Ulama Wafat, Umat Tak Boleh Putus Asa


Umat Islam kembali berduka. Ulama kharismatik berdarah Saudi, Syeikh Ali Jaber kembali ke pangkuan Ilahi pada Kamis pagi (14/1). Selanjutnya disusul kabar serupa, wafatnya Habib Ali Bin Abdurrahman Assegaf pada Jum'at (15/1). Kabar itu sangat mengejutkan publik dan membuat pilu menghiasi hati jutaan muslim negeri ini. Terlebih, mereka adalah sosok panutan yang dekat dengan umat, yang senantisa lantang mendakwahkan Islam.

Ulama bagaikan pelita, yang menebar sinarnya di tengah gulita. Menuntun umat dari ketidaktahuan menuju pemahaman Islam. Ulama laksana rembulan di malam gelap. Sosoknya mudah dikenali, kiprahnya menerangi hati. Itulah arti penting ulama pewaris Nabi bagi umat yang selalu mendamba cahaya Ilahi.

Wafatnya seorang ulama adalah musibah bagi umat Islam. Telah berkurang satu demi satu sosok panutan pembimbing umat. Dengan wafatnya ulama, terangkat pula ilmu dari muka bumi. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪ ﻻ ﻳَﻘْﺒِﺾُ ﺍﻟﻌِﻠْﻢَ ﺍﻧْﺘِﺰَﺍﻋَﺎً ﻳَﻨْﺘَﺰِﻋُﻪُ ﻣﻦ ﺍﻟﻌِﺒﺎﺩِ ﻭﻟَﻜِﻦْ ﻳَﻘْﺒِﺾُ ﺍﻟﻌِﻠْﻢَ ﺑِﻘَﺒْﺾِ ﺍﻟﻌُﻠَﻤَﺎﺀِ ﺣﺘَّﻰ ﺇﺫﺍ ﻟَﻢْ ﻳُﺒْﻖِ ﻋَﺎﻟِﻢٌ ﺍﺗَّﺨَﺬَ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺭﺅﺳَﺎً ﺟُﻬَّﺎﻻً ، ﻓَﺴُﺌِﻠﻮﺍ ﻓَﺄَﻓْﺘَﻮْﺍ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﻋِﻠْﻢٍ ﻓَﻀَﻠُّﻮﺍ ﻭَﺃَﺿَﻠُّﻮﺍ

“Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak menggangkat ilmu dengan sekali cabutan dari para hamba-Nya, akan tetapi Allah menanggkat ilmu dengan mewafatkan para ulama. Ketika tidak tersisa lagi seorang ulama pun, manusia merujuk kepada orang-orang bodoh. Mereka bertanya, maka mereka (orang-orang bodoh) itu berfatwa tanpa ilmu. Mereka sesat dan menyesatkan." (HR. Bukhari)

Kepergian ulama kian terasa nestapanya. Sebab umat Islam tengah mengalami fitnah bertubi-tubi. Stigma radikal, intoleran, terus diarahkan kepada umat Islam. Belum lagi ujian pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai. Disusul bencana banjir dan gempa, menambah derita anak negeri. Ulama lah harapan umat untuk membimbing melewati semua ujian ini. 

Namun, umat tak boleh putus asa. Umat harus tetap optimis dalam kondisi apapun. Sebab ujian selalu memiliki dua sisi. Sisi qadha yang menjadi kehendak Ilahi dan wajib diimani oleh setiap hamba. Di sisi lain, ada area ikhtiyar, yakni usaha yang harus ditempuh oleh manusia.

Saatnya kita tengadahkan tangan, mengucap doa, melantunkan harapan. Semoga Allah memberi pengganti dengan hadirnya ulama sholih nan lurus sebagai penerus perjuangan para Nabi. Yakni, ulama yang mampu menjadi pelita kebenaran di tengah kelamnya sistem sekuler kapitalisme saat ini.

Umat juga harus paham, bahwa di masa lalu umat Islam tidak pernah kehilangan sosok ulama teladan. Sebab, di antara mereka ada ribuan bahkan jutaan ulama lahir dari peradaban Islam. Peradaban agung nan lurus yang tegak di atas pondasi akidah Islam. Jika kini umat menginginkan lahirnya ulama secara masif, maka tidak cukup hanya dengan mendidik putra-putri agar menjadi ulama. Namun harus diikuti langkah logis, yaitu dengan menghadirkan kembali peradaban Islam di muka bumi.

Kunci sukses peradaban Islam dalam mencetak ulama adalah terletak pada penerapan aturan Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Tatanan negara dibangun dengan akidah Islam, dimana fungsi negara dan penguasa adalah sebagai ra'in (pengurus, pelayan) bagi umat. Negara menerapkan sistem pendidikan yang berbasis akidah Islam untuk semua rakyat secara murah bahkan gratis. Sehingga rakyat dapat mengenyam pendidikan dengan baik sampai level perguruan tinggi. 

Pendidikan Islam dijauhkan dari nilai-nilai atau ide-ide yang bertentangan dengan Islam sampai terbentuk kepribadian Islam yang kokoh. Ide-ide yang bertentangan dengan Islam hanya diajarkan di level perguruan tinggi untuk melihat kebobrokan ide tersebut. Sistem pendidikan juga membekali para siswa dengan sains dan teknologi, bahasa asing, dan skill untuk menopang kehidupan dan dakwah Islam. Sebab salah satu tugas negara dalam Islam ada menyebarkan dakwah Islam ke seluruh penjuru dunia. 

Sehingga melalui pelaksanaan sistem pendidikan Islam, negara mencetak para siswa untuk menjadi para ulama sekaligus ilmuwan. Ulama yang tidak hanya fakih dalam masalah agama, tetapi juga unggul dalam sains dan teknologi. Imam Malik, Imam Syafi'i, Ibnu Sina, Jabir bin Hayyan, al Khawarizmi dan masih banyak lainnya, mereka adalah output sistem pendidikan Islam yang diterapkan dalam Kekhilafahan. Ringkasnya, mencetak ulama secara masif butuh penerapan syariat Islam secara kaffah dalam bingkai Khilafah. Wallahu a'lamu bish showab.[]

Oleh: Wati Ummu Nadia

Posting Komentar

0 Komentar