Kedudukan Mulia para Syuhada di Sisi Allah SWT


Ada yang menarik dari penyebutan posisi para syuhada oleh Allah SWT, sebagaimana yang termaktub di dalam Al-Qur'an berikut:

وَلَا تَقُوْلُوْا لِمَنْ يُّقْتَلُ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اَمْوَاتٌ ۗ بَلْ اَحْيَاۤءٌ وَّلٰكِنْ لَّا تَشْعُرُوْنَ

Artinya: “Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.” (TQS Al Baqarah [2]: 154).

Juga dengan pelafalan yang mirip pada ayat:

وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ قُتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ اَمْوَاتًا ۗ بَلْ اَحْيَاۤءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُوْنَۙ

Artinya: “Dan jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; sebenarnya mereka itu hidup di sisi Tuhan-Nya dengan mendapatkan rezeki.” (TQS Ali Imran [3]: 169).

Bahwa orang yang gugur di jalan Allah tidaklah mati melainkan hidup. Para mufassir berikhtilaf tentang hal ini, sebagian dari mufassir mengatakan bahwa jasadnya memang sudah tidak ada lagi namun nama para syuhada ini masih harum seolah-olah mereka tetap hidup. Sebagaimana Sayyid Qutb, seorang syahid yang menemukan syuhada di abad ini, syahid di tangan penguasa yang pro kepada Barat yang menerapkan peraturan dari selain syariat Islam. Beliau memang sudah wafat, namun namanya masih harum sehingga para ulama menyebutnya sebagai orang yang syahid tetapi nama dan pemikirannya masih hidup.

Sebagian mufassir juga mengartikan bahwa hidupnya para syuhada itu betul-betul hidup بَلْ اَحْيَاۤءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُوْنَۙ sebenarnya mereka itu hidup di sisi Tuhan-Nya dengan mendapatkan rezeki. Hanya saja bagaimana hidupnya para syuhada termasuk rezeki dan nikmat yang Allah SWT berikan kepada mereka merupakan perkara ghaib yang tidak dapat dijangkau oleh akal dan panca indera manusia.

Yang menarik dari ayat ini, ketika Allah SWT menjelaskan بَلْ اَحْيَاۤءٌ Al Qurthubi mengatakan bahwa, Jika Allah SWT menghidupkan orang-orang yang mati syahid untuk diberi rezeki ataupun nikmat kebaikan, maka mafhum khulafahnya dapat dibalik. Maka orang-orang kafir juga bisa dihidupkan oleh Allah SWT untuk mendapatkan azab. 

Allah SWT telah menyebutkan posisi orang yang mati syahid dengan mendapatkan kekhususan dengan penyebutan mereka di dalam Al-Qur'an. Hal ini merupakan penghormatan, pemuliaan dan pengagungan Allah SWT kepada mereka. 

Pada hari ini, dengan ketiadaan daulah Khilafah seperti yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW memang belum terwujud. Namun peluang untuk mendapatkan Syahid tetap terbuka bagi pengemban dakwah yang menyerukan kebenaran di hadapan penguasa Zhalim sebagaimana sabda Rasulullah SAW, "Penghulu syuhada adalah Hamzah bin Abdul Muthallib dan lelaki yg berkata di hadapan seorang pengusaha yg zalim, lalu dia memerintahkannya (pada kemakrufan) dan melarangnya (terhadap kemungkaran), kemudian penguasa itu membunuhnya." ( HR Al Hakim).

Wallahu a’lam bishshawab.[]


Oleh: Novida Sari, S.Kom.
(Ketua Forum Muslimah Peduli Generasi Mandailing Natal)

Posting Komentar

0 Komentar