Pertemuan Xi Jinping dan Biden, Pengamat: Pertemuan Hegemoni



TintaSiyasi.com-- Pengamat Politik Internasional Umar Syarifuddin mengatakan pertemuan Presiden ke-7 Cina, Xi Jinping dan Presiden Amerika Serikat ke-46, Joe Biden adalah pertemuan yang hegemoni.

“Karena kita melihat bahwa pertemuan Xi Jinping dan Biden adalah pertemuan yang hegemoni, dengan standar gandanya ingin memaksakan kehadiran dan pengaruhnya terhadap negara-negara yang ditekan Cina agar menurunkan permusuhannya dan sikapnya, perlawanan terhadap Amerika Serikat,” katanya dalam Kabar Petang dengan tema: Analisi di Balik Pertemuan Virtual Biden dan Xi Jinping, Kamis (18/11/2021) di kanal YouTube Khilafah News.

Ia menganalisis bahwa pertemuan virtual Amerika Serikat setidaknya mencari celah dalam berbagai konfrontasi terbuka maupun dalam pernyataan-pernyataan terbuka dimana hari ini Amerika tidak lagi membatasi diri untuk menyembunyikan diskusi dari media bahwa Cina sebagai ancaman global.

Ia menambahkan, walaupun Cina sendiri menggunakan kebijakan-kebijakan yang lebih terbuka untuk menantang kebijakan Biden itu sendiri. “Sehingga Joe Biden sendiri terus meningkatkan kewaspadaan tentang pokok bahaya komunisme Cina serta adanya budaya dan perbedaan nilai dengan Cina,” tambahnya.

Ia menegaskan, termasuk hari ini Amerika Serikat dengan serius memperluas konflik bilateral menjadi konflik peradaban ideologi. Sehingga, Amerika hari ini dapat memimpin dunia Kapitalis untuk menghadapi Cina dan mengepung Cina dari berbagai sisi.

Ia menekankan, termasuk Amerika menekan negara-negara Eropa untuk mengurangi dukungan mereka dengan Cina serta membatalkan beberapa perjanjian perdagangan dan pertukaran teknologi. “Amerika memperingatkan siapapun negara yang ingin mendekati Cina atau membangun hubungan bilateral cukup baik dengan Cina tentu akan menghadapi bahaya tekanan intervensi Amerika Serikat,” katanya.

“Amerika Saat ini terus melakukan berbagai startegi kerja sistematis untuk mengajak dunia menghadapi Cina baik itu oleh konferensi, lewat perjanjian-perjanjian regional,” ujarnya.

Amerika tidak lagi menahan diri untuk menghadapi Cina secara lunak tetapi terus melakukan kebijakan yang konfrontatif, berusaha untuk membatasi kemampuan Cina dan memaksa hegemoni Amerika Serikat di kawasan Indo-Pasifik khususnya di Laut Cina Selatan. [] Wiji Lestari

Posting Komentar

0 Komentar