Memetik Hikmah dari Sang Khalilullah, Ibrahim ‘Alaihissalam


Khalilullah ataupun kekasih Allah adalah gelar penghormatan tinggi yang hanya diberikan kepada nabi Ibrahim ‘alaihissalam. Kecintaan Ibrahim ‘alaihissalam kepada Allah SWT lah yang membuatnya meraih gelar mulia ini.

Seumur hidup Ibrahim ‘alaihissalam tidak pernah membantah apapun perintah dari Allah SWT. Ujian dan perintah adalah keniscayaan yang wajib dilakukannya, meski menurut akal manusia biasa berfikir akan menemui kesulitan dan kesengsaraan namun tidak pada Ibrahim ‘alaihissalam.

Terbukti tatkala Allah SWT memerintahkan Ibrahim untuk membawa anaknya Ismail ‘alaihissalam yang masih kecil hijrah bersama istri tercinta Hajar dari tempat tinggal mereka ke tempat tandus yang tak berpenghuni, Mekkah. Keteguhan keluarga nabi ini memang luar biasa, ketandusan dan ketiadaan manusia di sekitar mereka bukanlah menjadi alasan untuk melewati ujian yang berasal Allah SWT sehingga menjerumuskan mereka pada pembangkangan dan kemaksiatan.

Sewaktu muda, Ibrahim ‘alaihissalam pernah dimasukkan ke dalam api karena kegigihannya mendakwahkan ajaran tauhid di tengah umatnya. Tanpa meminta belas kasih dan pengampunan dari raja namrud dan masyarakatnya, Ibrahim ‘alaihissalam tetap yakin pada pendiriannya. Hingga Allah SWT memberikan mukjizat dengan mencabut khasiat membakar pada api khusus pada Ibrahim ‘alaihissalam. Maka selamatlah Ibrahim sebagaimana Firman Allah SWT: “Kami (Allah) berfirman, ‘Wahai Api! Jadilah kamu dingin dan penyelamat bagi Ibrahim’” (TQS Al Anbiya: 69)

Kepatuhan Ibrahim ‘alaihissalam sebagai bentuk kecintaannya kepada Allah SWT juga nampak dari perintah khitan yang Allah SWT berikan. Dari Thawus melalui ibnu Abbas, Allah SWT menguji Ibrahim AS kesucian; 5 di antaranya pada jasad yaitu: memotong kuku, mencukur rambut kemaluan, mencabut bulu ketiak, bersuci ketika buang air besar maupun kecil dengan air dan khitan. Dan 5 di bagian kepala yaitu: mencukur kumis, berkumur-kumur, menghirup air lewat hidung, bersiwak, dan menyisir rambut (farkurosi).

10 Perintah ini datang ketika usia Ibrahim sudah berusia 80 tahun dan belum pernah ada sebelumnya. Meskipun telah berusia lanjut, namun tidak membuat Ibrahim ‘alaihissalam berleha-leha dan mencari alasan untuk mengulur syariat ini. Khitan di umur 80 dilakukannya, konon perkara sisanya. Bahkan Allah SWT menunjukkan uban pertama sekali kepada Ibrahim, hal yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Namun Ibrahim ‘alaihissalam tidak mengeluh bahkan semakin mengingatkan dirinya akan batas usia yang akan dijalani.

Ibrahim ‘alaihissalam juga pernah menerima perintah untuk menyembelih anaknya Ismail ‘alaihissalam. Secara logika, orang tua manapun tidak akan ada yang mau melakukannya. Namun Ibrahim ‘alaihissalam sadar bahwa anakpun hanya titipan, sehingga ketika sang kekasih meminta segera ia laksanakan. Sehingga pada akhirnya pengorbanan Ibrahim dan keluarganya dalam hal ini Allah terima dan menggantinya dengan hewan kurban. Peristiwa agung yang tetap Allah SWT abadikan dan lanjutkan bagi generasi setelahnya.

Kecintaan demi kecintaan kepada Allah SWT telah Ibrahim ‘alaihissalam buktikan dengan kepatuhan akan perintah dan ujian yang diberikan kepadanya. Sehingga memang sangat pantas beliau mendapat gelar Khalilullah. Bahkan Allah SWT membalas cinta Ibrahim dengan menjanjikannya sebagai Bapak para Nabi.

Hikmah besar yang dapat dipetik dari kisah sang Khalilullah, bahwa imamah (kepemimpinan) dan nubuwwah (kenabian) tidak akan pernah Allah berikan kepada orang yang mengotori jiwanya dengan perkara yang menyalahi syariat. Sehingga seorang Muslim yang bercita-cita menjadikan diri dan anak keturunannya menjadi  imam haruslah senantiasa menjaga jiwa, taat pada syariat meskipun dunia dan seisinya tidak sejalan dengan syariat. Wallahu a’lam bishshawab.[]

Oleh: Novida Sari, S.Kom
(Santri Daring I’robul Quran di bawah Asuhan KH. Hafidz Abdurrahman)

Posting Komentar

0 Komentar