TintaSiyasi.com -- Moderasi beragama kian masif dihembuskan. Para pemangku kebijakan sedang mengegolkan proyek besar ini dengan dalih toleransi dan mewujudkan kerukunan antar umat beragama.
Program penguatan moderasi beragama pun sudah masuk dalam Rencana Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Kementerian Agama, Menag Yaqut Cholil Qoumas menegaskan keseriusannya dalam implementasi program penguatan moderasi tersebut. Dalam mewujudkan program ini, sejumlah kebijakan dan arahan pun dibuat.
Di bawah kepemimpinannya, Kelompok kerja (Pokja) Moderasi Beragama Kemenag telah menyelesaikan peta jalan Moderasi Beragama. Kemenag sedang mengajukan penerbitan Peraturan Presiden (Perpres) sebagai payung hukumnya. Peta jalan tersebut nantinya akan menjadi panduan bersama, tak hanya Kemenag tapi juga Kementrian/Lembaga serta instasi terkait lainnya, (republika.co.id, 23/12/2021).
Rupanya moderasi beragama dijadikan proyek besar oleh penguasa. Dipersiapkan sebegitu detailnya. Sebenarnya ada apa dibalik gencarnya narasi moderasi beragama ini?
Seperti diketahui, proyek moderasi beragama saat ini sebenarnya merupakan upaya agar umat Islam menjalankan kehidupan Islam versi barat. "Islam setengah hati dan jangan terlalu dalam mempelajari agama,". Itulah yang diinginkan dari moderasi beragama.
Alhasil apa-apa yang dibuat dari ajaran barat, umat Islam pun mendukung dan boleh mengadopsinya. Tujuan utama dari proyek ini adalah agar umat Islam tak boleh menjalankan ajaran Islam secara sempurna. Dan pada akhirnya umat Islam tak pernah lagi menegakkan aturan Allah secara menyeluruh.
Proyek moderasi beragama memang proyek yang dibuat Barat. Barat tak ingin Islam bangkit memimpin kembali dunia. Melalui penguasa negeri ini yang berkiblat pada kehidupan sekuler, proyek ini pun berusaha dikampanyekan di tengah-tengah umat. Dengan adanya proyek ini ditujukan agar tercipta ajaran Islam moderat.
Istilah Islam moderat sebenarnya tidak ada dalam khazanah Islam baik secara terminologi pemikiran, fikih, maupun konteks politik Islam. Kata moderat atau jalan tengah muncul dari ide Barat yang ingin memisahkan urusan agama dari kehidupan. Setiap individu diperbolehkan memeluk agama namun dalam kehidupan publik aturan yang dipakai tidak boleh atas nama agama. Atau yang kita kenal istilah sekularisme. Sistem yang memisahkan agama dari kehidupan.
Islam moderat berasal dari pemahaman barat, dimana menyamakan Islam dengan agama selain Islam. Ajaran Islam cukup diamalkan hanya sebatas ibadah ritual namun menolak Islam politik. Selanjutnya, pemahaman ini akan disebarkan untuk melemahkan pemahaman kaum Muslim tentang syar'iat Islam secara sempurna.
Sehingga, Barat bisa melanggengkan penjajahan mereka atas negeri-negeri Islam. Umat Islam pun menjadi mudah menerima ajaran Barat yang sekuler dan liberal. Maka, dari sinilah Barat memahamkan toleransi menurut Islam moderat tak lagi sebatas menghargai tapi sudah masuk ke ranah pencampuradukan pengamalan beragama yang diharamkan Islam
Barat menancapkan kuku penjajahan secara halus dengan penerapan aturan negara berasas sistem negara sekuler dengan berbalut moderasi beragama, menjadikan penguasa tak mampu melindungi rakyatnya dalam menjalankan ajaran Islam secara sempurna. Ketaatan kepada Allah pun dipersulit.
Oleh karena itu, umat Islam seharusnya waspada dengan arus moderasi beragama ini. Jangan sampai umat Islam membiarkan proyek moderasi beragama ini melenggang seenaknya, meracuni pemikiran umat Islam. Sehingga umat Islam tak mengenal bagaimana syar'iat Islam sebenarnya.
Moderasi beragama ini merupakan cara halus untuk memisahkan urusan agama dari kehidupan yang pada akhirnya syari'at Islam tidak diterapkan secara sempurna.
Langkah umat Islam untuk menolak arus moderasi beragama yang sangat berbahaya ini, adalah berupaya mengembalikan kehidupan Islam ke tengah-tengah umat. Berupaya menerapkan aturan-aturan Allah dalam menjalankan kehidupan karena Islam merupakan sebaik-baiknya aturan yang berasal dari Allah.
Allah berfirman: "Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu" (Qs. Al-Baqarah:208).
Dengan penerapan syari'at Islam secara sempurna akan mewujudkan toleransi dan kerukunan antar umat beragama yang benar. Seperti apa yang pernah diterapkan Rasulullah.
Rasulullah dalam menerapkan aturan Islam secara keseluruhan kepada semua warga negara tanpa pandang bulu. Baik muslim maupun nonmuslim diberi perlindungan yang sama. Nonmuslim diberi keleluasaan dalam menjalankan ajaran agamanya seperti tata cara ibadah, pernikahan, makanan dan minuman sesuai keyakinannya, serta tidak dipaksa meninggalkan agamanya. Muslim dan nonmuslim pun hidup berdampingan secara damai dan sejahtera dalam naungan sistem Islam.
Oleh: Alfiana Prima Rahardjo, S.P.
Sahabat TintaSiyasi
0 Komentar