Hasad dan Hasud pada Anak

TintaSiyasi.com-- Rasulullah SAW bersabda:

إِيَّاكُمْ وَالْحَسَدَ فَإِنَّ الْحَسَدَ يَأْكُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَأْكُلُ النَّارُ الْحَطَبَ

"Hati-hatilah kalian terhadap hasad karena ia memakan kebaikan laksana api memakan kayu." (HR. Abu Daud).

Hasad adalah salah satu penyakit hati yang patut diperhatikan oleh orang tua dan para guru. Karena bukan saja menghinggapi orang dewasa, tapi juga dapat berjangkit pada anak-anak dan remaja. Sebabnya karena secara fitrah manusia diberikan Allah SWT. rasa cemburu dan persaingan. Ini adalah penampakkan dari naluri pertahanan diri (gharizah al-baqa) pada manusia, termasuk anak-anak.

Para ulama menjelaskan pengertian hasad sebagai keinginan hati seseorang agar nikmat yang Allah berikan pada saudaranya itu hilang. Sebagian ulama lain menjelaskan hasad sebagai ketidaksukaan seseorang atas kenikmatan yang Allah berikan pada orang lain. Kenikmatan itu bisa beragam; harta, prestasi, rupa dan penampilan, banyak kawan, dan sebagainya.

Awal hasad adalah rasa cemburu anak pada saudaranya atau kawannya. Bisa karena persoalan ringan seperti jajajan, mainan, jumlah kawan, dan sebagainya. Coba sesekali simak perkataan anak;

“Abang enak ya, minta sepatu futsal dibelikan, kalau aku belum punya sepatu untuk main bola.”

Atau, “Kalau Nisa mah banyak kawannya karena ia orang kaya, aku cuma punya teman sedikit,” dan lain-lain.

Cemburu itu bisa berubah menjadi hasad atau dengki pada anak bila orangtua tidak segera menetralisir dan memberikan motivasi kebaikan pada anak. Hasad pada anak bisa naik stadium bila orangtua justru membela rasa ‘cemburu’ pada anak, dan berlaku tidak adil antar anak.

Banyak orangtua yang tidak memahami perkembangan mental anak, abai menanamkan adab pertemanan, atau keliru dalam memberikan penanganan mengakibatkan sikap hasad itu tumbuh membesar dan terbawa hingga anak dewasa. Ada sebagian orang tua beranggapan bahwa hal itu wajar terjadi pada anak kemudian membiarkannya terus terjadi. Tanpa disadari orang tua sebenarnya tengah menanamkan penyakit hati yang stadiumnya bisa terus meningkat.

Mengapa hasad pada anak harus segera diredam?

Pertama, karena hasad adalah penyakit hati dan berimplikasi dosa pada setiap Muslim. Sebagaimana hadis di atas, hasad dapat menghilangkan kebaikan. Dalam kitab Aunul Ma’bud dipaparkan sebabnya karena hasad itu menjadikan seseorang membenci nikmat Allah yang dilimpahkan pada saudara atau kawannya.

Kedua, hasad dapat mendorong anak untuk melakukan tindakan tak terpuji lainnya. Dalam kitab Faidul Qadir dijelaskan mengapa hasad dapat merusak kebaikan, karena hasad dapat membuat pelakunya berghibah orang yang dibencinya, mencacinya, dan terkadang mendorongnya untuk merusak harta atau menganiayanya dan berbagai kezaliman lainnya.


Hasad, Hasut dan Bully

Sebagaimana penjelasan kitab Faidul Qadir, hasad dapat membuat seseorang melakukan berbagai perbuatan anti sosial. Kasus bully yang kerap terjadi pada anak di antara pemicunya adalah penyakit hasad. Misalnya kecemburuan sebagian siswa pada kawannya yang punya banyak kawan atau berprestasi hingga disayang guru, bisa berkembang menjadi hasad yang mengarah bullying. Misalnya, korban dikucilkan dengan cara menghasut kawan-kawan yang lain dengan menyebarkan aibnya atau mencelanya, sekalipun ditambah kedustaan.

Dalam beberapa kasus, karena halusnya penghasutan di antara anak-anak, orangtua dan guru juga bisa terpedaya hingga merasa bahwa korban bully itu adalah memang anak yang bermasalah. Misalnya anak-anak atau siswa kompak mengatakan kalau si fulan itu sombong, pilih-pilih teman, tidak mau berbagi ilmu, dan sebagainya. Tekanan pada korban bully ini bisa menjadi bertambah bila orangtua atau pihak guru tidak melakukan klarifikasi dan tidak segera menetralisir keadaan.

Dalam sejarah, kita bisa membaca bagaiman halusnya hasutan dan fitnah yang ditimpakan gembong munafik Abdullah bin Ubay bin Salul, pada Ummul Mukminin Aisyah ra, sampai-sampai sebagian sahabat percaya hasutannya, sebagian lagi kebingungan, bahkan Nabi SAW pun tak berdaya bila tidak ditolong dengan wahyu Allah SWT yang menjelaskan fakta yang sebenarnya.

Serius bukan akibat hasad dan hasut ini? Sampai-sampai orang yang menjadi korban diposisikan menjadi pelaku keburukan. Bahkan sampai Ummul Mukminin pun menjadi korban hasad dan hasutan orang-orang jahat.


Penanganan Segera

Oleh karena itu hasad bukan masalah ringan yang bisa diabaikan begitu saja oleh orangtua maupun para guru dan pembina di sekolah atau di pesantren. Hasad begitu halus dan bisa berkembang menjadi penghasutan yang menzalimi orang lain. Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan orangtua dan guru agar hal ini tidak berkembang, di antaranya:

Mengajarkan rasa syukur pada anak. Hasad muncul karena cemburu, maka tanamkan pada anak untuk rasa syukur atas nikmat Allah yang diberikan pada diri mereka, dan tak perlu membanding-bandingkan dengan orang lain. 

Mengajarkan anak untuk menjaga pertemanan yang Islami, tidak saling membenci, tidak saling iri, tapi saling tolong menolong. Pahamkan bahwa syaitan berusaha untuk memecah belah orang-orang beriman dan dibuat saling bermusuhan, maka jangan bantu syetan dengan memusuhi saudara atau kawan.

Mengajarkan anak untuk berlomba dalam kebaikan. Bila ada kawannya yang dicemburui karena kebaikan dan prestasi maka dorong anak agar mencontoh kebaikannya dan berlomba mencetak prestasi.

Melakukan tabayyun bila anak atau siswa melaporkan perilaku buruk kawannya. Ada beberapa anak yang memang berani melakukan kebohongan atau membesar-besarkan masalah pertemanan hingga akhirnya merugikan kawannya.

Semoga Allah SWT melindungi anak-anak kita, dan kaum Muslimin agar jauh dari penyakit hasad hingga berbuat zalim pada orang lain dengan hasutan-hasutan yang berisi kebencian.

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ

"Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” (TQS. Al-Hasyr: 10). []


Oleh: Ustaz Iwan Januar 
(Direktur Siyasah Institute)

Sumber: Iwanjanuar.com

Posting Komentar

0 Komentar