TintaSiyasi.com -- Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Dr. M. Rizal Taufikurrahman menyatakan jika negara tidak serius, maka akan sulit untuk melunasi utang
"Kalau tidak serius untuk kesitu ya, agak sulit. Dan apa namanya politik anggarannya kalau masih seperti ini. Dan utang juga masih menjadi bagian didalam pembiayaan belanja fiskal kita. Ya, agak sulit itu untuk bisa dalam jangka menengah utang negara kita akan lunas," ungkapnya dalam Refleksi dan Prediksi Keumatan; Peluang dan Tantangan Peradaban Islam, Kamis, (30/12/2021) di kanal YouTube Forum Doktor Muslim Peduli Bangsa.
Ia menjelaskan bahwa, utang pokok negara tahun ini sangat besar, hampir 800 triliunan hanya untuk membayar bunga dan utang pokoknya.
"Bayangkan saja utang kita itu sudah 6.800 triliun, atau 7.000 triliun utang pemerintah pusat. Kalau ditambah dengan utang (Badan Usaha Milik Negara) BUMN dan juga swasta hampir diatas 18.000 triliun dan utang (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) APBN kita itu 2.000 triliun. Bisa dibayangkan gitu ya, jadi kapan bisa kira-kira melunasi utang?" ujarnya.
Ia juga menegaskan pemerintah harus berani dan merencanakan dengan tepat kalau betul-betul mau melunasi utang.
"Jadi tentu itu harus betul-betul direncanakan dengan tepat dan pemerintah juga harus berani. Melalui apa? Pertama, dari sisi potensi ekonomi, maka pemerintah harus memanfaatkan betul sektor-sektor yang bisa memberikan devisa kita sangat tinggi gitu ya. Yang kedua, pemerintah harus bernegosiasi ya kepada para debitor yang selama ini memberikan pinjaman kepada kita," imbuhnya.
Ia juga menjelaskan yang sangat penting adalah pelunasan utang harus diupayakan dari penerimaan pengelolaan sumber daya alam bukan dari utang apalagi dari pajak.
"Jadi utang mestinya tidak boleh dibayar oleh utang lagi. Jadi selama inikan uang untuk belanja fiskal kita oleh utang. Kemudian utang lagi dibayar oleh utang gitu ya. Apalagi kalau sudah masuk waktu tempo pembayaran," ujarnya.
Menurutnya barang tambang (negeri ini) sangat potensial sehingga pemerintah harus mencoba mengolah, mendorong serta mengoptimalisasikan sumber daya alam yang ada.
Menurutnya keterbatasan teknologi menjadi masalah untuk tidak mengekspor bahan mentah. Sehingga membuat daya saing produk-produk tambang dipasar dunia jadi kurang kompetitif.
"Banyak sebenarnya hal-hal yang menjadi PR begitu ya, untuk apa namanya untuk melunasi, untuk mendapatkan pendapatan nasional gitu ya yang kemudian kita pelan-pelan membayar utang," pungkasnya. []Fadhilah Fitri
0 Komentar