Omong Kosong Kesetaraan Gender dalam Sistem Sekularisme


Bicara tentang kesetaraan gender yang saat ini sedang diperjuangkan oleh aktivis gender bukan hanya di luar negeri, ternyata di Indonesia pun sedang melakukan hal yang sama. Dikutip dari website kemenpppa.go.id, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) perempuan tahun 2019 masih berada di bawah laki-laki yaitu 69,18 sedangkan nilai IPM laki-laki adalah 75,96. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga menyebutkan bahwa angka tersebut menunjukkan realita masih banyaknya ketimpangan yang dihadapi perempuan hingga saat ini, mulai dari ekonomi hingga kasus kekerasan yang menimpa perempuan.

Konstruksi sosial budaya di masyarakat, menurut Menteri Bintang ikut menyumbang rendahnya kualitas perempuan di Indonesia. Kondisi ini berkaitan dengan konstruksi sosial patriarki yang menempatkan posisi perempuan lebih rendah daripada laki-laki padahal perempuan merupakan kekuatan bangsa ini. Menteri Bintang mengakui bahwa meluruhkan budaya patriarki bukanlah hal yang mudah. Namun, ia meyakini dengan adanya kerja sama, kerja keras, serta kegigihan dalam memperjuangkannya, cita-cita untuk menghilangkan budaya patriarki di Indonesia bukanlah hal yang mustahil untuk dilakukan.

Inilah yang selalu diutarakan oleh para pejuang gender di seluruh dunia. Mereka berkata bahwa perempuan harus memiliki hak yang sama seperti halnya laki-laki, seperti menjadi seorang pemimpin atau kepala negara. Menurut mereka, perempuan tidak boleh terlihat lemah dan tidak berdaya. Perempuan harus kuat layaknya laki-laki.

Dari pemikiran yang seperti inilah akhirnya muncul anggapan bahwa perempuanlah yang paling menderita di dunia saat ini. Perempuan selalu tertindas dan tidak mendapatkan haknya. Perempuan seolah dibungkam tak boleh banyak bicara. Sebenarnya pemikiran semacam ini muncul dari Barat. Disana, kehidupan memang tidak berjalan dengan baik. Kita mengetahui bahwa di sana begitu maraknya pemerkosaan terhadap perempuan, banyak yang sudah kehilangan keperawanannya, banyak yang hamil di luar nikah, perempuan selalu dilecehkan. Itulah yang terjadi di sana. Ini disebabkan karena pemikiran mereka yang sekuler liberal. Hidup mereka bebas, tidak boleh Tuhan ikut campur dalam urusan pribadi hidup mereka masing-masing.

Indonesia adalah negara yang bermoral. Negara yang beragama. Tapi jika kita melihat fakta yang ada, ternyata memang banyak sekali terjadi tindak kekerasan terhadap perempuan di Indonesia. Ini diakibatkan oleh rusaknya pemikiran masyarakat, sudah mulai ikut-ikutan ingin bebas dengan pemikiran liberal seperti halnya Barat. Pergaulan di Indonesia juga sangat bebas. Padahal kita di sini mayoritas Muslim, beragama Islam. Tetapi kelakuan masyarakat saat ini nampaknya tidak menunjukkan bahwa mereka seorang Muslim.

Menurut aktivis gender, saat ini perempuan seperti dibatasi geraknya. Hanya dijadikan ibu rumah tangga biasa dan tidak diperbolehkan ikut campur dalam urusan politik. Kedudukan antara laki-laki dan perempuan menurut mereka haruslah disamakan, tidak boleh ada ketimpangan laki-laki lebih tinggi dan perempuan lebih rendah.

Mewujudkan kesetaran gender di sistem sekuler kapitalis bisa kita bilang hanyalah omong kosong belaka. Bohong besar jika ada pernyataan hanya nilai-nilai kesetaraan gender saja yang mampu menyelamatkan perempuan dari penderitaan.

Jika kita lihat dalam pandangan Islam, justru seorang perempuan (ibu/istri) melakukan seluruh pekerjaan rumah tangganya dalam rangka menunaikan kewajiban dan ketaatannya pada Allah Subhanahu Wata’ala. Dari sisi pelaksanaan berbagai pekerjaan rumah tangga, seorang istri memang wajib melayani suaminya, seperti memasak, membersihkan pakaian, menyediakan minum dan lain-lain.

Sebaliknya, suami juga wajib menyediakan apa saja yang dibutuhkan oleh istrinya yang berasal dari luar rumah, seperti menyediakan air, apa saja yang diperlukan untuk membersihkan kotoran misalnya, keperluan istri berdandan dan lain-lain (Nizham Ijtima’i, h. 253).

Saat ini opini yang tersebar adalah “Perempuan harus bekerja menghasilkan materi yang berlimpah, tidak hanya menggantungkan kehidupannya pada laki-laki (suami).” Demikiankan opini sesat yang masih digembar-gemborkan oleh aktivis kesetaraan gender. Di dalam Islam, perempuan justru akan dilindungi, dijaga dan dipenuhi kebutuhannya, haram untuk di eksploitasi. Kebutuhan setiap perempuan akan dipenuhi dengan beberapa cara. Pertama, mewajibkan laki-laki menafkahi perempuan. Seperti yang tercantum di QS. Al-Baqarah ayat 223, “Kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang makruf.

Kedua, jika individu itu tetap tidak mampu bekerja menanggung diri, istri dan anak perempuannya, beban tersebut dialihkan kepada ahli warisnya. Seperti yang difirmankan Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 233, “Ahli waris pun berkewajiban demikian.

Ketiga, jika ahli waris tidak ada, atau ada tetapi tidak mampu memberi nafkah, beban itu beralih kepada negara melalui Lembaga Baitul Mal. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Aku lebih utama dibandingkan dengan orang-orang beriman daripada diri mereka. Siapa yang meninggalkan harta maka harta itu bagi keluarganya. Siapa saja yang meninggalkan utang atau tanggungan keluarga maka datanglah kepadaku, dan menjadi kewajibanku.” (HR. Ibnu Hibban).

Islam memandang keberadaan perempuan sebagai bagian dari masyarakat. Hal ini menjadikan perempuan juga memiliki kewajiban yang sama untuk mewujudkan kesadaran politik pada diri mereka dan masyarakat secara umum. Allah telah menetapkan, secara politis, peran utama dan strategis bagi perempuan adalah sebagai ummu wa rabbatul bait, perempuan itu pencetak generasi-generasi unggul, generasi berkualitas yang akan menjadi pejuang Islam. Selain itu, ada aktivitas politik yang wajib dilakukan perempuan, yaitu memperjuangkan Islam agar kembali diterapkan di muka bumi ini.

Sudah saatnya kita kembali kepada Islam, kembali kepada sistem yang haq. Tidak menjadi umat pembebek yang selalu mengikuti Barat. Selalu menomorsatukan Barat, seolah-olah peradaban Barat adalah yang terbaik dan patut untuk ditiru. Padahal Barat sendiri yang membuat berbagai problematika terjadi di muka bumi ini. Mari kembali pada Islam, kembali terapkan sistem Khilafah Islamiyyah. Wallahu a'lam bishshawab.[]

Oleh: Widya Paramita
(Komunitas Pena Banua)

Posting Komentar

0 Komentar