT berfirman :

أَيَحۡسَبُونَ أَنَّمَا نُمِدُّهُم بِهِۦ مِن مَّالٖ وَبَنِينَ نُسَارِعُ لَهُمۡ فِي ٱلۡخَيۡرَٰتِۚ بَل لَّا يَشۡعُرُونَ (٥٥)-(٥٦)

Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (berarti bahwa), Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak, sebenarnya mereka tidak sadar.“ (QS. Al-Mukminun (23) : 55-56).

Sobat. Pada ayat ini Allah menerangkan bahwa orang-orang kafir itu telah ditipu dan diperdayakan oleh harta dan anak-anak mereka padahal harta kekayaan dan anak-anak yang banyak itu bukanlah tanda bahwa Allah meridai mereka. Mereka membangga-banggakan harta dan kekayaan mereka terhadap kaum Muslimin yang di kala itu dalam keadaan serba kekurangan, seperti tersebut dalam firman Allah:

Dan mereka berkata, "Kami memiliki lebih banyak harta dan anak-anak (daripada kamu) dan kami tidak akan diazab." (QS. Saba/34: 35).

Sobat. Sebenarnya Allah memberikan kelapangan rezeki kepada orang kafir hanya semata-mata untuk menjerumuskan mereka ke lembah kemaksiatan dan kedurhakaan karena sikap mereka yang sangat congkak dan sombong terhadap ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Dengan harta dan anak-anak yang banyak itu mereka akan menjadi lupa daratan seakan-akan merekalah yang benar dan berkuasa. Apa saja yang mereka lakukan adalah hak mereka walaupun dengan perbuatan itu mereka menginjak-injak hak orang lain dan menganiaya kaum yang lemah. Tetapi pada suatu saat Allah pasti akan menyiksa mereka, karena menjadi sunnatullah bahwa kezaliman dan penganiayaan itu tidak akan kekal, bahkan akan hancur dan musnah. Hal ini ditegaskan Allah dalam firman-Nya:

Maka janganlah harta dan anak-anak mereka membuatmu kagum. Sesungguhnya maksud Allah dengan itu adalah untuk menyiksa mereka dalam kehidupan dunia dan kelak akan mati dalam keadaan kafir. (QS. at-Taubah/9: 55).

Dan firman-Nya:
Dan jangan sekali-kali orang-orang kafir itu mengira bahwa tenggang waktu yang Kami berikan kepada mereka lebih baik baginya. Sesungguhnya tenggang waktu yang Kami berikan kepada mereka hanyalah agar dosa mereka semakin bertambah; dan mereka akan mendapat azab yang menghinakan. (QS. Ali 'Imran/3: 178).

Sobat. Qatadah, seorang mufassir telah memberikan ulasannya mengenai ayat ini sebagai berikut, "Allah telah memperdayakan orang-orang kafir itu dengan harta dan anak-anak mereka. Hai anak Adam, janganlah kamu menganggap seseorang terhormat karena harta kekayaan dan anak-anaknya, tetapi hormatilah dia karena iman dan amal shalih".

Diriwayatkan dari Ibnu Mas`ud bahwa Rasulullah SAW bersabda:
Sobat. Sesungguhnya Allah telah membagi-bagi akhlak di antara kamu sebagai-mana Dia telah membagi-bagikan rezeki di antara kamu. Sesungguhnya Allah memberikan nikmat dunia kepada orang yang diridai-Nya dan kepada orang yang tidak diridhai-Nya. Dan Dia tidak memberikan keteguhan beragama melainkan kepada yang Ia ridha. 

Dan barangsiapa yang Allah berikan kepadanya keteguhan beragama, berarti Allah meridainya. Demi Tuhan yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidak Islam seorang hamba kecuali bila telah Islam pula batin dan lidahnya, tidak beriman dia kecuali tetangganya merasa aman terhadap kejahatannya. Para sahabat bertanya, "Apakah kejahatannya itu, ya Rasulullah?" Rasulullah menjawab, "Penipuan dan kezalimannya." (Riwayat Ahmad)

Sobat. Abdullah  bin Mas’ud  ra  berkata, “Manusia hidup di dunia ini bagaikan tamu, sedangkan harta  pinjaman, maka tamu  harus segera  berangkat meninggalkan  tempat dan pinjaman  harus segera dipulangkan”. []


Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si.
Penulis Buku The Power pf Spirituality, Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo, Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Posting Komentar

0 Komentar