Surga yang Tercancel

Ada sebuah kisah yang cukup menggetarkan jiwa siapa saja yang ada iman di dalam qolbunya. Kisah yang penulis kutip dari Kitab Syarah Hikam (Ibnu Athaillah) karya Ibnu  'Abbad An-Nafziy Ar-Rondiy, Juz: 1 Hlm: 104, Cetakan: Darul Fikr

رَوَى ﻋَﺪِﻱُّ ﺑْﻦُ ﺣَﺎﺗِﻢٍ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ، عَنْ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ أنَّهُ قَالَ: " ﻳُﺆْﻣَﺮُ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﺑِﻨَﺎﺱٍ مِنَ النَّاسِ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ ﺣَﺘَّﻰ ﺇِﺫَﺍ ﺩَﻧَﻮْﺍ ﻣِﻨْﻬَﺎ ،ﻭَﻧَﻈَﺮُﻭﺍ ﺇِلَيْهَا ﻭَﺍﺳْﺘَﻨْﺸَﻘُﻮﺍ رِيْحَهَا، ﻭَﻣَﺎ ﺃَﻋَﺪَّ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻷَﻫْﻠِﻬَﺎ ﻓِﻴﻬَﺎ ، 

Addiy bin Hatim Radiyallahu 'Anhu meriwayatkan: dari Rosulullah shalallahu 'Alaihi Wasallam bahwasannya beliau bersabda: "Pada hari kiamat ada sebagian manusia diperintahkan untuk menuju Surga, hingga ketika mereka telah dekat dengan surga dan mereka telah melihatnya, bisa mencium wanginya dan melihat apapun yang telah disediakan Allah Ta'ala untuk penghuninya,

ﻧُﻮﺩُﻭﺍ أَنِﺍﺻْﺮِﻓُﻮﻫُﻢْ ﻋَﻨْﻬَﺎ، فلاَ ﻧَﺼِﻴﺐَ ﻟَﻬُﻢْ ﻓِﻴﻬَﺎ،

tiba-tiba terdengar seruan agar mereka dijauhkan dari surga (karena) mereka tidak punya bagian disurga; 

قَالَ ﻓَﻴَﺮْﺟِﻌُﻮﻥَ ﺑِﺤَﺴْﺮَﺓٍ ﻣَﺎ ﺭَﺟَﻊَ ﺍﻷَﻭَّﻟُﻮﻥَ ﺑِﻤِﺜْﻠِﻬَﺎ ،

Rasulullah saw melanjutkan: "Lalu mereka pun kembali dengan kecewa dan mengeluh, karena kejadian tersebut belum pernah terjadi sebelumnya (yakni orang yang sudah hampir masuk surga, malah disuruh kembali)."

 ﻓَﻴَﻘُﻮﻟُﻮﻥَ :يَا ﺭَﺑَّﻨَﺎ ﻟَﻮْ ﺃَﺩْﺧَﻠْﺘَﻨَﺎ ﺍﻟﻨَّﺎﺭَ ﻗَﺒْﻞَﺃَﻥْ ﺗُﺮِﻳَﻨَﺎ ﻣِﻦْ ﺛَﻮَﺍﺑِﻚَ ﻭَﻣَﺎ ﺃَﻋْﺪَﺩْﺕَ ﻓِﻴﻬَﺎ ﻷَﻭْﻟِﻴَﺎﺋِﻚَ ﻛَﺎﻥَ ﺃَﻫْﻮَﻥَ ﻋَﻠَﻴْﻨَﺎ ،

Mereka mengeluhkan: "Wahai Tuhan kami, seumpama saja Engkau langsung memasukkan kami ke neraka sebelum Engkau perlihatkan kepada kami balasan pahala-Mu dan apa yang sudah Engkau sediakan bagi Para Kekasih-kekasih-Mu, maka itu lebih terasa ringan bagi kami."

 ﻗَﺎﻝَ : ﺫَﻟِﻚَ ﺃَﺭَﺩْﺕُ ﺑِﻜُﻢْ كُنْتُمْ ﺇِﺫَﺍ ﺧَﻠَﻮْﺗُﻢْ ﺑَﺎﺭَﺯْﺗُﻤُﻮﻧِﻲ ﺑِﺎﻟْﻌِﻈَﺎﻡِ ، ﻭَﺇِﺫَﺍ ﻟَﻘِﻴﺘُﻢُ ﺍﻟﻨَّﺎﺱَ ﻟَﻘِﻴﺘُﻤُﻮﻫُﻢْ ﻣُﺨْﺒِﺘِﻴﻦَ ﺗُﺮَﺍؤُﻭﻥَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱَ ﺑِﺨِﻼﻑِ ﻣَﺎ ﺗُﻌْﻄُﻮﻧِﻲ ﻣِﻦْ ﻗُﻠُﻮﺑِﻜُﻢْ ، 

Allah Ta'ala menjawabnya: (kejadian) ini memang Aku kehendaki kepada kalian, (karena) kalian dahulu di dunia apabila kalian sendiri denganKu, kalian malah melakukan dosa besar, namun bila kalian berjumpa manusia kalian menjumpai mereka seolah-olah sebagai seorang yang rendah hati, kalian memperlihatkan kepada manusia berbeda dengan apa yang kalian berikan kepada-Ku,

ﻫِﺒْﺘُﻢُ ﺍﻟﻨَّﺎﺱَ ﻭَﻟَﻢْ ﺗَﻬَﺎﺑُﻮﻧِﻲ ، ﻭَﺃَﺟْﻠَﻠْﺘُﻢُ ﺍﻟﻨَّﺎﺱَ ﻭَﻟَﻢْ ﺗُﺠِﻠُّﻮﻧِﻲ ، ﻭَرَكَنْتُمْ إلَى النَّاﺱِ ﻭَﻟَﻢْ ﺗَﺮْكَنُوْﺍ إلَيَّ ، 

kalian takut kepada manusia namun tidak takut kepada-Ku, kalian mengagungkan manusia , tapi kalian tidak mengagungkan-Ku, kalian bergantung/mempercayai manusia, namun kalian tidak bergantung/mempercayai-Ku, 

ﻓَﺎﻟْﻴَﻮْﻡَ ﺃُﺫِﻳﻘُﻜُﻢْ ﺃَﻟِﻴﻢَ ﺍﻟْﻌَﺬَﺍﺏِ ﻣَﻊَ ﻣَﺎ ﺣَﺮَﻣْﺘُﻜُﻢْ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺜَّﻮَﺍﺏِ " 

Maka hari ini Aku buat kalian merasakan siksaan yang amat pedih, serta (sebelumnya Aku perlihatkan kepada kalian) apa yang Aku haramkan kepada kalian berupa pahala (surga)"

Layak direnungkan bagi kita yang beriman, bagaimana begitu mirisnya, sebuah nikmat yang akan teraih tapi batal. Betapa prank itu ada, sebagai balasan karena kita ngeprank Dzat yang maha segalanya. Rabb kita Azza wajalla. 

Ada yang di depan manusia lainya, begitu menampilkan sosok sempurna, tapi seketika berubah di kala sendiri. Mengutip pemuka Tabi'in Wahab bin Munabih Radhiallahuanhu hal itu merupakan tanda kemunafikan,

 لِلْمُنَافِقِ ثَلَاثُ عَلَامَاتٍ: يَكْسَلُ إِذَا كَانَ وَحْدَهُ، وَيَنْشَطَ إِذَا كَانَ أَحَدٌ عِنْدَهُ، وَيَحْرِصُ فِي كُلِّ أُمُورِهِ عَلَى الْمَحْمَدَةِ.

(حلية الأولياء وطبقات الأصفياء 4/47)

Orang munafik itu mempunyai tiga tanda; malas di saat sendiri, bersemangat jika ada seseorang yang bersamanya, dan di setiap urusan yang dilakukannya haus akan pujian.

Dalam surat Ash shaf ayat 2 dan 3, Allah Azza wajalla berfirman,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفۡعَلُونَ

Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?

كَبُرَ مَقۡتًا عِندَ ٱللَّهِ أَن تَقُولُواْ مَا لَا تَفۡعَلُونَ

(Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.

Hanya demi mencari pujian didepan manusia rela bertopeng kebaikan, dan bersegera melepas ketika hanya sendiri bersama Allah. 

Ngeprank atau menipu Allah, sementara yang ditipu Maha Tahu segalanya. Sungguh itu adalah kekonyolan yang nyata.

Di depan musyrif atau gurunya, melaporkan gerak dakwah yang luar biasa, tentang amalan ibadah maghdoh layaknya orang orang sholih, tapi berbeda fakta yang dilakukan. Musyrif atau guru kita bisa jadi percaya, karena dia tidak tahu, tapi ada Allah, Pencipta kita yang tidak bisa ditipu.

Di depan manusia menyuruh mengerjakan amal kebaikan, dan melarang pada yang haram, sementara dia sendiri pada amalan kebaikan tidak mengerjakan kecuali ketika bersama manusia lain dan ketika pada hal yang dia larang pada manusia malah dia kerjakan ketika tidak ada manusia lain yang mengetahui.

Seperti sebuah hadits dari Usamah bin Zahid Radhiallahuahu, "Kelak di hari kiamat, ada seseorang yang didatangkan lalu dilemparkan ke neraka. Seisi perutnya tiba-tiba keluar dalam neraka. Laki-laki tersebut berputar-putar seperti halnya seekor keledai yang berputar-putar di padang rumputnya. Para penghuni neraka kemudian berkumpul dan bertanya, ‘Kenapa engkau ini? Bukankah engkau dulu selalu memerintahkan kami untuk mengerjakan kebaikan dan melarang kami mengerjakan kemungkaran?’ Laki-laki tersebut menjawab, ‘Aku pernah memerintahkan kalian untuk mengerjakan kebaikan namun aku sendiri tidak mengerjakannya. Aku juga melarang kalian untuk tidak mengerjakan kemungkaran namun aku sendiri mengerjakannya.” (HR. Bukhari).

Semoga kita terhindar dari golongan yang "ngeprank" Allah, karena Dia Dzat yang maha tahu segalanya. Tidak akan pernah bisa ditipu selamanya. Mumpung masih di dunia, mari maksimalkan amalan yang disesuaikan dengan lisan dan demi meraih Ridho Allah semata. Bukan meninggalkan Ridho Allah demi ridho manusia. Wallahu a'lam bishawab.[]

Oleh: Eyang Darussalam
(Khadim Majelis Ta'lim Nurul Iman, Playen-Gunungkidul)

Posting Komentar

0 Komentar