Gerakan Kelompok Dakwah: Banyak dan Populer Belum Tentu Benar, Sedikit dan Terasing Belum Tentu Salah


Dalam era kepemimpinan Mulkan Jabaryan saat ini, keberadaan umat yang berperan sebagai para pejuang yang mukhlis yang menjual dunia mereka demi kehidupan akhirat amat dibutuhkan guna menuntun dan mengarahkan umat ke jalan yang benar. Keberadaan para pejuang ini biasanya terhimpun dalam satu wadah harakah (kelompok) ataupun hizb (partai Islam). Partai atau kelompok dakwah Islam dengan berbagai metode yang diembannya dalam menebarkan dakwah. 

Namun terlepas demikian, dalam persepektif Islam, kriteria kelompok tersebut haruslah yang benar-benar mengikuti metode ijtihad syar’i  yang memahami hukum-hukum syariah beserta seluruh solusinya dan berjuang dengan menempuh thariqah Rasulullah Saw. Yang pada akhirnya melalui ide dan metode yang murni berdasarkan Islam yang diembannya, kelompok tersebut bersama mayoritas umat dapat menghantarkan peradaban kepada fase kelima kehidupan, yaitu tegaknya kembali Khilafah Islam yang akan menggantikan masa kepemimpinan Mulkan Jabaryan pada fase keempat kehidupan saat ini.

Memang, untuk menjadi bagian kelompok yang satu ini sungguh tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Mereka berisikan hamba-hamba pilihan yang kuat dan konsisten dalam memegang akidah, teguh menjalani kehidupannya di dalam garis-garis aturan syara'. Aktivitas mereka selalu lekat dengan upaya terus-menerus melakukan pergolakan pemikiran di tengah kehidupan serba sekuler yang telah dirusak oleh pemikiran-pemikiran kufur. 

Tak ayal kelompok ini kerap mendapatkan sikap tak sepantasnya dari masyarakat umum, karena dinilai mempunyai pemahaman yang asing hingga tak jarang pula mereka diasingkan dari kehidupan umat. Diasingkannya mereka dari kehidupan umat bukan karena melakukan tindakan kriminal, kesesatan ataupun kejahatan, melainkan karena teguhnya mereka menyeru dan berpegang pada aturan syara' yang sudah tidak lagi diterapkan secara wajib dan totalitas di kehidupan dalam setiap aspeknya. 

Lalu, kelompok apakah yang sebenarnya dimaksud? Terlibat dalam kelompok dan aktivitas apa saja mereka hingga kerap mendapatkan perlakuan buruk dan diasingkan oleh kehidupan umat pada umumnya? Ya, dalam artikel ini kami akan membahas kelompok yang Allah dan Rasulullah Saw., kabarkan dari jauh-jauh hari selama ribuan tahun lalu. Yaitu al-Ghurabah. Apa itu al-Ghurabah? Mengapa mereka disebut al-Ghurabah dan apa keistimewaan dari golongan ini?


Hakikat al-Ghurabah yang Sesuai dengan Hadits Rasulullah Saw

Melalui Rasulullah Saw, Islam hadir pada masa tanah Arab masih diliputi kegelapan dan kejahiliyahan. Bukanlah hal yang mudah bagi Rasulullah Saw untuk mendakwahkan Islam ke tengah kehidupan yang tidak mengenal Tuhan Sang Maha Pencipta secara benar, kecuali menyembah patung-patung dan berhala yang telah dilakukan turun-temurun lewat ajaran nenek moyangnya.

Banyak kejadian buruk dan menyedihkan yang harus dialami oleh Rasulullah Saw, para sahabat dan seluruh para pengikutnya saat mendakwahkan Islam di Mekkah. Hinaan, fitnah, persekusian bahkan pemboikotan dan pengasingan yang pada akhirnya menuntunnya untuk melakukan hijrah ke Madinah sebagai awal berkembangnya Islam hingga menebar ke seluruh penjuru dunia.

Dari abu Hurairah, Rasulullah saw. bersabda:
بَدَأَ الْإِسْلَامُ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ
Islam muncul pertama kali dalam keadaan terasing dan akan kembali terasing sebagaimana mulainya, maka berbahagialah orang-orang yang terasing tersebut.

Lalu sahabat bertanya, “ siapakah orang-orang yang terasing (al-Ghuraba) itu? Rasulullah saw. bersabda, "Mereka adalah orang-orang yang terpisah dari kabilah-kabilah. Yaitu orang-orang yang bertentangan dan bukan bagian dari kabilah-kabilah.”

Yang disebut kabilah-kabilah pada masa itu ialah, golongan masyarakat Mekah atau keluarga dari pengikut Rasulullah Saw yang belum masuk Islam dan masih begitu jahiliyah. Mereka menyembah berhala, meminum khamr, melakukan perbudakan, membunuh bayi-bayi perempuan, memakan riba, dan lain sebagainya. Namun di saat itu tibalah Islam datang, dengan ajaran yang membawa kebenaran dan kalimat tauhid, yang mengajak pada kebenaran yakni menjadikan Allah Swt sebagai Tuhan yang Esa dan Nabi Muhammad Saw adalah Rasul-Nya.

Semua perilaku masyarakat sebelum masuk Islam yang sesat dan jahiliyah waktu itu diganti dengan perintah dan larangan Allah Swt yang tentu saja sangat bertentangan dengan kebiasaan masyarakat Mekah pada umumnya. Maka tak heran Rasulullah Saw dan para pengikutnya serta merta dianggap sebagai pengacau, pemecah belah, karena menyelisihi segala hal yang telah dianggap tradisi dan kebiasaan yang sesuai dengan ajaran nenek moyang mereka sebelumnya.

Rasulullah Saw dan para pengikutnya diasingkan namun mereka bahagia karena disatukan dengan akidah Islam. Islam yang datang dan telah membuang kebiasaan-kebiasaan jahiliyah mereka, termasuk perilaku ashabiyah (membangga-banggakan kelompok/golongan/bangsa). Hingga setelah berdirinya Daulah Islam di Madinah mereka disatukan dalam pluralitas yang terdiri dari beragam suku, ras dan bangsa, mereka tidak terpecah belah dalam kotak-kotak negara kebangsaan (nasionalisme).

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Jabir bin Abdillah ia menyampaikan bahwa Rasulullah berkhutbah kepada kami pada pertengahan hari tasyriq dalam kesempatan khutbah di haji wada'

قال : ((أَيُّهَا النَّاس أَلاَ إِنَّ رَبَّكُمْ وَاحِد ، أَلاَ إِنَّ رَبّكُمْ وَاحِد ، أَلاَ إِنَّ أَبَاكُم وَاحِد ، أَلاَ لَا فَضْلَ لعَرَبي عَلَى أَعْجَمِيّ ، وَلاَ لعجمي عَلَى عَرَبّي ، وَلاَ أَسْوَدَ عَلَى أَحْمَرَ ، وَلاَ لأَحْمَرَ عَلَى أَسْوَد إِلاَّ بالتَّقْوَى)) إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

Rasulullah saw. bersabda, "Hai sekalian manusia, ingatlah bahwa sesungguhnya Rabb kalian satu, ingatlah bahwa sesungguhnya Rabb kalian satu, ingatlah pula bahwa ayah kalian satu, ingat tidak ada keutamaan orang Arab atas orang non Arab, dan tidak ada keutamaan non Arab atas orang Arab, dan tidak juga orang berkulit hitam atas orang berkulit merah dan tidak ada keutamaan orang kulit merah dari kulit hitam melainkan dengan ketakwaannya, sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah ialah yang paling takwa di antara kalian." (Hadits Shohih Riwayat Ahmad dan Baihaqi dalam sunannya).1)

Jika kita melihat keadaan saat ini, keadaan saat Islam tidak lagi diterapkan pasca keruntuhannya di pusat pemerintahannya Khilafah Turki Utsmani sejak 1924 lalu, maka artinya Islam pun telah kembali dalam keadaan terasing. Dan ironisnya terasingnya Islam justru di kalangan umat Islam sendiri. Banyak dari kaum muslimin yang tidak tahu bahkan buta dan bodoh dengan ajaran agamanya sendiri, dan lebih membebek kepada ajaran-ajaran di luar Islam.

Lihat saja bagaimana kacaunya hubungan interaksi pria dan wanita (larangan khalwat, ikhtilath, tentang khitbah, ta'aruf, akad nikah, walimah), yang kesemuanya jauh dari aturan Islam yang sesungguhnya, melainkan berdasarkan akidah sekuler dan liberalisme. Semua berjalan hanya sesuai dengan kebiasaan dan standar umum saja, bukan lagi bersandar kepada aturan syara'. Betapa maraknya praktik-praktik ribawi dalam sistem perekonomian umat. Perzinahan bahkan tindak kejahatan dan pembunuhan banyak terjadi tanpa adanya aturan hukum yang dapat mencegahnya.

Inilah zaman yang sesuai dengan apa yang sudah Rasulullah saw. kabarkan. Beliau bersabda bahwa pada akhir zaman akan ada masa penuh kesabaran bagi orang-orang yang beriman. Merekalah al-Ghurabah, yaitu mereka yang memegang teguh Islam pada masa-masa yang amat sulit. Saat memegang Islam sama seperti memegang panasnya bara api, namun mereka akan diganjar dengan pahala setara pahala 50 orang sahabat Rasulullah saw.

Ada beberapa sifat dari al-Ghurabah atau golongan orang-orang yang terasing yaitu sebagai berikut, yang diambil dari kitab pilar-pilar pengokoh nafsiyah islamiyah (Min Muquwwimat Nafsiyah Islamiyah)

Pertama. Senantiasa melakukan perbaikan ketika manusia sudah rusak.

Hadits yang diriwayatkan dari Sahal bin Sa’ad as-Saidi ra., Rasulullah saw. bersabda: Islam muncul pertama kali dalam keadaan terasing dan akan kembali terasing sebagaimana mulainya, maka berbahagialah orang-orang yang terasing tersebut. Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, siapa al-ghuraba ini?” Rasulullah saw. bersabda, “Mereka adalah orang-orang yang melakukan perbaikan ketika manusia sudah rusak.” (Hadits ini diriwayatkan oleh athThabrâni dalam al-Kabir).

al-Ghurabah yang dimaksud dalam hadits tersebut bukanlah para sahabat, karena mereka datang setelah ada manusia yang merusak metode kehidupan yang dibawa Rasulullah Saw. Sedangkan para sahabat ra. tidak merusak metode kehidupan yang dibawa Rasul, dan metode tersebut tidak dirusak di zaman para sahabat. Namun kerusakan tersebut setelah masa sahabat.

Kedua. Jumlahnya sedikit

Ahmad dan ath-Thabrâni dari Abdullah bin Amru, ia berkata; Pada suatu hari saat matahari terbit aku berada di dekat Rasulullah saw., lalu beliau bersabda: Akan datang suatu kaum pada hari kiamat kelak. Cahaya mereka bagaikan cahaya matahari. Abû Bakar berkata, “Apakah mereka itu kami wahai Rasulullah?” Rasulullah bersabda, “Bukan, dan khusus untuk kalian ada kebaikan yang banyak. Mereka adalah orang-orang fakir dan orang-orang yang berhijrah yang berkumpul dari seluruh pelosok bumi.” Kemudian beliau bersabda, “Kebahagian bagi orang-orang yang terasing, kebahagiaan bagi orang-orang yang terasing.” Ditanyakan kepada beliau, “Siapakah orang-orang yang terasing itu?” Beliau saw. bersabda, “Mereka adalah orang-orang shalih di antara kebanyakan manusia yang buruk. Di mana orang yang menentang mereka lebih banyak dari pada yang menaatinya.” (al-Haitsami berkata hadits ini dalam al-Kabir mempunyai banyak sanad. Para perawinya shahih).

Ketiga. Mereka adalah kaum yang beraneka ragam

Al-Hâkim meriwayatkan dalam al-Mustadrak, ia berkata, “Hadits ini shahih isnadnya, meski tidak dikeluarkan oleh al-Bukhari Muslim.”  Dari Ibnu Umar ra., ia berkata; Rasulullah bersabda: Sesunggunya Allah mempunyai hamba-hamba yang bukan para Nabi dan syuhada. Para Nabi dan syuhada pun ber-ghibthah) pada mereka di hari kiamat karena kedekatan mereka dengan Allah dan kedudukan mereka di sisi Allah. Kemudian seorang Arab Badui (yang ada di tempat nabi berbicara) duduk berlutut, seraya berkata, “Wahai Rasulullah, jelaskanlah sifat mereka dan uraikanlah keadaan mereka pada kami!” Rasulullah bersabda, “Mereka adalah sekelompok manusia yang beraneka ragam, yang terasing dari kabilahnya. Mereka berteman di jalan Allah, saling mencintai karena Allah. Allah akan membuat mimbar-mimbar dari cahaya bagi mereka di hari kiamat. Orang-orang merasa takut tapi mereka tidak takut. Mereka adalah kekasih Allah yang tidak memiliki rasa takut (pada selain Allah) dan mereka tidak bersedih.”

Keempat. Mereka saling mencintai dengan "ruh" Allah

Yang dimaksud (“ruh” Allah) adalah syariat nabi Muhammad. Maksudnya, perkara yang menjadi pengikat di antara mereka adalah ideologi (mabda‘) Islam, bukan yang lainnya. Mereka tidak diikat oleh ikatan yang lain, baik ikatan nasab, ikatan kekerabatan, ikatan kemaslahatan atau kemanfaatan duniawi.

Abû Dawud mengeluarkan hadits dengan para rawi yang terpercaya, dari Umar bin al-Khathab ra., ia berkata; Rasulullah bersabda: Sesungguhnya di antara hamba-hamba Allah ada sekelompok
manusia. Mereka bukan para nabi dan juga bukan syuhada. Tapi para nabi dan syuhada pun ber-ghibthah pada mereka di hari kiamat karena kedudukan mereka di sisi Allah Swt. Para sahabat berkata, “Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepada kami siapa mereka itu?” Rasulullah bersabda, “Mereka adalah suatu kaum yang saling mencintai dengan “ruh” Allah, padahal mereka tidak memiliki hubungan rahim dan tidak memiliki harta yang mereka kelola bersama-sama. Demi Allah, wajah mereka adalah cahaya. Mereka ada di atas cahaya. Mereka tidak takut ketika manusia takut. Mereka tidak bersedih ketika manusia bersedih.” Kemudian Rasulullah membacakan firman Allah, “Ingatlah sesungguhnya para kekasih Allah itu tidak mempunyai rasa takut (oleh selain Allah) dan tidak bersedih”.

Kelima. Mereka memperoleh kedudukan itu tanpa menjadi syuhada

Hal ini dikarenakan dalam hadits dikatakan para syuhada tergiur oleh mereka. Tapi, ini tidak berarti mereka lebih utama dari pada para Nabi dan syuhada. Melainkan kedudukan itu hanyalah semata-mata menunjukkan keistimewaan mereka. Keistimewaan itu tidak menjadikan mereka lebih utama dari para Nabi dan syuhada.

Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya Allah memiliki hamba-hamba yang bukan para nabi dan syuhada. Tapi para nabi dan syuhada tergiur oleh mereka karena dekatnya kedudukan mereka dari Allah di hari kiamat.

Itulah hakikat maupun kriteria dari al-Ghurabah atau golongan orang-orang yang terasing sebagaimana yang telah dikabarkan Rasulullah Saw dalam haditsnya. Semoga kita termasuk kepada golongan yang demikian.


Langkah Individu dan Kelompok Umat Islam Agar Mampu menjadi al-Ghurabah di Akhir Zaman

Di tengah zaman yang semakin tergerus dan dalam kendali sistem kehidupan yang jauh dari tuntunan Islam saat ini, memaksa diri kita sebagai seorang muslim untuk mampu menjaga diri dan keluarga dari segala macam kemungkaran atau kemaksiatan yang setiap hari dapat saja menjerat. Bagi orang-orang yang beriman keteguhan diri di atas syariah Islam adalah suatu kebahagiaan yang bisa dicapai, karena memang begitu sulit untuk mempertahankan keimanan secara totalitas di tengah kehidupan dalam naungan sistem yang tidak berpijak kepada aturan Islam.

Ya, al-Ghurabah adalah pantas disematkan bagi orang-orang individu atau kelompok yang mampu berpegang teguh dan konsisten berjalan di atas aturan syara' dalam menjalani gempuran sistem kehidupan hari ini. Jika kita melihat sejarah bagaimana Rasulullah dan para sahabat saat memegang Islam di Mekah pada bahasan di awal, bisa menjadi referensi yang dapat kita implementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Karena keadaan tersebut tidaklah berbeda dengan apa yang terjadi di hadapan kita hari ini, kaum muslimin yang taat sangat sedikit jumlahnya dan mereka sangatlah lemah, mereka harus sekuat tenaga berusaha mempertahankan akidahnya karena tekanan dan aturan rezim sekuler yang menguasainya.

Dalam ranah individu kita bisa mencontoh bagaimana keteguhan dari salah satu sahabat Rasulullah Saw Bilal bin Rabah. Apa yang dialaminya atas kebengisan kafir Qurais yang menyiksanya sedikitpun tidak memalingkannya dari akidah Islam, bahkan diantara mereka juga ada yang harus terbunuh seperti keluarga Yasir dan Istrinya, Sumayyah, sahabat Umayyah dan yang lainnya. Mereka begitu teguh memegang Islam yang begitu diasingkan walau penyiksaan terus mendera hingga mati dalam keadaan teguh memegang akidahnya.

Benar kita yang hidup hari ini memang tidaklah selevel para sahabat ataupun para malaikat, namun setidaknya kita bisa meneladani mereka hingga kita mampu meraih predikat al-Ghurabah pada akhir zaman seperti apa yang telah Rasullullah kabarkan. Di saat sebagian besar dari umat nyaman dan merasa aman pabila tidak perduli dengan syariah Islam yang tidak tegakkan. Di saat orang-orang banyak yang tergelincir dan merasa senang apabila mengikuti perilaku kebanyakan manusia yang cenderung berkiblat kepada budaya atau kebiasaan orang-orang kafir, yang tanpa sadar telah menjauhkan diri mereka dari ketaatan pada agamanya.

Di antara mereka juga banyak yang haus jabatan dan kekuasaan, kekayaan harta dan kesenangan dunia dipertuhankan dan menjadi tolok ukur kebahagiaan. Yang benar dikatakan salah dan yang salah dianggap sebagai penyelamat. Ajaran dan sejarah Islam banyak yang dikaburkan bahkan dicampakkan di dalam kehidupan. Yang wajib dikatakan radikal, yang sunnah dianggap bid’ah, yang bid’ah dianggap sunnah, ketaatan dianggap maksiat dan maksiat dianggap ketaatan. Tak heran berbagai fitnah bertebaran atas orang-orang yang berpegang teguh dengan islam yang murni, dan justru dianggap berbuat makar dan kerusakan.

Itulah gambaran betapa beratkan beban yang dialami al-Ghurabah, orang-orang yang berpegang teguh dengan Islam diakhir zaman, namun pahala mereka juga berlipat-lipat dan mendapat pujian besar dari Rasulullah. Rasulullah bersabda: “Orang yang berpegang teguh pada agamanya pada waktu itu seperti orang yang memegang bara api” (HR. Ahmad: 9062, dan dishahihkan Al-Albani dalam As-Shahihah no. 957)

Adapun langkah untuk kelompok umat Islam agar termasuk pada golongan al-Ghurabah dapat ditempuh dengan cara sebagai berikut:

Pertama. Umat Islam yang tergabung dalam partai atau harakah (kelompok) dakwah, haruslah kelompok yang berpijak teguh pada fiqrah dan thariqah yang syar'i di dalam mendakwahkan dan memperjuangkan Islam. Pergerakan mereka haruslah didasari oleh ideologi yang terlahir dari akidah Islam, bukan ideologi sekuler, kapitalis dan ideologi kufur lainnya. 

Kedua. Para kader atau anggota dari kelompok ini juga haruslah memiliki tsaqafah Islam, faham dan mengamalkan syariah Islam dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga mereka tidak bergerak hanya atas dasar semangat dan pragmatisme semata. Mereka tidak tergiur atas sebuah jabatan dunia, ataupun mempunyai tujuan kepentingan untuk kekuasaan kelompoknya. Mereka hadir ke tengah umat dalam rangka melakukan pergolakan pemikiran. Menjelaskan kerusakan pemikiran-pemikiran kufur. Menawarkan Islam sebagai satu-satunya solusi alternatif. 

Ketiga. Karakter kelompok dakwah mereka  juga harus konsisten menyebarkan dakwah dengan konsep perjuangan politik dengan prinsip amar makruf nahi mungkar. Karena pada dasarnya politik dan amar makruf nahi mungkar adalah inti dari ajaran Islam, yang hakikatnya adalah pengurusan seluruh urusan umat yang berorientasi pada nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

Keempat. Sabar dan tidak berputus asa dalam menghadapi penolakan baik secara halus mau keras. Namun tetap berdiri teguh dan lantang dalam mengungkap rencana-rencana jahat para penjajah dan agen-agennya, khususnya di negeri-negeri kaum muslimin. Mereka juga harus memahami betul bahwa tujuan dari pergerakan mereka adalah usaha untuk mengantarkan pada kembalinya kehidupan Islam, sebagai pelindung mereka dan pelaksana syariah secara kaaffah melalui sebuah institusi.

Kelima. Berusaha mencari pertolongan untuk melindungi dakwah Islam yang saat ini selalu diperangi dan dimonsterisasi Barat penjajah melalui antek-anteknya. Hingga berhasil membangun kesadaran umum, bahwa hanya Islamlah satu-satunya solusi seluruh atas segala persoalan dalam segala aspek kehidupan manusia, baik dalam urusan hukum, ekonomi, pemerintahan, muamalah, peradilan, pendidikan, kesehatan, tentara, pertanian, industri, perdagangan, peperangan, perdamaian dan lain-lain. Yang wajiban diterapkan melalui institusi pemerintahan.

Itulah langkah benar yang bisa dilakukan oleh kelompok umat Islam, sehingga mereka dapat meraih predikat al-Ghurabah di tengah kehidupan akhir zaman yang serba sekuler dan liberal saat ini. Karena pada dasarnya betapa banyak jumlah kelompok Islam di dunia dan di negeri ini, dan mereka berbangga-bangga dengan jumlah besarnya kelompok mereka. Akan tetapi tujuan dari pergerakannya tidak jelas dan tidak mendasar, dan cenderung diselimuti oleh kepentingan pribadi dan metode pragmatis. Maka  semestinya yang harus disadari dan dimiliki oleh setiap kelompok umat Islam adalah tujuan mereka dalam berorganisasi atau kelompok hanyalah untuk menegakkan kembali Islam, melalui sistem Khilafah Islamiyah yang bukan saja akan menjadi rahmat bagi kaum Muslim, namun juga  bagi seluruh umat dan bangsa lain. Setelah mereka mengalami berbagai penderitaan dan malapetaka akibat penerapan sistem kufur kapitalis demokrasi. 


Penutup

Pada jauh hari Rasulullah Saw telah mengabarkan bahwa di akhir zaman akan ada masa penuh kesabaran bagi orang-orang yang beriman. Merekalah al-Ghurabah, yaitu mereka yang memegang teguh Islam pada masa-masa yang amat sulit. Saat memegang Islam sama seperti memegang panasnya bara api, namun mereka akan diganjar dengan pahala setara pahala 50 orang sahabat Rasulullah saw.

Ada beberapa sifat dari al-Ghurabah atau golongan orang-orang yang terasing yaitu sebagai berikut:

Pertama, senantiasa melakukan perbaikan ketika manusia sudah rusak. Kedua, jumlahnya sedikit. Ketiga, mereka adalah kaum yang beraneka ragam. Keempat, mereka saling mencintai dengan "ruh" Allah. Dan kelima, mereka memperoleh kedudukan itu tanpa menjadi syuhada.

Al-Ghurabah adalah pantas disematkan bagi orang-orang individu atau kelompok yang mampu berpegang teguh dan konsisten berjalan di atas aturan syara' dalam menjalani gempuran sistem kehidupan hari ini. Jika kita melihat sejarah bagaimana Rasulullah dan para sahabat saat memegang Islam di Mekah, bisa menjadi referensi yang dapat kita implementasikan dalam kehidupan sehari-hari. 

Dalam ranah individu kita bisa mencontoh bagaimana keteguhan dari salah satu sahabat Rasulullah Saw Bilal bin Rabah. Apa yang dialaminya atas kebengisan kafir Qurais yang menyiksanya sedikitpun tidak memalingkannya dari akidah Islam, bahkan diantara mereka juga ada yang harus terbunuh seperti keluarga Yasir dan Istrinya, Sumayyah, sahabat Umayyah dan lain yang lainnya. Mereka begitu teguh memegang Islam yang begitu diasingkan walau penyiksaan terus mendera hingga mati dalam keadaan teguh memegang akidah Islam.

Adapun untuk kelompok bisa melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

Pertama. Umat Islam yang tergabung dalam partai atau harakah (kelompok) dakwah, haruslah kelompok yang berpijak teguh pada fiqrah dan thariqah yang syar'i. Pergerakan mereka haruslah didasari oleh ideologi yang terlahir dari akidah Islam.

Kedua. Para kader atau anggota dari kelompok ini juga haruslah memiliki tsaqafah Islam, faham dan mengamalkan syariah Islam dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga mereka tidak bergerak hanya atas dasar semangat dan pragmatisme semata.

Ketiga. Karakter kelompok dakwah mereka  juga harus konsisten menyebarkan dakwah dengan konsep perjuangan politik dengan prinsip amar makruf nahi mungkar.

Keempat. Sabar dan tidak berputus asa dalam menghadapi penolakan baik secara halus mau keras. Namun tetap berdiri teguh dan lantang dalam mengungkap rencana-rencana jahat para penjajah dan agen-agennya.

Kelima. Membangun kesadaran umum, bahwa hanya Islamlah satu-satunya solusi seluruh atas segala persoalan dalam segala aspek kehidupan manusia, yang wajiban diterapkan melalui institusi pemerintahan.

#LamRad
#LiveOppressedOrRiseUpgainst

Oleh: Prof. Dr. Suteki, S.H.,M.Hum (Pakar Hukum dan Masyarakat & Rekol Uniol 4.0 Diponorogo) dan Liza Burhan (Analis Mutiara Umat & Dosol Uniol 4.0 Diponorogo)

Posting Komentar

0 Komentar