Lima Cara agar Kamu Jadi Penulis Opini yang Membius Pembaca



TintaSiyasi.com-- Berbicara tentang menulis opini, tentunya semua pasti pernah menuliskan opininya. Sederhananya, menulis opini adalah menulis gagasan, pendapat, atau pandangan kita tentang suatu peristiwa atau kejadian yang menggelitik untuk dikritisi.

Gagasan atau pendapat yang ingin ditulis muncul dari perasaan dan pikiran terkait sesuatu yang ingin kita kritisi. Karena itul menulis opini membutuhkan fakta sebagai bahan dasarnya. Selain fakta sebagai bahan dasarnya, perlengkapan yang mendukung apa yang akan kita tulis adalah ilmu, informasi yang berkaitan dengan hal itu. 

Tetapi, yang paling penting dan mendasar adalah landasan berpikir. Landasan berpikir, ketika mengkritisi fakta dan mengaitkan dengan berbagai informasi adalah Islam. Sebagai seorang Muslim yang memiliki kewajiban amar makruf nahi mungkar, tentunya tidak akan diam saja, ketika melihat kemungkaran merajalela. Apalagi di era digital, umat Islam menghadapi perang opini yang dibuat oleh musuh-musuh Islam. 

Kaum munafik yang berkolaborasi dengan kaum kafir telah mengeluarkan narasi-narasi negatif yang menyesatkan umat Islam. Hadirnya kita, adalah untuk melawan propaganda busuk tersebut (ghaswul fikri). Oleh karena itu, kita pun ketika menulis harus memiliki ilmunya, tak hanya asal. Walaupun, ketika pertama kali menulis, memang kita harus berani menumpahkannya dahulu dalam bentuk tulisan. 

Menulis opini memang ada tiga komponen penting yang perlu dijadikan catatan. Ada tiga tahapan yang biasa saya singkat menjadi FAS. Yaitu, fakta, analisis, dan solusi. Selanjutnya, dengan tujuan supaya tulisan mampu membius pembaca kuncinya ada lima sebagai berikut.

Pertama, perkuat analisis tulisan dengan data. Menulis opini adalah mendedah fakta. Ketika, kita menyampaikan pendapat kita terkait suatu fakta. Jika kita ingin menegaskan bahwa fakta itu keliru, harus diperkuat dengan data atau informasi lain. Selain itu, data dan informasi ini adalah untuk mematahkan penyesatan opini yang beriringan dengan fakta yang akan kita kritisi.

Kedua, perkuat analisis tulisan dengan analogi atau perumpamaan yang memudahkan pembaca untuk memahami gagasan yang ingin disampaikan. Jangan sampai pembaca kesulitan memahami karena bahasa atau prakata yang ruwet dan kurang sistematis. 

Memang menulis itu bagaikan air mengalir, tetapi bukan berarti kita asal-asalan menumpahkan air. Bukan sekadar menuangkan isi kepala. Iya, boleh, isi kepala dituangkan. Hanya saja, nanti harus dibaca ulang, untuk meminimalisir alur yang melompat-lompat bak kutu loncat. Terkadang, karena menulisnya muter-muter, target yang ingin disampaikan penulis jadi kurang membius pembaca. 

Ketiga, berikan solusi Islam dengan membubuhkan dalilnya. Setelah kita menganalisis sebuah fakta tentunya di akhir kita akan merekomendasikan solusi yang benar dan lurus. Untuk memperkuat rekomendasi kita, bubuhkan dalil dan informasi penguatnya. 

Dalil di sini terdiri dari Al-Qur’an, As-Sunnah, ijmak, dan qiyas. Pada intinya, adalah dalil-dalil islami atau pendapat-pendapat ulama hakiki. Karena, adanya dalil-dalil Islam adalah untuk mengunci solusi yang ditawarkan oleh penulis. Selain itu, supaya rekomendasi yang disarankan tidak menggantung dan mampu membius (baca: mempengaruhi) pembaca.

Cinta saja butuh kepastian dan enggak mau digantung, apalagi pembaca. 

Keempat, gunakan bahasa dan kata-kata yang mudah dipahami pembaca. Jika ada kata-kata yang baru atau asing, berilah penjelasannya. Selain itu, gunakan bahasa sesuai kaidah Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) atau Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), serta minimalisir tipo.

Tipo adalah manusiawi, usahakan kita mampu mengedit sendiri tulisan sebelum dikirim untuk ditayangkan di suatu media yang kita harapkan (self editing). Ini memang masalah teknis, tetapi jika tidak dipahami seorang penulis, tulisan akan susah dipahami dan ini berpotensi menghalangi bius tulisan kepada pembaca.

Kelima, gunakan bahasa dan kalimat yang membangkitkan pemikiran dan menyentuh perasaan. Ini penting, bahasan yang membius pembaca adalah kalimat-kalimat yang mengajak pembaca untuk berpikir dan yang menyentuh perasaan pembaca. Harapannya, apabila saat membaca tersentuh perasaannya dan membangkitkan pemikirannya mampu membius pembaca secara otomatis.

Kiranya, begitu pemaparan terkait lima tips menjadi penulis yang membius. 

Nah, karena ini masih bulan Syawal dan masih nuansa lebaran dan maaf-maafan. Saya akan menambahkan dua tips lagi kepada sahabat semuanya. Yaitu, sebagai berikut.

Keenam, jangan bosan senantiasa memperbaiki diri. Makna baik di sini, bukan hanya baik dalam hal menulis, tetapi baik di hadapan Allah SWT. Yaitu, dengan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kita hanya bisa menulis, tetapi Allah yang akan membius pembaca yang menikmati tulisan kita.

Kita memang bisa berupaya untuk berusaha tulisan sebaik mungkin. Tetapi, Allah SWT yang akan membuka hati dan pikiran pembaca. 

Oleh karena itu, jangan pernah sombong dan tinggi hati terhadap karya tulisan kita. Tanpa kuasa Allah SWT, tulisan kita tidak ada maknanya dan tidak ada pengaruhnya. 

Ketujuh, berdoalah. Sedari awal kita mau menulis, hingga tulisan tersebut selesai dan dikirim ke media. Jangan lupa berdoa. Hal ini sederhana, tapi merupakan bukti, bahwa kita butuh peran Allah SWT dan pertolongan-Nya, supaya tulisan yang dibuat mampu membius pembaca dan membawa sumbangsih kembalinya peradaban Islam yang gemilang.

Baik mungkin itu tujuh hal yang bisa disampaikan, semoga mampu membius Sahabat Komunitas Menulis Itu Asik dan Sahabat TintaSiyasi. Mohon maaf jika ada kekurangan dan salah kata selama memaparkan materi.[]Wassalamu’alaikum warahmatullahi wa barakatuh

Oleh: Ika Mawarningtyas
Analis Muslimah Voice dan Jurnalis

Posting Komentar

0 Komentar