TintaSiyasi.com-- Sejumlah pejabat yang tergabung dalam tim pemakaman jenazah Covid-19 Kabupaten Jember, menerima honor bernilai fantastis dari kematian pasien Covid-19. Jumlah honor yang diterima oleh masing-masing pejabat sebesar Rp 70.500.000. Honor diberikan atas SK Bupati Nomor 188.45/107/1.12/2021 tertanggal 30 Maret 2021 tentang struktur tim pemakaman jenazah Covid-19 (Kompas.com, 29/8/2021).
Adapun honor tersebut diterima oleh Bupati, Sekretaris Daerah, Plt Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jember hingga Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Jember. Total honor yang mereka terima diperkirakan Rp 282.000.000 (Kompas.com, 29/8/2021).
Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI), Hermawan Saputra mengkritisi bahwa pejabat yang mendapat honor tersebut termasuk kategori moral hazard (Merdeka.com, 27/8/2021).
Belum kering air mata karena kehilangan anggota keluarga dan sanak saudara yang terpapar Covid-19. Terungkapnya fakta bahwa pejabat daerah mendapat honor atas pemakaman jenazah Covid-19 semakin menyesakkan dada. Para oknum tersebut ibarat menabur garam dalam sayatan. Sepertinya sudah hilang empati dan rasa kemanusiaan.
Honor yang diperoleh pejabat daerah tersebut cukup fantastis. Mereka menerima dengan penuh suka cita di atas duka rakyat yang sedang mendera. Berita ini sungguh mengusik kewarasan publik. Sindiran hingga kecaman dilontarkan publik kepada pejabat terkait. Mereka bukannya bekerja dengan segenap usaha untuk mengatasi pandemi agar segera berakhir, justru memperoleh honor dari proses monitoring pemakaman pasien Covid-19.
Bukankah memang pejabat daerah bertugas untuk monev (monitoring). Rasanya tak pantas bila pejabat daerah menikmati insentif di atas penderitaan rakyat dan keluarga korban meninggal. Semakin besar jumlah korban meninggal maka honor yang mereka peroleh semakin fantastis. Terlebih dengan lonjakan kasus Covid-19 beberapa bulan terakhir, tak heran bila mereka meraup untung ratusan juta rupiah.
Sungguh malang nasib rakyat, sakit terpapar Covid-19 penanganannya kurang maksimal. Meninggal justru dimanfaatkan sebagai sumber kekayaan dan keluarga melanjutkan kehidupan dalam kegetiran. Publik menilai para oknum pejabat daerah itu sengaja memanfaatkan korban Covid-19 sebagai sumber pendapatan. Terlebih ini terkesan memanfaatkan kondisi pandemi demi meraup keuntungan.
Sudah menjadi kewajiban pejabat dan segenap jajarannya untuk menanggulagi persoalan yang terjadi, termasuk menanggulangi pandemi. Salah satunya dengan memudahkan pengobatan, pencegahan hingga pemakaman korban Covid-19. Dengan demikian pemerintah seharusnya bertanggung jawab penuh atas segala bentuk pelayanan publik. Tapi mereka justru meminta imbalan atas kewajiban yang memang seharusnya dikerjakan. Masih adakah ruang kepedulian pejabat terhadap derita rakyat? Bila pejabatnya minus empati, rakyat pun bisa demikian.
Beginilah nasib rakyat ketika hidup dalam pengurusan sistem demokrasi kapitalisme. Hidup dalam kesulitan dan kezaliman penguasa. Pemerintah seharusnya menjalankan tugas yang diamanahkan tanpa mengambil keuntungan. Sungguh tidak dibenarkan negara bertransaksi jual beli dengan rakyatnya. Pejabat publik seharusnya melayani publik dengan baik sebagaimana amanah dan tanggungjawab yang diemban.
Inilah cerminan sistem demokrasi, kekuasaan diraih berdasarkan suara terbanyak dari rakyat yang dielu-elukan sebagai sistem yang paling ideal di negeri ini. Nyatanya terus melahirkan ‘pengkhianatan’ terhadap rakyat. Setelah kasus ini mengular ke publik sikap dari pemerintah yang ada justru saling lempar tanggung jawab.
Sungguh malang nasib rakyat karena terus diurus oleh pejabat yang tidak bertanggung jawab. Tak jarang rakyat menjumpai aparat yang lebih mementingkan kelompok dan dirinya daripada urusan rakyatnya. Beginilah mentalitas pejabat dalam sistem demokrasi.
Ini berbeda jauh dengan sistem Islam. Islam memiliki panduan lengkap untuk orang-orang yang dipilih menjadi pejabat publik. Komitmen para pemimpin adalah bekerja keras untuk menyejahterakan rakyat. Bukan orang yang suka berpikir mencari-cari sumber pendapatan di luar gaji lewat jabatan.
Sebagaimana amanah Rasulullah SAW terkait seorang pemimpin, “Sebaik-baik pemimpin adalah mereka yang kau cintai dan mereka juga mencintaimu. Kamu menghormati mereka dan mereka pun menghormati kamu. Begitu pula sejelek-jeleknya pemimpin adalah mereka yang kamu benci dan mereka pun benci kepada kamu. Kamu melaknat mereka dan mereka pun melaknatmu” (HR. Muslim).
Sebagaimana pula yang telah dicontohkan oleh Khalifah Umar bin Khattab ra, beliau mencontohkan pada malam hari seperti rahib yang berdoa dan menangis memohon ampun kepada Allah SWT atas setiap kelalaiannya. Mungkin saja ada rakyatnya yang belum terpenuhi kebutuhannya. Beliau pada malam hari juga berkeliling dengan rekannya berpatroli untuk memastikan kebutuhan setiap rakyatnya telah terpenuhi, tidak tidur kedinginan dan tidak merasa kelaparan. Beliau juga mengatakan, “Jika rakyatku lapar biarlah aku orang yang pertama kali merasakannya. Dan jika rakyatku kenyang biarlah aku orang yang terakhir menikmatinya”.
Masyaallah, sungguh mengagumkan sosok pemimpin seperti Khalifah Umar. Beliau rela kelaparan dan kedinginan demi kesejahteraan rakyatnya. Sosok pemimpin yang menjadi kesatria pada siang hari dan seperti rahib pada malam hari. Beliau menyadari betul amanah yang diembannya, pertanggungjawabannya langsung kepada Allah SWT. Maka beliau tidak main-main dalam kepengurusan umat. Bahkan beliau tidak hanya memperhatikan urusan manusia tapi juga hewan-hewan dan alam ini agar tetap mendapatkan haknya.
Pemimpin atau penguasa dalam Islam harus memiliki kriteria tertentu. Pertama, memiliki fisik yang kuat. Karena, pemimpin bekerja siang dan malam untuk mengurusi rakyat sehingga harus memiliki fisik yang prima. Kedua, memiliki belas kasih terhadap rakyat jangan sampai rakyat menderita atas kebijakan yang dibuat. Ketiga, siap dipecat ketika salah dalam menjalankan tugasnya. Pemimpin harus berani bertanggung jawab dan siap menerima segala resiko atas perbuatannya, tidak berdalih dan mencari-cari alasan hingga luput dari pemecatan.
Sungguh umat kini pasti rindu sosok pemimpin selayaknya Umar bin Khattab, Umar bin Abdul Aziz, Salahudin Al-Ayyubi, Muhammad Al-Fatih, Abdul Hamid II, dan para pemimpin Islam lainnya. Umat akan tenang dan tenteram hanya dengan penerapan sistem Islam secara kaffah. Yakni, dengan penerapan Daulah Khilafah Islamiyah ‘ala minhajin nubuwah. Sebagaimana Daulah Khilafah yang telah berkuasa 1400 tahun lamanya yang terbukti melahirkan sosok pemimpin amanah dan mementingkan urusan rakyatnya daripada urusan pribadi dan kelompoknya. Wallahu a’lam bishshawab. []
Oleh: Anisa Alfadilah
(Sahabat TintaSiyasi)
0 Komentar