Rasulullah Saw., Sang Politisi Sejati

Dilansir dari Merdeka.com, hasil survei Indikator Politik Indonesia menunjukkan, sebanyak 64,7 persen anak muda menilai partai politik atau politisi di Indonesia tidak terlalu baik dalam mewakili aspirasi masyarakat. Sebanyak 25,7 persen anak muda yang menilai para politisi sudah cukup baik mendengarkan aspirasi. "Sikap mereka tidak begitu yakin bahwa politisi mewakili aspirasi masyarakat," kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi dalam rilis survei secara daring. Hasil survei juga menunjukkan hanya 3 persen anak muda yang sangat percaya pada partai politik. Sebanyak 7 persen sama sekali tidak percaya. Sebanyak 54 persen anak muda masih percaya pada partai politik. Minggu (21/3/2021). Survey ini mungkin bisa menunjukkan kegalauan anak muda  antara melihat perlunya perubahan politik dan ketidakfahaman terhadap sistem politik alternatif.  Mereka tidak puas dengan kinerja politisi dan parpol. Menganggap banyak persoalan politik dan ekonomi yang perlu mendapat penanganan serius. Namun, mereka masih berharap jalan keluar dengan perbaikan praktik demokrasi. Sejatinya,  kompleksitas persoalan sosial politik saat ini terjadi sebagai keniscayaan praktik demokrasi. 


Rasulullah Saw., Sang Politisi Sejati

Berkaitan dengan politik dalam Islam, Syekh Abdul Qadim Zallum dalam bukunya Pemikiran Politik Islam, mendefinisikan politik (siyasah) adalah mengatur  urusan umat baik  di dalam maupun di luar negeri. Politik dilaksanakan baik oleh negara maupun umat. Negara mengurus kepentingan umat sedangkan umat melakukan koreksi terhadap pemerintah. Rasulullah saw. bersabda, ‘Dulu Bani Israel diatur segala urusannya oleh para nabi. Setiap kali seorang nabi wafat. Dia digantikan oleh nabi lainnya. Sungguh tidak ada lagi nabi sesudahku. Yang akan ada adalah para khalifah dan jumlah mereka banyak (HR al-Bukhari dan Muslim). Michael H. Hart dalam bukunya 100 orang berpengaruh di dunia sepanjang sejarah, menempatkan nabi Muhammad figur paling berpengaruh di dunia. Dia menulis dalam bukunya: Nabi Muhammad penyebar agama islam, penguasa Arabia, mempunyai karier politik dan keagamaan yang luar biasa.  Namun,  tetap seimbang dan serasi, mengakibatkan Muhammad memiliki banyak pengikut. Menjadi panutan seluruh masyarakat dunia hingga saat ini. Rasulullah Saw mampu membangun tatanan masyarakat  baru yaitu masyarakat Islam di Madinah. Sosok manusia yang dikenal sebagai khairun naas. Pembawa risalah untuk seluruh alam. Tidak hanya sebagai rasul. Tapi, sekaligus sebagai negarawan, politisi sejati. 

Politik sebagai riayah syuunil ummah yaitu pengaturan urusan umat dengan Islam. Dengan menjadikan Al Quran dan as-Sunnah sebagai sumber hukum.  Islam tidak akan memiliki nilai tanpa ada negara (kekuasaaan).  Imam Al-ghazali menuturkan: Ad-Diin ussun wa as-sulthaanu haarisun, fa maa laa ussa lahu mahdumun, wa maa laa haarisa lahu fadha’i (agama adalah pondasi bangunan dan kekuasaan  adalah penjaganya, bangunan yang tidak ada pondasinya pasti runtuh, dan tidak ada penjaganya, pasti akan lenyap). Kaum Muslimin termasuk kalangan anak muda wajib meneladani Rasulullah SAW dalam membangun peradaban di Madinah al-Munawarrah kemudian dilanjutkan oleh para sahabat serta para khalifah. Peradaban itulah yang kita kenal khilafah. Sistem warisan Rasulullah Saw.


Metode Syar’i Penegakan Khilafah

khilafah adalah sebuah aktivitas yang harus ditetapkan berdasarkan dalil syara’ dan bagi seorang Muslim wajib mengikuti metode dakwah Rasulullah saw. dalam membangun sistem Islam (khilafah) di Madinah, hal ini sesuai dengan perintah Allah SWT dalam firmanNya, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (TQS. Al-Ahzab [33]: 21). 

Aktivitas dakwah sebelum tegaknya Islam (Darr Al-kufr) dengan mengikuti aktivitas dakwah Rasulullah di Makkah. Rasulullah memulai dakwah seorang diri kemudian membentuk kelompok dakwah politik (kutlah siyasih) artinya Rasulullah tidak berdakwah sendiri melainkan dakwah berjamaah dengan aktivitas politik melakukan ash-shiraa’ al-fikri (pergolakan pemikiran) dan al-kifaah as-siyaasi (perjuangan politik), berdakwah untuk merubah pemikiran dengan bentuk menyeru, debat dan dialog tidak dengan kekerasan. Dan aktivitas dakwah yang dilakukan Rasulullah Saw. Aktivitas dakwah di masa Rasulullah Saw melibatkan kalangan pemuda.


Keterlibatan Pemuda dalam Dakwah Rasulullah Saw

Tercatat  40 pemuda  dalam pembinaan  di rumah sahabat Arqam bin Abi Arqam. Contoh terbaik pemuda  yang telah tercatat dalam sejarah yang terlibat dalam dakwh Rasulullah saw. adalah Ali bin Abi Thalib R.A. Ali R.A menggantikan Rasulullah Saw di atas tempat tidur pada saat hijrah ke Madinah. Mushab bin Umair pemuda dengan julukan Almuqarri sebagai utusan Rasulullah Saw. ke Madinah. Selama satu tahun telah berhasil menjadikan Islam buah bibir di masyarakat Madinah. 

Maka pemuda adalah pelopor kebangkitan umat pelanjut estafet dan pemimpin masa depan menuju kebangkitan hakiki. Di tangan pemuda, Panji Rasulullah Saw akan ditinggikan, seperti tiga pemuda yang syahid dalam perang Mu’tah, Rasulullah saw. bersabda: Royah dipegang oleh Zaid, lalu dia terbunuh,  kemudian dipegang oleh Ja’far, lalu dia pun terbunuh, kemudian dipegang oleh Ibnu Rawahah, lalu dia pun terbunuh juga (HR.Al-Bukhari). Gelombang perubahan terus bergulir, saatnya Pemuda mengambil peran. Rasulullah Saw. bersabda: Sesungguhnya Allah kagum kepada seorang pemuda yang berjiwa lurus. (HR. Ahmad). 

Wallahu a'lam.[]

Oleh: Trisnawaty Amatullah
(Aktivis Dakwah Kampus Makassar)

Posting Komentar

0 Komentar