Mus'ab Bin Umair, Diplomat Islam Pertama yang Piawai


Muslim mana yang tidak kenal pemuda tampan berusia 14 tahun lebih muda dari Nabi ï·º dan berasal dari keluarga terhormat kaya raya serta termasuk keturunan Quraisy. Sedangkan ibunya bernama Khunnas binti Malik yang cukup disegani hingga diriwayatkan tiada kekhawatiran dihati pemuda tersebut ketika memeluk islam selain ibunya sendiri.

Sang ibunda pun sangat memanjakannya. Bahkan sejak kecil sampai masa remaja nyaris tak pernah merasakan kesulitan hidup dan kekurangan nikmat dunia. Sampai-sampai pakaian terbaik dan parfum mahal identik dengan kesehariannya.

Sementara itu Nabi ï·º juga memberikan kesan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan imam Al Hakim, bahwa beliau tidak pernah melihat seorang pun di Makkah yang lebih rapi rambutnya, paling bagus pakaiannya, dan paling banyak diberi kenikmatan selain dari pemuda tersebut. Pun para ahli sejarah Islam dan ahli riwayat juga mendeskripsikannya dengan kalimat "seorang warga Makkah yang mempunyai nama paling harum".

Dialah Mush'ab bin Umair bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Abdud Dar bin Qushay bin Kilab al-Abdari Al-Quraisy. Lahir di Makkah pada tahun 585 M. Yang karena begitu besar kecintaannya kepada Allah dan Rasul-Nya, mampu mengubah keseluruhan jalan hidup hingga ia pun menanggalkan segala kemewahan duniawi di usia 25 tahun. Hal itu terbukti tatkala keislamannya diketahui sang ibu, seketika ia lebih memilih agama Allah dan Rasul-Nya serta rela dikekang penjara oleh ibunya sendiri.

Namun ketika mendengar kabar kaum muslim hijrah ke Habasyah, ia segera mencari cara untuk lepas dari kekangan ibunya dan akhirnya ia berhasil ikut pergi ke sana meski tanpa membawa apapun kecuali pakaian di tubuhnya. Melihat Mush'ab dengan kondisi lusuh, Nabi ï·º pun terharu akan keadaan pemuda bangsawan itu yang sangat bertolak belakang dengan kehidupan sebelum memeluk Islam.

Akan tetapi Mush'ab yang juga dikenal dengan sifat zuhud dan sarat dengan kejujuran serta kesungguhan hati dalam ber-Islam, telah mengantarkannya terpilih menjadi diplomat islam pertama. Tugas menyebarkan dan mengajarkan agama Islam ke kota Yatsrib pun menanti, setelah dua belas orang dari sana datang menyatakan keislamannya. 

Kecakapan beretorika dan bernegosiasinya lantas dibuktikan dengan melaksanakan amanah Rasulullah untuk mengontak pemimpin dari bani Asyhal yaitu Sa'ad bin Mu'adz dan Sa'ad bin Ubadah. Tokoh-tokoh kunci yang mengendalikan pemerintahan di Yatsrib kala itu.

Bermula akan diusirnya Mush’ab keluar dari Yatsrib, ia pun berusaha bertemu Sa'ad bin Mu'adz terlebih dahulu. Lantas berkata kepada penguasa tersebut, "Bagaimana kiranya kalau Anda duduk dan mendengar apa yang hendak aku sampaikan? Jika engkau ridha dengan apa yang aku ucapkan, maka terimalah. Andai engkau membencinya, maka aku akan pergi". Pemimpin Yatsrib itu pun menjawab, "Ya, yang demikian itu lebih bijak". Kemudian Mush'ab yang cakap berdiplomasi pun menjelaskan kepada Sa'ad terkait apa dan bagaimana Islam yang ia bawa. Lalu ia membacakannya Al Qur'an, hingga kemudian hidayah Allah ï·» pun menghampiri pemimpin Yatsrib tersebut.

Usaha mengkondisikan Yatsrib untuk kesiapan hijrah dan penerapan Islam secara kaffah (keseluruhan) akhirnya mencapai hasil gemilang dalam hitungan bulan saja sejak diutusnya menjadi diplomat. Artinya, dengan kehendak Allah ï·» ia berhasil melunakkan dan menawan hati penduduk Yatsrib hingga mereka berduyun-duyun masuk Islam termasuk para tokoh elit politik di lingkaran kekuasaan. Selanjutnya tidak ada rumah di seluruh Yatsrib yang tidak dimasuki Islam.

Dengan demikian tak dapat dipungkiri, sepak terjang dakwahnya telah mampu mengubah peta penyebaran Islam mulai saat itu. Apalagi setelah tokoh kunci pemegang kekuasaan dengan tanpa syarat menyatakan kesetiaan dan ketaatan kepada Allah dan Rasul Nya. Lalu setelah dibai'atnya Rasullullah ï·º menjadi pemimpin Yatsrib, hukum yang diberlakukan hanya hukum Allah ï·».

Sejak saat itu nama Yatsrib diganti menjadi Madinah. Sebuah titik dimulainya perjalanan Islam dalam bentuk pemerintahan. Kemudian pada waktunya menjadi sebuah peradaban Islam yang belum pernah diterapkan sebelumnya dan belum pernah terjadi setelahnya.

Peradaban emas dengan rentang ± 1300 tahun setelah peristiwa hijrah Nabi (622 M) hingga keruntuhan kekhilafahan Utsmani (1924 M) telah menjadikan tata kehidupan manusia menjadi lebih baik. Berbagai transfer keilmuan dari Islam dijadikan dasar revolusi teknologi atau perubahan lain yang diperlukan. Bahkan sampai ke luar negara dan benua.

Keistiqamahan dakwah Mush'ab terus berlanjut hingga ajal menjemput. Tatkala perang Uhud, ia disyahidkan. Bahkan kesederhanaannya tampak di akhir hayatnya, ketika tak sehelai kain pun menutupi tubuhnya yang mulia selain sehelai burdah. Andai ditaruh di atas kepalanya, terbukalah kedua belah kakinya. Sebaliknya bila ditutupkan ke kakinya, terbukalah kepalanya. Maka Rasulullah ketika itu bersabda, "Tutupkanlah ke bagian kepalanya, dan kakinya tutupilah dengan rumput idzkhir." (red: idzkhir, rumput yang baunya harum)

Dengan gugurnya Mush'ab bin Umair, berakhir pula perjalanan dakwah seorang diplomat hebat. Tetapi kepiawaian berikut prinsipnya yang pantang pulang sebelum berikhtiar bisa dijadikan teladan bagi generasi muslim saat ini agar senantiasa berdakwah ahsan tanpa kekerasan. Sebab metode seperti inilah yang telah dicontohkan Nabi bersama para sahabat. Dan terbukti sukses membuka gerbang dakwah Islam hingga mampu mengantarkan agama suci ini tersebar sampai ke seluruh dunia termasuk Nusantara.[]

Oleh: Zainul Krian

Posting Komentar

0 Komentar