Perindu Surga, Pemburu Ilmu

Walaupun manusia tak membaca Al-Qur'an, tetap akan yakin bahwa suatu saat kematian akan menghampirinya. Karena dari Nabi Adam as hingga detik ini, sudah miliaran orang mengalami kelahiran dan kematian. Artinya fase kehidupan tersebut adalah realitas yang dapat diindra akal manusia. 

Tapi dengan tak membaca Al-Qur'an, manusia tak akan tahu apa yang akan ia alami setelah fase kematian. Dalam banyak ayat Al-Qur'an diperkuat dengan hadis Rasulullah Saw, dikabarkan setelah kematian ada hisab. Yaitu pertanggungjawaban terhadap semua perbuatan manusia selama masa hidupnya. Allah SWT berfirman: 

وَاتَّقُوْا يَوْمًا تُرْجَعُوْنَ فِيْهِ اِلَى اللّٰهِ ۗثُمَّ تُوَفّٰى كُلُّ نَفْسٍ مَّا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ ࣖ

Artinya: "Dan takutlah pada hari (ketika) kamu semua dikembalikan kepada Allah. Kemudian setiap orang diberi balasan yang sempurna sesuai dengan apa yang telah dilakukannya, dan mereka tidak dizalimi (dirugikan)." (QS. Al Baqarah ayat 281)

Tergambar hisab adalah hari-hari yang berat bagi setiap manusia. Karena yang akan bersaksi tak hanya lisan, tapi hampir seluruh anggota tubuhnya. Allah SWT berfirman:

يَّوۡمَ تَشۡهَدُ عَلَيۡهِمۡ اَلۡسِنَـتُهُمۡ وَاَيۡدِيۡهِمۡ وَاَرۡجُلُهُمۡ بِمَا كَانُوۡا يَعۡمَلُوۡنَ

Artinya: "Pada hari, (ketika) lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan." (QS. An Nuur ayat 24)

Tak sampai disitu, beratnya hari dilanjutkan dengan mizan, yaitu penimbangan amal manusia. Dengan itu ditentukan akhir hidup manusia di akhirat. Apakah termasuk ashhabul yamin (penghuni syurga) ataukah ashhabussyimal (penghuni neraka). 
Sejatinya setiap manusia yang hidup di dunia dan berakal sehat sekali pun orang-orang kafir, menginginkan hidupnya di akhirat menjadi penghuni surga. Tapi Allah SWT sudah menegaskan bahwa surga hanya diperuntukkan bagi muttaqiin (orang yang bertakwa). 

لِلَّذِيۡنَ اتَّقَوۡا عِنۡدَ رَبِّهِمۡ جَنّٰتٌ تَجۡرِىۡ مِنۡ تَحۡتِهَا الۡاَنۡهٰرُ خٰلِدِيۡنَ فِيۡهَا وَاَزۡوَاجٌ مُّطَهَّرَةٌ وَّرِضۡوَانٌ مِّنَ اللّٰهِ‌ؕ وَاللّٰهُ بَصِيۡرٌۢ بِالۡعِبَادِ‌ۚ

Artinya: "Bagi orang-orang yang bertakwa (tersedia) di sisi Tuhan mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, dan pasangan-pasangan yang suci, serta ridha Allah. Dan Allah Maha Melihat hamba-hamba-Nya." (QS. Ali 'Imran ayat 15).m

Taqwallah ringan di lisan, tapi berat untuk diaplikasikan dalam perbuatan. Ulama menjelaskan bahwa taqwallah walaupun berat dapat dilakukan, kalau manusia memegang kuncinya. Ya, ilmu adalah kuncinya. Logika sederhana saja. Tak mungkin seorang pegawai dapat bekerja di instansi/perusahaan tertentu kecuali memiliki kapasitas ilmu yang dibutuhkan. Butuh waktu lama untuk memperoleh ilmu tersebut, mulai dari tingkat dasar hingga ke perguruan tinggi. Kurang lebih 16 tahun. Tak hanya itu, dibutuhkan keseriusan dan ketekunan dalam mempelajarinya.

Untuk meraih pekerjaan di dunia yang sementara saja butuh waktu lama dan ketekunan. Apatah lagi untuk kehidupan akhirat yang kekal selamanya. Menuntut ilmu agama adalah kebutuhan. Melebihi kebutahan akan makan, minum, pakaian dan kebutuhan asasi lainnya. Pun tak bisa kesuksesan akhirat diperoleh, jika menunut ilmu agama hanya sekadar saja, atau waktu luang saja, atau lagi mood saja. Dibutuhkan pengorbanan waktu, pikiran dan tenaga di dalamnya. Di sinilah urgensi dari hadis Rasulullah Saw.:

طَلَبُ اْلعِلْمْ فَرِثْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

Artinya: "Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap individu Muslim." (HR. Ibnu Majah)


Fadhilah Ilmu

Allah SWT berfirman:

يَرۡفَعِ اللّٰهُ الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا مِنۡكُمۡ ۙ وَالَّذِيۡنَ اُوۡتُوا الۡعِلۡمَ دَرَجٰتٍ ‌ؕ وَاللّٰهُ بِمَا تَعۡمَلُوۡنَ خَبِيۡرٌ

Artinya: "Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat." (QS. Al Mujaadilah ayat 11)

Rasulullah Saw. bersabda:

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

Artinya: "Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga." (HR. Muslim). 

فَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِي عَلَى أَدْنَاكُمْ ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرَضِينَ حَتَّى النَّمْلَةَ فِي جُحْرِهَا وَحَتَّى الْحُوتَ لَيُصَلُّونَ عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ الْخَيْرَ 

Artinya: "Keutamaan seorang alim dari seorang abid seperti keutamaanku dari orang yang paling rendah di antara kalian", kemudian beliau melanjutkan sabdanya: "Sesungguhnya Allah, MalaikatNya serta penduduk langit dan bumi bahkan semut yang ada di dalam sarangnya sampai ikan paus, mereka akan mendoakan untuk orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia." (HR. At Tirmidzi)

Dari ayat dan hadis mulia di atas, Allah menjelaskan bahwa ada dua golongan yang memiliki derajat tinggi di sisiNya. Yaitu orang-orang beriman dan orang berilmu. Jikalau keduanya terpadu pada diri manusia, maka kedudukannya amat tinggi di sisiNya. Surga yang sulit untuk dimasuki pun, akan Allah mudahkan bagi para penuntut ilmu. Orang berilmu memiliki keutamaan daripada ahli ibadah. Tak hanya itu makhluk Allah di bumi dan langit pun akan mendoakannya. Maa syaa Allah.


Adab-Adab Talabul ‘Ilmi

Penting untuk mempelajari adab-adab dalam menuntut ilmu, agar surga yang jadi impian dapat terwujud melaluinya. Adab-adabnya antara lain: 

Pertama. Menuntut ilmu ikhlas karena Allah.

وَمَاۤ اُمِرُوۡۤا اِلَّا لِيَعۡبُدُوا اللّٰهَ مُخۡلِصِيۡنَ لَـهُ الدِّيۡنَ

Artinya: "Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama." (QS. Al Bayyinah ayat 5)

Dalam ayat mulia di atas Allah meminta Muslim dalam setiap ibadah senantiasa ikhlas menjalaninya. Termasuk dalam menuntut ilmu. Apabila menuntut ilmu diniatkan mendapat kenikmatan dunia yang secuil, seperti ingin dianggap cerdas, ‘alim, imbalan materi dan sebagainya., maka sia-sialah amal tersebut. Rasulullah Saw bersabda:

مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لاَ يَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Artinya: "Barangsiapa yang mempelajari suatu ilmu (belajar agama) yang seharusnya diharap adalah wajah Allah, tetapi ia mempelajarinya hanyalah untuk mencari harta benda dunia, maka dia tidak akan mendapatkan wangi surga di hari kiamat." (HR. Abu Daud dan Ahmad).

Sebaliknya jika ikhlas bahkan ilmu tersebut pun untuk menghidupkan Islam (misal didakwahkan), maka kedudukannya amatlah mulia di surga. Rasulullah Saw bersabda:

م من جاءه الموت و هو يطلب العلم ليحيي به الإسلام,فبينه و بين النبيين درجة واحدة في الجنة

Artinya: "Barang siapa mati dalam keadaan mencari ilmu untuk menghidupkan Islam, maka di surga antara dirinya dengan para nabi hanya satu derajat." (HR.Ad Darimi).

Kedua. Ittiba’ Rasulullah Saw.

Allah SWT berfirman: 

وَمَآ اٰتٰىكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَمَا نَهٰىكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوْاۚ

Artinya: "Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah." (QS. Al Hasyr ayat 7). 

Dalam menuntut ilmu haruslah mengikuti apa yang diberikan, diajarkan dan dituntun oleh Rasulullah Saw. Apabila tak sesuai, maka akan tertolak. 

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

Artinya: "Barangsiapa melakukan suatu amalan yang bukan berasal dari kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim). 

Ilmu yang diajarkan oleh Rasullullah Saw adalah al kitab (Al-Qur'an) dan hikmah (sunnah) serta ilmu dunia yang mendekatkan diri pada takwa. Seorang Muslim haruslah memprioritaskan belajar al kitab dan sunnah, baru ilmu dunia. Bukan sebaliknya. Sesuai dengan firman Allah SWT: 

كَمَآ اَرْسَلْنَا فِيْكُمْ رَسُوْلًا مِّنْكُمْ يَتْلُوْا عَلَيْكُمْ اٰيٰتِنَا وَيُزَكِّيْكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتٰبَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُمْ مَّا لَمْ تَكُوْنُوْا تَعْلَمُوْنَۗ

Artinya: "Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu seorang Rasul (Muhammad) dari (kalangan) kamu yang membacakan ayat-ayat Kami, menyucikan kamu, dan mengajarkan kepadamu Kitab (Al-Qur'an) dan Hikmah (Sunnah), serta mengajarkan apa yang belum kamu ketahui." (QS. Al Baqarah ayat 151).

Ketiga. Mengamalkan ilmu.

Memang betul, niat hanya Allah dan manusia itu sendiri yang tahu, Tapi ulama sudah menjelaskan bahwa indikator ikhlas dalam menuntut ilmu adalah diamalkan atau tidak dalam kehidupan. Karena hakikatnya ilmu itu mampu mengikat akal dan perasaan manusia. Allah SWT berfirman:

اِنَّمَا يَخۡشَى اللّٰهَ مِنۡ عِبَادِهِ الۡعُلَمٰٓؤُا ؕ

Artinya: "Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama." (QS. Al Fathir ayat 28). 

Dengan ilmu yang dimiliki, ulama paham yang halal, haram, apa yang diridhai atau dibenci Allah dan sebagainya. Ketakutan dalam jiwanya ketika Allah murka. Sehingga menuntun dirinya mengamalkan ilmu yang dipelajarinya. Jadi buah dari ilmu adalah amal. 

Jika ilmu tersebut tak diamalkan, berarti hanya sebagai ma’lumat (informasi) saja yang mengisi ruang kosong kepala. Ada celaan sekaligus ancaman bagi orang yang menuntut ilmu, tapi tak diamalkan. Allah SWT berfirman:

مَثَلُ الَّذِيۡنَ حُمِّلُوا التَّوۡرٰٮةَ ثُمَّ لَمۡ يَحۡمِلُوۡهَا كَمَثَلِ الۡحِمَارِ يَحۡمِلُ اَسۡفَارًا‌ ؕ بِئۡسَ مَثَلُ الۡقَوۡمِ الَّذِيۡنَ كَذَّبُوۡا بِاٰيٰتِ اللّٰهِ ‌ؕ وَاللّٰهُ لَا يَهۡدِى الۡقَوۡمَ الظّٰلِمِيۡنَ

Artinya: "Perumpamaan orang-orang yang diberi tugas membawa Taurat, kemudian mereka tidak membawanya (tidak mengamalkannya) adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Sangat buruk perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim." (QS. Al Jumu'ah ayat 5).

Keempat. Menyampaikan ilmu ke yang lain.

Pujian Allah berikan pada orang yang menuntut ilmu, mengamalkan sekaligus menyampaikannya kepada orang lain. Rasulullah Saw bersabda:

خَيُركُم مَن تَعلٌمَ القُرانَ وَعَلٌمَهَ

Artinya: "Sebaik-baiknya kamu adalah orang yang belajar al Quran dan mengajarkannya." (HR Bukhari, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasai, Ibnu Majah).

Walaupun kapasitas ilmu yang ada masihlah minim, tapi bukanlah penghalang berbagi kepada yang lain. Karena Rasulullah Saw bersabda:

بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً

Artinya: "Sampaikanlah dariku, meskipun satu ayat." (HR. Bukhari)

Dengan singkatnya hidup di dunia, untuk mendapatkan surga yang harganya tak sebanding dengan bumi langit beserta isinya, pasti membutuhkan amal yang banyak dan senantiasa mengalir walaupun sudah wafat. Rasulullah Saw sudah menjelaskan amalan cerdas tersebut.

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

Artinya: "Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh." (HR. Muslim).

Ya, ilmu bermanfaat akan memberikan pahala yang senantiasa mengalir walaupun terputusnya nyawa seseorang. Maa syaa Allah. Sungguh beruntung orang-orang yang menuntut ilmu, berilmu dan mengamalkannya serta mendakwahkan pada yang lainnya. Wallahu a’lam bishshawab. []


Oleh: Desti Ritdamaya
(Praktisi Pendidikan)

Posting Komentar

0 Komentar