Ramadhan, Momentum Membumikan Al-Qur'an dalam Kehidupan


#Ramadhanbulanmulia, #Ramadhanmubarak, #Ramadhankarim berturut-turut meramaikan jagad dunia maya. Hal tersebut menunjukkan bahwa Ramadhan adalah bulan yang sangat dirindukan kehadirannya namun seringkali diabaikan bagaimana seharusnya sikap menghidupkan Ramadhan.

Ramadhan Al-Mubarak dikenal memiliki berbagai keistimewaan. Ia yang dikenal sebagai syahrul Qur'an, syahrul jihad, syahrul shiyam dan beragam julukan yang menggambarkan keutamaannya sebagaimana ungkapan Arab, "Banyaknya nama menunjukkan kedudukan dari objek yang dinamai." 

Menariknya, bulan Ramadhan tak hanya dikenal sebagai syahrul shiyam atau bulan ditegakkannya kefardhuan shaum Ramadhan tetapi juga syahrul Qur'an yang ditegaskan para ulama sebagai bulan diturunkannya Al-Qur'an, berdasarkan dalil dalam surat Al-Qadr ayat 1:

إِنَّآ أَنزَلْنَٰهُ فِى لَيْلَةِ ٱلْقَدْرِ

Artinya: "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam kemuliaan."

Dalam ayat yang agung ini Allah Ta'ala menginformasikan turunnya Al-Qur'an pada malam lailatul qadr yakni suatu malam istimewa yang hanya datang pada bulan Ramadhan. Turun secara langsung keseluruhannya dari Lauh Mahfudz ke langit dunia.

Diperjelas juga dalam firmanNya, "Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil)." (QS. Al-Baqarah: 185)

Syaikhuna Atha bin Khalil Abu Ar Rasytah di dalam at-Taysir fii Ushul at-Tafsir menjelaskan Huda lin-Naas bermakna menjuluki mereka pada kebenaran dan jalan yang lurus. Wa bayyinati minal huda bermakna sebagai bukti-bukti yang qath'i dan mukjizat bahwa Al-Qur'an merupakan petunjuk yang telah diturunkan oleh Allah SWT.

Adapun wal furqan bermakna yang membedakan antara kebenaran dan kebatilan, antara yang baik dan yang buruk dan antara amal-amal shalih dan amal-amal buruk.

Dua ayat agung diatas menunjukkan secara jelas kedudukan Ramadhan sebagai syahrul Qur'an yang esensinya tak boleh dimaknai sempit sebagai ritual taubat tahunan yang cukup hanya dibaca namun ajarannya diabaikan dalam kehidupan. Hal tersebut relevan dengan petuah agung Baginda Rasulullah Saw., "Wahai umat manusia, sesungguhnya aku telah meninggalkan bagi kalian apa-apa yang jika kalian berpegang teguh pada keduanya, maka tidak akan tersesat selama-lamanya  yaitu Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya." (HR. Al-Hakim, Al-Baihaqi)

Artinya syarat agar tidak tersesat selama-lamanya adalah dengan berpegang teguh terhadap Al-Qur'an dan As-Sunnah. Semua itu menunjukkan bahwa bulan Ramadhan  seharusnya dijadikan sebagai momentum membumikan ajaran-ajaran AlQur'an dalam kehidupan dengan landasan keimanan mulai dari politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan bukan akidah sekularistik, bukan politik demokrasi, bukan ekonomi kapitalistik, bukan sosial-budaya liberalistik tetapi wajib kembali kepada ajaran Islam yakni akidah dan syariat.

Jika ingin negeri dan kehidupan ini selamat dunia dan akhirat, maka kembalilah kepada Al-Qur'an yang menjadi cahaya bagi kehidupan bagaikan rembulan indah yang menarik perhatianmu, memperhatikannya, memancarkan kepada kedua matamu cahaya yang kuat. Bagaikan matahari di langit dan sinarnya yang menaungi negeri-negeri di Timur dan Barat.[]

Oleh: Nabila Zidane
(Forum Muslimah Peduli Generasi dan Peradaban)

Posting Komentar

0 Komentar