Hijrah Wujudkan Harapan Indonesia

TintaSiyasi.com-- Indonesia dengan gugusan kepulauannya, dengan ragam suku dan bahasanya, serta potensi SDA dan SDM yang melimpah ruah, semua itu adalah berkah dari Allah, untuk itulah seharusnya kita memaksimalkan potensi yang ada itu dengan baik. Melihat potensi yang dimiliki Indonesia ternyata tidak sejalan dengan kondisi rakyat di negeri kita, yang seharusnya dapat membawa angin segar bagi semua rakyat. Tapi angin segar itu hanya dirasakan oleh penguasa yang mementingkan diri sendiri dan kelompoknya serta para pemilik modal yang berani “memasang uang lebih” untuk jalannya pengaturan itu. Maka bagi mereka, mereka lah yang berhak menghirup “angin segar”, keuntungan lebih banyak daripada yang lain. Terkait penderitaan rakyat  yang dialami, efek dari jalannya pengaturan yang serakah itu tidak diambil pusing. Dengan kondisi negara yang tidak baik-baik saja seperti sekarang, bahkan hampir di segala bidang kehidupan. Ditambah negara yang masih dilanda pandemi Covid-19 yang belum terlihat ujung akhirnya membuat Indonesia berjuang keras untuk bangkit. 

Bulan Agustus telah tiba, nampaknya bulan ini selalu memiliki kenangan dan semangat tersendiri di hati rakyat Indonesia. Bulan Agustus mengingatkan rakyat Indonesia tentang semangat perjuangan para pahlawan serta ulama dalam meraih kemerdekaan Indonesia agar bisa lepas dari penjajahan. Harapan agar Indonesia membaik dan bergerak maju terus digaungkan tentu itu adalah hal yang harus kita dukung serta kita usahakan bersama, artinya rakyat mulai paham akan pentingnya perubahan.

Ketua umum partai golkar Airlangga  Hartanto mengatakan, partainya optimis bahwa Indonesia akan menjadi negara maju pada tahun 2045. Menurt dia optimsme tersebut harus di gaungkan kepada semua pihak sebagai momentum menyambut kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-76 pada 17 Agustus 2021 (Kompas.com, 10/08/2021).

Presiden Joko Widodo mengatakan Indonesia harus bisa naik kelas menjadi negara berpendapatan tinggi atau menjadi negara maju dalam waktu 25 tahun mendatang. Meski saat ini, Indonesia bersama dengan seluruh negara di dunia tengah dihadapkan pada krisis yang disebabkan oleh pandemi virus corona (Covid-19). Hal itu dikatan ketika memberikan pidato kenegaraan dalam rangka sidang tahunan MPR 2020 jelang HUT Ke-75 Kemerdekaan RI di gedung MPR/DPR, Jum’at (14/02/2020) (Kompas.com, 14/08/2020).

Semua orang pasti menginginkan Indonesia terus menjadi lebih baik lagi, bahkan menginginkan Indonesia menjadi negara maju. Tapi pertanyaannya adalah bagaimana cara mewujudkan itu semua? 

Di tengah sistem yang menyuburkan korupsi, praktek ribawi dalam ekonomi tak berhenti seolah biasa terjadi. Belum lagi sistem peradilan, siapa yang kuat dan punya kedudukan keadilan akan mudah berpihak padanya. Terlalu banyak masalah yang kita hadapi, tapi terlihat solusi belum menyentuh akar masalah yang sebenarnya. 

Layaknya sinetron di televisi, masalah kita terus berlanjut episodenya, selesai satu kasus muncul lagi kasus lain tapi lucunya hanya tokoh saja yang berbeda tapi alur ceritanya masih sama saja. Nampaknya Indonesia harus menyudahi memakai sistem kapitalisme liberal yang mengaruskan mereka bersikap demikian, harus ada kesadaran bukan hanya negara maju yang menjadi harapan bangsa, tapi harus lebih dari itu yaitu menjadikan Indonesia menjadi negeri baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur dengan berhijrah bersama. Kita tidak hanya memikirkan perbaikan untuk individu saja, tapi juga untuk negara kita yang tercinta. 

Makna “berhijrah” di sini dalam timbangan bernegara kita kembalikan semua kepada hukum Allah, syariat Islam menjadi landasan utama dalam bernegara. Meninggalkan segala macam hukum kufur hasil akal manusia yang jauh dari syariat Islam, beralih pada sistem pengaturan bernegara yang Islami.

Perjuangan kita bisa dimulai dengan memperjuangkan agar diterapkannya Islam sebagai sistem kehidupan dengan jalan dakwah. Jika Islam tegak dalam naungan khilafah, secara otomatis perbaikan dalam segala bidang akan sejalan dengan syariat Islam, perjuangan kita memang tidak mudah, tapi jika semua umat Muslim sebagai rakyat Indonesia ini paham akan perubahan hakiki yang sebenarnya, maka dengan semangat akidah yang kuat inilah atas izin Allah perubahan akan terwujud dan jika menghadapi hambatan akan lebih mudah teratasi.

Seperti halnya yang disampaikan oleh seorang Cendekiawan Muslim, Ustaz Ismail Yusanto dalam event dakwah “Hijrah Bareng-Bareng” (11/8), beliau mengatakan makin memahami hijrah, makin pula memahami resikonya. Tidak perlu khawatir karena Allah akan memberikan kekuatan, bahkan ketika menghadapi tantangan dari penguasa, maka selalulah bersama Al-Qur’an  meski pula menghadapi kematian. Mati dalam ketaatan kepada Allah lebih baik daripada mati dalam kemaksiatan.

Maka dibutuhkan kerja sama seluruh komponen rakyat untuk mewujudkan Indonesia negara maju dan negeri baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur. Allah SWT berfirman, “Sungguh, bagi kaum Saba’ ada tanda (kebesaran Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri, (kepada mereka dikatakan), ‘Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik (nyaman) sedang (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Mahapengampun’.” (QS Saba’: 15). []


Oleh: Cameliya Febiyola N
(Sahabat TintaSiyasi)

Posting Komentar

0 Komentar