Hudzaifah bin Yaman, Si “Bodycam” Rasulullah


TintaSiyasi.com -- Bodycam bukanlah hal asing bagi sebagian orang, khususnya para polisi penegak hukum. Bodycam adalah alat canggih berbentuk seperti kamera dan berfungsi untuk merekam kejadian, baik berupa visual maupun suara.

Di negara-negara maju, bodycam sudah digunakan untuk membantu kinerja para polisi. Kepolisian Republik Indonesia (Polri) melalui Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya juga sudah mulai menggalakkan pemasangan bodycam pada anggotanya, khususnya kepada anggota patroli jalan raya (PJR). Ada 16 bodycam yang akan dibagikan kepada 7 induk petugas PJR. (kumparan.news, 11/12/2019)

Semakin berkembangnya teknologi, semakin canggih pula bodycam yang diproduksi. Sebut saja Israel, yang kini sedang mengembangkan bodycam dengan kemampuan mengenali wajah meskipun terlihat samar atau sedang memakai masker.

Dany Tirza, mantan kolonel angkatan darat Israel, mengatakan bahwa perusahaannya yakni Yotoz Ltd ingin memproduksi bodycam yang bisa memudahkan polisi mengawasi keramaian dan melakukan deteksi secara real time, meski wajahnya samar. Dia pun mengatakan sedang bekerja sama dengan perusahaan Corsight AI yang berbasis di Tel Aviv (merdeka.com, 23/1/2022).

Dikonfirmasi pula bahwa cara kerjanya adalah dengan mengumpulkan berbagai foto yang diambil dari beberapa dekade kemudian dicocokkan dengan database yang dimiliki. Bahkan pada November 2021, mantan tentara Israel mengungkapkan bahwa mereka memotret ribuan orang Palestina untuk dibuatkan database program pengawasan pengenalan wajah menangis di Kota Hebron, Tepi Barat.

Tentu proyek ini tidak serta merta disetujui oleh pihak-pihak yang bekerja sama dengan perusahaan ini. Salah satunya yaitu Microsoft yang mengundurkan diri pada tahun 2020 lalu. Microsoft mengundurkan diri dari perusahaan pengenal wajah Israel, AnyVision, yang sekarang bernama Oosto. Hal ini dilakukan karena perusahaan itu diduga memata-matai orang Palestina.

Sungguh tak henti-hentinya Israel membuat konflik dengan Palestina. Tak segan pula mereka membuat “playing victim”, seolah merekalah yang sedang teraniaya dan dipojokkan. Jika masih ada sedikit saja hati nurani, tak mungkin mereka melakukan perbuatan keji kepada Palestina. Apalagi sibuk membuat alat untuk memata-matai mereka.

Perilaku tajassus atau memata-matai sesama saudara muslim tidaklah dibenarkan di dalam Islam, apalagi dilakukan untuk mencari-cari keburukannya. Tetapi jika untuk tatabuk (mencari tahu) informasi berkaitan dengan musuh dan untuk merencakan siasat perang, maka dibolehkan. Sebagaimana pengutusan beberapa sahabat dalam peperangan melawan Quraisy, Yahudi, kafir harbi, orang munafik, dan para penentang Islam.

Hudzaifah bin al Yaman, salah satu sahabat Rasulullah yang terakreditasi sebagai penyimpan rahasia. Predikat ini tidaklah berlebihan baginya. Dia pantas mendapatkannya sebab kecerdasan dan kekuatan menjaga amanah berupa informasi penting dan rahasia Rasulullah.

Hudzaifah menyimpan data-data orang munafik di sekitar Rasulullah, dia juga mengetahui konspirasi yang ada diantara kaum munafik serta rencana jahat untuk menghancurkan kaum muslim (adz Dzahabi, Siyar a’lam an Nubala/3/320).

Hudzaifah pernah menyimak khutbah Rasulullah yang menyatakan, “Tidak ada sesuatu pun yang akan terjadi hingga datang hari kiamat kecuali orang yang beliau jelaskan. Yakni hafallah orang yang hafal, dan lupalah orang yang lupa. Para sahabat pun mengetahui itu. Sungguh, aku dapat mengingat apa yang disampaikan saat itu, sebagaimana seorang laki-laki yang mengingat wajah orang yang pergi kemudian bertemu kembali.” (Al Muntakhabat/I/174)

Dua riwayat ini pun menjelaskan bagaimana istimewanya kedudukan Hudzaifah bin Yaman di sisi Rasulullah. Bahkan dia juga sempat diutus untuk mengintai musuh di perang Khandaq guna memastikan posisi musuh, apakah melakukan pengepungan atau sudah mundur.

Menyusup di medan perang dan berada di wilayah musuh secara sendirian bukanlah hal yang mudah. Banyak kemungkinan yang akan dihadapi jika tertangkap oleh musuh. Mulai dari penyekapan, penginterogasian, bahkan pembunuhan. Inilah yang dihadapi Hudzaifah. Di tengah suasana yang mencekam dan diselimuti hawa dingin, dia harus kokoh memegang amanah dari Rasulullah.

Inilah sosok bodycam pada zaman Rasulullah. Mampu merekam semua informasi yang diberikan dan menyimpannya rapat-rapat sebagai rahasia yang hanya boleh diketahui oleh Rasulullah saja. Lebih istimewa lagi, Hudzaifah juga pandai mengenali wajah seseorang meski hanya bertemu sekali.

Dengan keistimewaannya ini, Hudzaifah diberi julukan pemegang rahasia Rasulullah. Dia pun dipercaya oleh para sahabat atas lisannya yang selalu berkata jujur. Di masa kepemimpinan Umar bin Khattab, dia diberi amanah menjadi wazir di wilayah Nahawand.

Dengan mengenali sifat dan perilaku Hudzaifah ini, sebagai kaum muslim harusnya juga mengikuti jejaknya. Mampu menjaga amanah dan rahasia dengan rapat, bergerak cepat dan tepat ketika berhadapan dengan para musuh Islam, serta berani mengambil risiko demi menjaga marwah Islam.
Wallahu a’lam bish shawab.


Oleh: Maulinda Rawitra Pradanti, S.Pd
(Aktivis dakwah)

Posting Komentar

0 Komentar