Jika Mau Diakui Umat Nabi Muhammad SAW, Jangan Mendukung Kezaliman



TintaSiyasi.com-- Siapa yang tidak merindukan Nabi Muhammad Saw. Hadirnya telah menjadi masa peralihan dari masa kegelapan jahiliyah (kebodohan) menuju cahaya Islam. Tetapi, jika dilihat dari fakta terkini sungguh menyedihkan. Ajaran nabi diterima hanya dalam lingkup ibadah. Padahal, Rasulullah Saw telah membawa risalah-Nya tak hanya perkara ibadah, tapi juga muamalah dalam lingkup masyarakat hingga urusan bernegara.

Sayangnya, banyak yang telah melalaikan ajarannya. Sehingga hampir seluruh pemimpin negeri Muslim di dunia ini menerapkan aturan yang bertentangan dengan ajaran Rasulullah Saw yaitu demokrasi kapitalisme. Atas nama sekulerisme mereka telah mentah-mentah ajaran penjajah, dan mencampakkan ajaran nabi. Walhasil, yang tercipta bukannya kesejahteraan melainkan kesengsaraan yang tak berujung.

Kesengsaraan sistematis ini terjadi akibat diberlakukan sistem bertentangan dengan Islam diperkuat pula dengan hadirnya penguasa yang melanggengkan sistem tersebut.

Dari Abu Sa’id radhiyallahu ‘anhu ia berkata, Rasulullah saw bersabda:

إِنَّ أَحَبَّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًا إِمَامٌ عَادِلٌ وَأَبْغَضَ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ وَأَبْعَدَهُمْ مِنْهُ مَجْلِسًا إِمَامٌ جَائِرٌ

“Sesungguhnya manusia yang paling dicintai oleh Allah pada hari kiamat dan paling dekat kedudukannya di sisi Allah adalah seorang pemimpin yang adil. Sedangkan orang yang paling dibenci oleh Allah dan paling jauh kedudukannya dari Allah adalah seorang pemimpin yang zalim.” (HR. Tirmidzi)

Kezaliman ini telah menciptakan ketidakadilan, dan kezaliman yang nyata karena mengabaikan syariat Islam. Seperti kondisi umat Islam yang terpecah-pecah menjadi banyak negara, dipimpin oleh penguasa yang tidak menerapkan hukum Islam. Walhasil, banyak umat Islam menjadi tumbal keserakahan kaum kapitalis asing penjajah. Konflik di Timur Tengah yang tak kunjung usai. Penyiksaan hingga pemerkosaan sistematis yang menimpa Muslim Uighur, diskriminasi kepada Muslim Khasmir dan Rohingnya. 

Belum lagi nasib umat Islam di negeri zamrud khatulistiwa, ajarannya diabaikan, dananya dimanfaatkan. Sebagaimana yang kita ketahui, tahun lalu materi jihad dan khilafah telah digusur dari mata pelajaran agama di madrasah. Sebelum itu, tak sedikit yang mencap jihad dan khilafah itu radikal. Padahal, jihad dan khilafah ajaran Islam, bagaimana bisa dikatakan sebagai konten radikal? Ini sama saja menuduh Islam radikal, dan tak pantas ajaran yang penuh rahmat dan membawa keberkahan dicap radikal. Di sisi lain dana wakaf dan dana haji dilirik untuk dimanfaatkan negara. 

Tak hanya itu, baru saja pemerintah mengeluarkan SKB tiga menteri yang melarang sekolah negeri mengatur seragam sesuai keyakinan. SKB tiga menteri ini ditengarai muncul akibat kontroversi seragam jilbab di Padang akhir Januari 2021 lalu. Ini juga tak elok dilakukan oleh negeri mayoritas Muslim. Bagaimana bisa negeri mayoritas Muslim, membatasi rakyatnya untuk taat kepada agamanya? Seharusnya jika busana Muslim itu adalah wujud takwa, pemerintah membantu untuk mewajibkannya kepada umat Islam yang ada di negeri ini, bukan malah mengeluarkan SKB tiga menteri tersebut.

Selain itu, kasus korupsi telah menjadi langganan yang banyak menyeret penguasa dan oligarkinya. Seharusnya, dan itu dikelola dengan baik untuk menyejahterakan rakyat. Yang paling hangat dan mengerikan adalah perihal korupsi dana bansos. Sejak 2019 hingga sekarang, dunia memang sedang dilanda musibah pandemi Covid-19. Oleh karena itu, rakyat butuh bantuan negara. Alih-alih dibantu, dananya malah dikorupsi.

Inilah beberapa contoh kecil potret buruk akibat diterapkan sistem yang bertentangan dengan Islam. Penguasa bukannya amanah menjalankan janji, tapi banyak yang mengingkari janjinya. Lantas masihkah kita mendukung sistem maupun penguasa yang tidak adil ini?

Dari Ka’ab bin Ujroh radhiyallahu ‘anhu ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam keluar mendekati kami, lalu bersabda:

إِنَّهُ سَيَكُونُ عَلَيْكُمْ بَعْدِي أُمَرَاءٌ فَمَنْ دَخَلَ عَلَيْهِمْ فَصَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهمْ وَأَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهمْ ، فَلَيْسُ مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُ ، وَلَيْسَ بِوَارِدٍ عَلَيَّ حَوْضِي ، وَمَنْ لَمْ يُصَدِّقْهُمْ بِكَذِبِهمْ وَلَمْ يُعِنْهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ ، فَهُوَ مِنِّي وَأَنَا مِنْهُ وَسَيَرِدُ عَلَيَّ الْحَوْضَ

“Akan ada setelahku nanti para pemimpin yang berdusta. Barangsiapa masuk pada mereka lalu membenarkan (menyetujui) kebohongan mereka dan mendukung kedhaliman mereka maka dia bukan dari golonganku dan aku bukan dari golongannya, dan dia tidak bisa mendatangi telagaku (di hari kiamat). Dan barangsiapa yang tidak masuk pada mereka (penguasa dusta) itu, dan tidak membenarkan kebohongan mereka, dan (juga) tidak mendukung kedhaliman mereka, maka dia adalah bagian dari golonganku, dan aku dari golongannya, dan ia akan mendatangi telagaku (di hari kiamat).” (HR. Ahmad dan An-Nasa’i)

Sungguh telah ditegaskan, jika ingin menjadi golongan umat Nabi Muhammad Saw tak pantas mendukung kezaliman baik yang dilakukan oleh penguasa atau sistem. Sebagai umat Nabi Muhammad Saw seyogyanya terus menyeru penguasa untuk kembali kepada syari'at Islam dan mengajak umat untuk memperjuangkan penerapan Islam secara kafah, hingga kehidupan Islam terwujud.[]


Oleh: Ika Mawarningtyas,S.Pd.
Analis Muslimah Voice

Posting Komentar

0 Komentar