Hakikat dan Keutamaan Meraih Takwa

TintaSiyasi.com -- Sobat. Tujuan ibadah Ramadhan adalah meraih ketakwaan kita kepada Allah bukan sekadar ritual ibadah namun sarana penggemblengan jiwa raga untuk meraih takwa. Imam al-Ghazali  menjelaskan dalam kitab Minhajul ‘Abidin bahwa takwa merupakan harta karun yang sangat berharga. Apabila kau menemukannya, betapa banyak kau akan mendapatkan mutiara indah, permata yang berkilau, kebaikan yang banyak, rezeki yang berlimpah, kemenangan yang besar, keuntungan yang tak terhingga, dan kerajaan yang agung. Seakan-akan kebaikan dunia dan akherat telah dihimpun dalam satu wadah bernama takwa.

Sobat. Penulis temukan ada 12 ayat Al-Qur'an  yang berbicara  tentang Takwa dan keutamaannya:

Pertama. Pujian dan sanjungan kepada orang-orang yang bertakwa. Silahkan baca QS Ali Imran (3) ayat 186.
Kedua. Mendapatkan penjagaan dan perlindungan Allah dari musuh. Silahkan baca QS. Ali Imran (3) ayat 120.
Ketiga. Mendapatkan dukungan dan pertolongan Allah. Silahkan baca QS. An-Nahl (16) : 128.
Keempat. Dibebaskan dari kesusahan dan diberi rezeki yang halal. Silahkan baca QS. Ath-Thalaq (65) ayat 2-3
Kelima. Diperbaikinya amal. Silahkan baca QS. Al-Ahzab (33) ayat 70-71.
Keenam. Mendapatkan ampunan dari dosa. Silahkan baca QS. Al-Ahzab (33) ayat 70.
Ketujuh. Dicintai oleh Allah SWT. Silahkan baca QS. At-Taubah (9) : 4
Kedelapan. Diterimanya amal. Baca QS al-Maidah (5) ayat 27.
Kesembilan. Mendapatkan kemuliaan dan Kehormatan. Baca QS. Al-Hujurat (49) ayat 13.
Kesepuluh. Mendapatkan kabar gembira di dunia dan di akherat. Silahkan baca QS Yunus (10) ayat 63-64.
Kesebelas. Selamat dari api neraka. Baca QS Maryam (19) ayat 72.
Keduabelas. Mendapakan anugerah kehidupan yang kekal di dalam surge. Baca QS Ali Imran (3) ayat 133.

Sobat. Takwa menurut al-Ghazali adalah menyucikan hati dari dosa yang belum pernah kau lakukan sebelumnya. Sehingga karena tekad yang kuat untuk meninggalkan dosa-dosa itu, kau mendapatkan perlindungan dari berbagai bentuk kemasiatan. 

Sobat. Di dalam Al-Qur'an, kata takwa dipergunakan dalam tiga hal yakni antara lain:

Pertama. Takwa berarti  rasa takut dan segan kepada Allah SWT. ( Baca QS. al-Baqarah (2) ayat 41 dan ayat 281).

Kedua. Takwa berarti taat dan ibadah. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Ali Imran (3) ayat 102:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ (١٠٢)

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.”

Abdullah bin Abbas ra menafsirkan ayat di atas, “Taatlah kalian kepada Allah dengan sebenar-benarnya ketaatan. ”Mujahid berkata tentang tafsir sebenar-benarnya takwa. “Hendaklah Allah  SWT ditaati dan tidak didurhakai, hendaklah Dia diingat dan tidak dilupakan, hendaklah Dia disyukuri dan tidak dikufuri.”

Ketiga. Takwa yang berarti penyucian hati dari dosa-dosa. Inilah makna hakiki dari kata takwa.  Allah SWT berfirman:

وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَيَخۡشَ ٱللَّهَ وَيَتَّقۡهِ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡفَآئِزُونَ  (٥٢)

Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan.” ( QS. An-nur (24) : 52 ).

Sobat. Siapa yang menaati semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya karena meyakini bahwa mengerjakan perintah Allah itulah yang akan membawa kepada kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat, meninggalkan semua larangan-Nya, akan menjauhkan mereka dari bahaya dan malapetaka di dunia dan di akhirat dan selalu bertakwa kepada-Nya, dan berbuat baik terhadap sesama manusia, maka mereka itu termasuk golongan orang-orang yang mencapai keridaan Ilahi dan bebas dari segala siksaan-Nya di akhirat.

Saya tutup artikel ini dengan nasehat Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani, ”Menghadaplah kepada Tuhanmu dengan segenapmu. Tinggalkanlah besok di sisi kemarin, sebab bisa saja besok engkau mati. Dan, Kamu, Hai orang kaya! Janganlah kesibukanmu dengan kekayaanmu melalaikanmu dari-Nya, sebab bisa saja engkau fakir. Janganlah engkau bersama sesuatu, tetapi jadilah bersama Sang Pencipta segala sesuatu yang tidak sesuatu pun serupa dengan-Nya. Janganlah engkau merasa lega dengan selain-Nya.”

Salam dahsyat dan luar biasa! []


Oleh: Dr. Nasrul Syarif, M.Si
CEO Educoach, Penulis Buku Gizi Spiritual dan Dosen Pascasarjana IAI Tribakti Lirboyo, Wakil Ketua Komnas Pendidikan Jawa Timur

Posting Komentar

0 Komentar