Penyebab Bencana dan Solusinya



Awal tahun 2021 beragam bencana terjadi di wilayah sebagian negeri ini, 9 Januari Bencana longsor di Sumedang,13 Januari bencana banjir di Kalimantan Selatan,14 Januari Gempa bumi di Mamuju dan Majene, Makassar, 16 Januari, bencana banjir dan longsor di Manado Sulawesi Utara, Bencana meletusnya Gunung Semeru di Jatim, Banjir di Lamongan Sidoarjo, Banjir di Aceh, terakhir 19 Januari banjir di kawasan Puncak Bogor

Berbagai bencana atau musibah adalah qadha dari Allah SWT, tak mungkin ditolak atau dicegah, harus dijalani dengan lapang dada, ridha, tawakal, istirja (mengembalikan semuanya kepada Allah SWT) dan sabar.

Apalagi musibah yang menimpa itu bisa menjadi penghapus dosa-dosa. Rasul saw. bersabda:

مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلاَ وَصَبٍ وَلاَ هَمٍّ وَلاَ حُزْنٍ وَلاَ أَذًى وَلاَ غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا إِلاَّ كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ

"Tidaklah seorang Muslim tertimpa musibah (bencana) berupa kesulitan, rasa sakit, kesedihan, kegalauan, kesusahan hingga tertusuk duri kecuali Allah pasti menghapus sebagian dosa-dosanya." (HR al-Bukhari dan Muslim).

Aneka bencana yang terjadi menunjukkan betapa lemahnya manusia, sehingga manusia membutuhkan pertolongan Allah SWT, seperti tercantum dalam QS Al Mulk ayat 16-17, Allah SWT berfirman:

أَأَمِنتُم مَّن فِي السَّمَاءِ أَن يَخْسِفَ بِكُمُ الْأَرْضَ فَإِذَا هِيَ تَمُورُ . أَمْ أَمِنتُم مَّن فِي السَّمَاءِ أَن يُرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِبًا فَسَتَعْلَمُونَ كَيْفَ نَذِيرِ

"Apakah kalian merasa aman terhadap (hukuman) Allah yang (berkuasa) di langit saat Dia menjungkirbalikkan bumi bersama kalian sehingga dengan tiba-tiba bumi itu berguncang? Ataukah kalian merasa aman terhadap (azab) Allah yang (berkuasa) di langit saat Dia mengirimkan angin disertai debu dan kerikil? Kelak kalian akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku."

Dalam semua bencana ada dua hal yang harus direnungkan: penyebabnya dan penanganan, pengelolaan dampak bencana dan rehabilitasi

Di dalam QS at-Taubah disebutkan bahwa penyebab bencana adalah sesuai dengan kehendak dan ketentuan-Nya sebagai Qadha-Nya.

Namun Allah SWT juga memperingatkan, banyak musibah yang terjadi yang melibatkan peran manusia, seperti dalam QS asy Syura ayat 30, Allah SWT berfirman:

وَمَا أَصَابَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَن كَثِيرٍ

"Musibah apa saja yang menimpa kalian itu adalah akibat perbuatan kalian sendiri. Allah memaafkan sebagian besar (dosa-dosa kalian)."

Jadi jelas bahwa dalam kasus banjir itu terjadi ketika neraca air permukaannya positif. Neraca air ditentukan oleh 4 faktor: 

Pertama, curah hujan. Kedua, air limpahan dari wilayah sekitar. Ketiga, air yang diserap tanah dan ditampung oleh penampungan air. Keempat, air yang dapat dibuang atau dilimpahkan keluar

Curah hujan memang tidak bisa dikendalikan oleh manusia, tapi 3 faktor lainnya sangat dipengaruhi oleh perilaku manusia termasuk kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh penguasa. Jadi tidaklah bijak menjadikan curah hujan sebagai kambing hitamnya.

Menurut LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional) dalam kurun waktu 10 tahun terakhir ini, tutupan lahan berupa hutan telah hilang di wilayah Kalsel, sehingga saat hujan mengguyur selama 10 hari berturut-turut, mengakibatkan DAS Barito tidak mampu menampung air hujan, sehingga meluap dan banjir bandang.

Dan masifnya pembukaan lahan yang terjadi secara terus menerus, turut andil dalam bencana ekologi yang terjadi, itu yang dituturkan Direktur ekskutif Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Kalsel, Kisworo Dwi Cahyo. Beliau pun menyampaikan 50% wilayah Kalsel sudah dialihfungsikan menjadi pertambangan dan perkebunan kelapa sawit.

Allah SWT berfirman:

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

"Telah nyata kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan manusia, supaya Allah menimpakan kepada mereka sebagian akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan Allah SWT)." (QS ar-Rum: 41)

Berdasarkan ayat tadi maka hikmah bencana adalah agar kita kembali ke jalan Allah. Maka dari itu kita harus terapkan syariat Islam secara kafah dalam semua aspek kehidupan, termasuk dalam pengelolaan lahan atau tanah, sumber daya alam dan lingkungan hidup.

Rasul saw. bersabda:

الشُّهَدَاءُ خَمْسَةٌ الْمَطْعُونُ وَالْمَبْطُونُ وَالْغَرِقُ وَصَاحِبُ الْهَدْمِ وَالشَّهِيدُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ

Syuhada itu ada lima: orang yang mati karena tha’un, orang yang mati karena penyakit perut/diare, orang yang mati tenggelam, orang yang mati tertimpa reruntuhan dan yang meninggal di jalan Allah ‘Azza wa Jalla. (HR Muslim).[]

Oleh: Fenti

Posting Komentar

0 Komentar