TintaSiyasi.com -- Geostrategist sekaligus Direktur Institut Muslimah Negarawan (IMuNe) Dr. Fika Komara, M.Si. menjelaskan, habitat Muslimah negarawan itu seperti pohon dan memberi manfaat kepada orang lain.
“Habitat Muslimah negarawan itu tumbuh seperti pohon, akarnya kuat, cabangnya menjulang ke langit, berbuah, dan memberi manfaat kepada orang lain,” ungkapnya dalam kajian Muslimah Peradaban di YouTube Peradaban Islam ID, Senin, (10/01/2022).
Menurutnya, pohon yang dapat menghasilkan, berbuah, serta produktif, karena tumbuh di atas tanah yang subur. Hal tersebut menggambarkan seorang Muslim yang berdedikasi dan tumbuh untuk umat. Tentunya memerlukan media tumbuh, habitat dan unsur yang lainnya.
“Sekarang Muslimah negarawan hidup di masyarakat yang literasinya rendah, berarti mereka harus mencari strategi. Harus mengindikasi apa saja di lingkungannya yang kurang, kemudian apa yang bisa membuatnya tumbuh dan berkembang. Selalu berusaha mencari solusinya,” paparnya.
Ia menambahkan, ketika Muslimah negarawan memiliki cita-cita besar jangan sekadar panjang angan-angan, tetapi betul-betul serius dan istiqamah untuk mewujudkannya. Cita-cita tersebut bukan semata cita-cita individualistis, demi ego dan eksistensi diri, tetapi didedikasikan untuk umat dan Islam. Itu adalah cita-cita yang luar biasa.
“Ketika kita memiliki cita-cita yang didasari keimanan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya dan akan dipersembahkan untuk umat Rasulullulah SAW, tentu kita ingin cita-cita itu tumbuh dan mempengaruhi, mengakar dalam diri, dan menumbuhkan kita menjadi sosok penjaga Islam yang terpercaya,” tegasnya.
Ia menyakini, ketika Muslimah negarawan berada di lingkungan yang buruk, di sekelilingnya tidak menyakini kalimat tayibah, yaitu orang sekuler, pragmatis, dan liberal, maka mau tidak mau akan terpengaruh juga.
“Bukan berarti seorang Muslimah negarawan justru mengasingkan diri, sebaliknya harus punya kekuatan untuk memastikan terikat pada satu komunitas yang memiliki komitmen menegakkan kalimat tayibah, baik secara individu atau jamaah yang terjun di masyarakat, melakukan amar makruf nahi mungkar, menegakkan syiar tauhid di tengah-tengah masyarakat,” jelasnya.
Baginya, menjadi Muslimah negarawan dalam persepektif Islam itu harus berkepribadian Islam, memiliki habitat untuk menajamkan aqliyah, karena harus berhadapan dengan zaman yang penuh fitnah, agenda setting, dan manuver Islam yang menyerang dari berbagai arah.
“Maka dibutuhkan ketajaman aqliyah bagi seorang Muslimah negarawan untuk membaca itu semua, membalikkan serangan mereka, dan bisa mempertahankan dan membela Islam,” pungkasnya.[] Riana
0 Komentar