Mental Baja Muallaf Peracik Sambal

Foto: Bu Merna meracik sambal.


TintaSiyasi.com-- Tahun 2010 adalah tahun yang luar biasa bagi Merna, seorang ibu yang memiliki tiga anak itu memantapkan hati untuk menjadi seorang muslimah, ia sadar bahwa itu akan menjadi tahun yang berat, namun menurutnya itulah titik balik dan awal perjuangan hidupnnya, Merna opitimis dengan pilihan menjadi muallaf, Allah tidak akan meninggalkannya. 

“Saya tidak memiliki hak atas harta. Namun, saya bersyukur ketiga anakku lebih memilih ikut denganku, menjadi muslim,” ungkapnya dengan rasa syukur. 

Kontrakan petak di daerah Cilincing Jakarta Utara menjadi saksi awal perjuangan Merna. Di sana ia menyambung hidup sebagai buruh cuci dan gosok, ia juga menjadi juru masak ketika ada acara-acara syukuran, atau pesta pernikahan.

Langkah kehidupan Merna terasa berat, namun itu tidak menghentikan langkahnya, ia terus menjalani episode kehidupannya dengan kesabaran dan rasa optimis, bahkan Merna pun bercita-cita untuk membimbing anaknya hingga bisa masuk ke perguruan tinggi, luar biasa bukan?

“Karenanya, tidak ada pilihan baginya selain bekerja keras. Ia meyakini Allah tidak menguji hamba-Nya di luar batas kemampuan untuk memikulnya,” tegas Merna. 

Enam tahun kemudian, sebuah jalan terbuka untuk Merna. Pada tahun 2016 Merna mendapatkan pekerjaan di sebuah restoran ternama sebagai juru masak, lalu suatu hari kepala koki mencoba sambal buatan Merna, dan ia jatuh cinta dengan olahan sambal Merna.

“Merna, sambal buatanmu enak sekali. Buat dalam jumlah besar ya,” ungkap Kokinya kala itu di hadapan Merna. 

Merna melihat itu sebagai kesempatan besar, Merna tertantang untuk berwirausaha, ia yakin keahlian dalam mengulek sambal bisa menjadi modal besar ia untuk mengikuti jalan Rasulullah SAW dan para sahabat dalam menjalani kehidupan, yaitu membuka usaha dan berdagang.

Setahun bekerja di restoran, ia memutuskan resign (berhenti bekerja), bertahun-tahun menjalani episode berat dalam harinya, ternyata tidak mengurangi rasa optimisnya, ia memutuskan untuk merintis usaha, sebuah pilihan yang jarang diambil bagi orang-orang yang nyaman dengan bekerja. Merna keluar dari zona nyaman, dan membuka usaha warung makan bebek sambal, dengan modal tabungan selama ia bekerja. 

Seorang ibu bermental baja, mungkin itulah julukan yang tepat bagi Merna. Pasalnya, usaha warung makan gagal, Merna menilai hasilnya tidak optimal, namun ia tidak menyerah. Merna terus berpikir, hingga akhirnya munculah ide usaha dengan membuat produksi sambal dengan berbagai macam rasa. Ada sembilan jenis sambal yang Merna produksi, seperti original (asli), teri, cumi, peda, jengkol, pete, tongkol cue, rebon dan jambal putih. 

Produk sambalnya itu, ia namakan sambal Yowes Ben, mungkin Merna mengambil nama itu dari refleksi hidupnya, Yowes Ben bisa diartikan tetap melangkah bagaimana pun keadaanya.

Ya, begitulah kehidupan Merna, terus melangkah apapun kondisinya dan tidak menyerah. 

Namun, mental Merna kembali diuji. Merna menjual produk sambalnya secara ritel, dengan memanfaatkan jaringan teman-temannya, yang nantinya akan menjadi reseller (pengecer). Akan tetapi, saat menagih hasil penjualan sambal, teman-teman melaporkan bahwa produknya tidak laku.

“Tapi, ketika saya minta produk sambalnya, mereka bilang sudah habis,” kata Merna. 

Pedih dirasakan oleh Merna, namun menyerah bukanlah pilihan untuk Merna, mental baja Merna tidak membuat merna menyerah. 

Ia terus berjualan, dengan modal yang sedikit, ia terus berusaha, Merna melakukan evaluasi, yaitu dengan lebih hati-hati ia memilih reseller

Hingga pada tahun 2019, Merna dipertemukan dengan Lembaga Permberdayaan Ekonomi Mustahik (LPEM) BAZNAZ. Setelah mendapatkan informasi, Merna mendaftarkan diri sebagai anggota LPEM BAZNAS.

Melalui proses seleksi akhirnya Merna tergabung sebagai penerima manfaat LPEM BAZNAS Jakarta Utara. Sebuah kesempatan yang bagus bagi Merna, dengan semangat ia mengikuti serangkaian pelatihan dan pendampingan usaha, di sana ia belajar banyak hal yang membuat usahanya lebih maju dengan pesat, seperti seputar produksi, pengemasan, sampai pemasaran dan promosi. 

LPEM BAZNAS menyambut semangat Merna, ia diberikan modal usaha dan mulai memproduksi sambal Yowes Ben dalam kemasan botol 200 gram, dengan harga 27.000 Merna menjual sambal yang diolah dengan sepenuh hati dan dedikasi. 


Foto: Sambal Yowes Ben kemasan 200 gram.


Merna benar-benar tidak menyiakan kesempatan emas tersebut, dengan rasa optimis Merna terus belajar banyak hal untuk mengembangkan usahanya, semangat dan mentalnya tak perlu diragukan lagi, itulah yang membuat Merna maju. 

Akhirnya pada Agustus 2019 Merna memperoleh Surat Izin Usaha Mikro Kecil (IUMK). Bak gaung yang bersambut kesabaran, ketekunan, dan mental baja ibu tiga anak tersebut berbalas. 

“Bukan perkara mudah dan sebentar. Sambil terus menjalan usahanya, Merna bolak-balik mengurus segala dokumen yang dibutuhkan untuk mendaftarkan sertifikasi halal MUI (Majelis Ulama Indonesia). Akhirnya, sertifikasi halal sambal Yowes Ben pun terbit,” ungkap Mirna.

Itulah cerita Merna, perjuangan hidup yang ia tapaki bukan lah mudah, menjadi seorang muallaf, memulai semua dengan nol. Namun, keyakinannya sebagai Muslimah membuat ia yakin bahwa Allah tak pernah meninggalkannya. Memiliki keimanan, mental baja, kesabaran, ketekunan, dan tak pernah lelah belajar, itu perpaduan yang sempurna untuk menyambut kesuksesan dunia dan akhirat. 

Merna terus menjalankan usahanya sambal Yowes Ben hingga saat ini, bahkan ia berencana memasarkan sambelnya melalui e-commerce, dengan membuat akun di Tokopedia dan Bukalapak. Optimisme Merna memang tidak pernah berkurang. 

“Walaupun saat ini sekitar 90 persen penjualan masih dari pasar
offline, namun saya optimis dengan hadirnya di e-commerce akan
membantu penjualan sambal Yowes Ben ke depannya,” pungkas
Merna penuh semangat.[] Fatih Solahuddin

Posting Komentar

0 Komentar