Tidak Terpenuhi Syarat-Syarat an-Nushrah pada Quraisy Sebelum Fathu Makkah

TintaSiyasi.com-- Soal:

Assalamu alaikum wa rahmatullah wa barakatuhu.

Syaikhuna, saya punya pertanyaan seandainya Anda berkenan. Sudah diketahui bahwa Nabi SAW meminta pertolongan dari kabilah-kabilah, tetapi apakah Quraisy termasuk kabilah yang Nabi SAW meminta an-nushrah dari mereka?
Semoga Allah memberikan balasan yang lebih baik kepada Anda.


Jawab:

Waalaikumussalam wa rahmatullah wa barakatuhu.

Thalab an-nushrah itu dari orang yang menjawab seruan kepada Islam dan masuk Islam. Dan dari para pemilik kekuatan dan perlindungan yang mana memungkinkannya menolong Islam dan menegakkan hukum dengan apa yang telah Allah turunkan. Kedua syarat ini wajib terpenuhi pada orang yang darinya dimintai an-nushrah. Jika dia tidak menjawab seruan kepada Islam dan masuk Islam, atau tidak termasuk pemilik kekuatan dan perlindungan yang mampu merealisasi perubahan, dia sendiri dan kabilahnya atau bersama yang lain, maka tidak termasuk ahlu an-nushrah. Quraisy tidak terpenuhi padanya hal itu sebelum Fathu Mekah. Pemilik kekuatan dan perlindungan (ahlu al-quwwah wa al-manaah) di Quraisy yang mampu melakukan perubahan ketika itu tidak masuk Islam. Dan karenanya Rasul SAW tidak meminta an-nushrah dari mereka. Tetapi Rasul SAW menyeru kepada Islam di Makkah dan yang masuk Islam adalah orang-orang lemah, dan sebagian orang kuat secara individual tanpa kabilah mereka, sehingga mereka tidak mampu merealisasi perubahan, seperti Umar dan Hamzah. Oleh karena itu, tidak ada thalab an-nushrah dari penduduk Makkah karena tidak terpenuhinya dua syarat tersebut. Tetapi yang ada di Makkah adalah dakwah menyeru kepada Islam. Di sana tidak ada yang menjawab kepada Islam dari kalangan ahlu al-quwwah wa al-manaah di Makkah yang mampu merealisasi perubahan, dan karenanya di situ tidak ada thalab an-nushrah di Makkah, tetapi Makkah ditaklukkan dengan Fathu Makkah. Dan oleh karena itu, Rasulullah SAW menawarkan dirinya kepada kabilah-kabilah yang memiliki kekuatan dan perlindungan. Beliau pertama-tama menyeru mereka kepada Islam, kemudian meminta pertolongan (an-nushrah) mereka jika mereka masuk Islam. Berikut sebagian dari hal itu yang ada di dalam sirah:

Pertama, dari Sîrah Ibni Hisyâm:

Pertama- Thalab an-nushrah dari Tsaqif:
Ibnu Ishaq berkata: ketika Abu Thalib meninggal, Quraisy bisa mencapai dari Rasulullah SAW gangguan yang tidak bisa dicapai selama masa hidup paman Beliau, Abu Thalib. Maka Rasulullah SAW keluar ke Thaif mencari pertolongan dari Tsaqif dan perlindungan dengan mereka dari kaum Beliau, dengan harapan mereka menerima apa yang Beliau bawa dari Allah azza wa jalla, maka Beliau pun keluar kepada mereka sendirian.
Ibnu Ishaq berkata: “Yazid bin Ziyad telah menceritakan kepadaku, dari Muhammad bin Kaab al-Qurzhiy, ia berkata: “ketika Rasulullah SAW berhenti ke Thaif, Beliau menyengaja kepada sekelompok dari Tsaqif. Mereka ketika itu adalah para pemimpin Tsaqif dan para pemuka mereka. Mereka adalah tiga bersaudara: Abdu Yalail bin Amru bin Umair, Masud bin Amru bin Umair dan Habib bin Amru bin Umair bin Awf bin Uqdah bin Ghirah bin Awf bin Tsaqif. Salah seorang mereka beristerikan seorang wanita dari Quraisy dari Bani Jumah. Rasulullah SAW duduk kepada mereka dan menyeru mereka kepada Allah dan berbicara kepada mereka tujuan yang Beliau bawa kepada mereka berupa pertolongan atas Islam dan berdiri bersama Beliau terhadap orang yang menyalahi Beliau dari kaum Beliau. Salah seorang dari mereka berkata kepada Beliau: “dia memakai pakaian Kabah jika Allah mengutusmu”. Yang lain berkata: “apakah Allah tidak menemukan seorang pun yang Dia utus selain engkau”. Yang ketiga berkata: “demi Allah aku tidak berbicara denganmu selamanya. Jika engkau seorang utusan dari Allah seperti yang engkau katakan, sungguh engkau lebih berbahaya daripada saya membalas ucapan kepadamu. Dan jika engkau berdusta atas nama Allah, maka tidak selayaknya aku berbicara denganmu. Maka Rasulullah SAW berdiri dari sisi mereka, dan Beliau putus asa dari kebaikan Tsaqif.

Kedua- Rasul menawarkan dirinya kepada Bani Amir.
Ibnu Ishaq berkata: “az-Zuhri telah menceritakan kepadaku bahwa Rasul mendatangi Bani Amir bin Shashaah. Beliau menyeru mereka kepada Allah azza wa jalla dan menawarkan diri beliau kepada mereka. Salah seorang laki-laki dari mereka yang disebut Baiharah bin Firas berkata kepada beliau -Ibnu Hisyam berkata: Firas bin Abdullah bin Salamah (al-Khayr) bin Qusyair bin Kaab bin Rabiah bin Amir bin Shashaah-: “demi Allah, seandainya engkau mengambil pemuda dari Quraisy ini niscaya orang arab memakanmu. Kemudian dia berkata: bagaimana pandanganmu jika kami membaiatmu atas urusanmu, kemudian Allah memenangkanmu terhadap orang yang menyalahimu, apakah perkara tersebut menjadi milik kami sesudahmu? Beliau bersabda: perkara tersebut milik Allah yang dia letakkan menurut kehendak-Nya. Ibnu Ishaq berkata: Dia (Baiharah) berkata kepada beliau: apakah engkau melemparkan leher kami kepada orang arab untuk menolongmu, dan jika Allah memenangkanmu, perkara tersebut untuk selain kami, kami tidak ada keperluan dengan urusanmu, lalu mereka enggan terhadapnya.

Kedua: dari buku al-Bidâyah wa an-Nihâyah karya Ibnu Katsir ad-Dimasyqi:

[Dia (Ali bin Abiy Thalib) berkata: kemudian kami berhenti ke majelis yang memiliki ketenteraman dan kestabilan, dan jika para syekh mereka memiliki ukuran-ukuran dan lembaga. Maka Abu Bakar maju dan menyampaikan salam -Ali berkata: Abu bakar terdepan dalam segala kebaikan- dan Abu Bakar berkata kepada mereka: dari kaum siapakah? Mereka berkata: dari Bani Syaiban bin Tsalabah.
Abu Bakar menoleh kepada Rasulullah SAW dan berkata; demi bapak dan ibumu, tidak ada setelah mereka kemuliaan di kaum mereka.
Dan dalam satu riwayat; tidak ada di belakang mereka udzur dari kaum mereka, dan mereka orang pilihan di kaum mereka dan mereka orang-orang pilihan.
Di kaum itu ada yang bernama Mafruq bin Amru, Hani bin Qabishah, al-Mutsanna bin Haritsah, dan an-Numan bin Syuraik. Yang paling dekat kepada Abu Bakar dari mereka adalah Mafruq bin Amru. Mafruq bin Amru lebih unggul dalam penjelasan dan lisan terhadap mereka. Dia punya dua jalinan rambut yang jatuh di dadanya. Dia yang paling dekat duduknya dengan Abu Bakar.
Abu Bakar berkata kepadanya: bagaimana jumlah kalian? Dia berkata kepada Abu Bakar: kami lebih dari seribu dan seribu bukanlah kecil. Abu Bakar berkata kepadanya: bagaimana kekuatan pada kalian? Dia berkata: kami harus bersungguh-sungguh dan tiap kaum punya kemuliaan. Abu Bakar berkata: bagaimana perang antara kalian dan musuh kalian? Mafruq berkata: kami paling keras dalam pertempuran ketika kami marah, dan kami mengutamakan kuda terhadap anak-anak, senjata terhadap asupan, dan pertolongan itu berasal dari Allah, kadang kami menang dan kadang kami kalah, mungkin engkau adalah saudara Quraisy? Abu Bakar berkata: jika telah sampai kepada kalian bahwa Dia adalah utusan Allah, maka itulah dia.
Mafruq berkata: telah sampai kepada kami bahwa dia menyebutkan hal itu, lalu kepada apa engkau menyeru hai suadara Quraisy?” Kemudian dia menoleh kepada Rasulullah, maka Beliau pun duduk dan Abu Bakar berdiri menaungi Beliau dengan pakaiannya. Beliau SAW bersabda:

«أَدْعُوكُمْ إِلَى شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَنِّي رَسُولُ اللَّهِ، وَأَنْ تؤوونى وَتَنْصُرُونِي حَتَّى أُؤَدِّيَ عَنِ اللَّهِ الَّذِي أَمَرَنِي بِهِ، فَإِنَّ قُرَيْشًا قَدْ تَظَاهَرَتْ عَلَى أَمْرِ اللَّهِ، وَكَذَّبَتْ رَسُولَهُ، وَاسْتَغْنَتْ بِالْبَاطِلِ عَنِ الْحَقِّ، وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ»...

“Aku menyeru kalian kepada kesaksian bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah semata, tidak ada sekutu untuk-Nya dan bahwa aku adalah utusan Allah, dan agar kalian mendukung dan menolongku sampai aku tunaikan dari Allah yang Dia perintahkan kepadaku, sebab Quraisy telah menentang perintah Allah, mendustakan utusan-Nya dan memilih kebatilan dengan meninggalkan kebenaran, dan Allah adalah Mahakaya lagi Mahaterpuji."

Mafruq berkata: ini al-Mutsanna dan pemilik keputusan perang kami. Al-Mutsanna berkata: aku telah mendengar ucapanmu dan aku menilai baik ucapanmu hai suadara Quraisy, dan apa yang engkau katakan membuatku takjub. Jawabannya adalah jawaban Hani bin Qabishah, dan kami meninggalkan agama kami dan kami mengikutimu ke majelis tempat engkau duduk kepada kami, dan tidak lain kami tinggal di antara dua jembatan, yang satu adalah al-Yamamah dan yang lain as-Samawah.
Rasulullah SAW berkata kepadanya: apakah dua jembatan itu (ash-sharyân)?
Dia berkata kepada Beliau: adapun yang satu, adalah barisan-barisan daratan dan bumi arab, dan yang lain adalah bumi Persia dan sungai-sungai Kisra. Tidak lain kami tinggal di atas perjanjian yang diambil atas kami oleh Kisra agar kami tidak membuat perkara dan tidak menolong pembuat perkara. Boleh jadi perkara yang engkau seru kami kepadanya termasuk perkara yang dibenci oleh raja-raja. Adapun apa yang di sebelah negeri Arab maka dosa pelakunya diampuni dan alasannya diterima, sedangkan apa yang di sebelah negeri Persia maka dosa pelakunya tidak diampuni dan alasannya tidak diterima. Jika engkau ingin agar kami menolong dan melindungi engkau dari apa yang di sebelah arab maka kami lakukan”.
Rasulullah SAW bersabda: 

«مَا أَسَأْتُمُ الرَّدَّ إِذْ أَفْصَحْتُمْ بِالصِّدْقِ، إِنَّهُ لَا يَقُومُ بِدِينِ اللَّهِ إِلَّا مَنْ حَاطَهُ مِنْ جَمِيعِ جَوَانِبِهِ»

“Engkau tidak buruk dalam menolak sebab engkau menjelaskan dengan jujur, sesungguhnya tidak ada yang menegakkan agama Allah kecuali orang yang melingkupinya dari segala sisinya."

Kemudian terjadilah Baiat Aqabah pertama dan kedua, kemudian hijrah dan tegak daulah. Ringkasnya bahwa ahlu al-quwwah wa al-manaah di Makkah tidak terealisir pada mereka selama tahun-tahun pertama Rasul SAW di Makkah. Belum terealisir pada mereka Islam, kemudian belum terealisir pada mereka kesiapan untuk menolong Rasulullah SAW. Oleh karena itu Rasulullah SAW tidak meminta pertolongan mereka untuk menegakkan daulah di Makkah melalui an-nushrah. Sebaliknya Beliau memintanya dari orang yang pada mereka hal itu terealisir dengan mereka menjawab untuk masuk Islam dan mereka termasuk ahlu al-quwwah wa al-manaah yang mampu melakukan perubahan. Maka kaum Anshar meraih kemuliaan agung itu di dunia dan akhirat dan yang demikian itu merupakan kemenangan yang agung. Dan setelahnya daulah Islam menaklukkan Makkah.

Saya berharap di dalam jawaban ini ada kecukupan, wallâh alam wa ahkam. []


Oleh: Syekh Atha bin Khalil Abu ar-Rasytah
06 Shafar 1443 H/13 September 2021 M

Posting Komentar

0 Komentar