TintaSiyasi.com-- Menyikapi bobolnya sepuluh sistem jaringan internal kementerian dan lembaga pemerintahan Indonesia, termasuk Badan Intelijen Negara (BIN), oleh peretas China, Direktur Global Cyber Wacth Rif'an Wahyudi mengatakan, hal tersebut bukan hal yang remeh dan serasa ditelanjangi.
"Peretasan tentu bukan hal yang remeh. Karena, sesuatu yang seharusnya menjadi rahasia, kemudian dapat diketahui oleh orang lain. Sehingga, kita merasa ditelanjangi," ungkapnya dalam Kabar Petang di kanal YouTube KC News, Sabtu (18/09/2021).
Rif'an prihatin atas terjadinya peretasan tersebut. Terlebih lagi, dari sepuluh institusi tersebut salah satunya adalah milik BIN, yang seharusnya memiliki sistem ketahanan yang kuat.
"Seharusnya, BIN memiliki sistem ketahanan yang kuat dari para hacker, tapi faktanya, bisa kebobolan juga. Inilah yang patut kita prihatinkan," ujarnya.
Ia menjelaskan, secara umum peretasan dapat terjadi pada semua institusi negeri ataupun swasta. Namun, jika terjadi kepada institusi negara akan dapat mengancam keamanan data publik yang sangat rahasia.
"Dikhawatirkan akan terjadi penyalahgunaan situs yang dampaknya akan merugikan masyarakat luas. Misalnya, saat masyarakat mengklik sebuah tautan informasi pemerintah, ternyata isinya virus, dan ini kan sangat mengganggu," jelasnya.
Ia juga menyebut dampak lain dari bahaya peretasan tersebut adalah sampai pada upaya pemblokiran dan memungkinkan dapat dibajaknya web tersebut kemudian diubah isi kontennya.
"Bagi yang mengakses bisa menjadi sesuatu yang memalukan, meskipun ada juga yang sifatnya hanya memberi tahu bahwa sistemmu lemah," tuturnya.
Adapun bahaya lain, menurutnya adalah, apabila kemudian kontennya diubah hingga pada tingkat pencurian data.
"Tentu saja hal ini tidak bisa dianggap remeh, apalagi hingga konten diubah sampai pada tingkat pencurian data termasuk sampai menyebabkan sistemnya down atau rusak sama sekali," pungkasnya.[] Nabila Zidane
0 Komentar