Kepemimpinan dalam Keluarga, Hak Suami Isteri dan Bagaimana Membangun Rumah Tangga Sakinah


Islam menetapkan kehidupan suami isteri bukan sebagai dua patner bisnis, layaknya pemodal dan pekerja, atau majikan dan buruh , atau penguasa dan rakyat. Tapi, suami isteri adalah dua sahabat.

Meski jelas dan tegas pembagiannya, tetapi kehidupan keluarga harus dibangun dengan filosofi kehidupan dua sahabat. Suami memang ditetapkan sebagai Qawam. Sandaran, yang mengurus dan meluruskan jika ada yang menyimpang dari visi, misi, tujuan dan ketentuan hukum syariah.

Sementara isteri ditetapkan sebagai ibu dan pengurus rumah tangga. Mengurusi wilayah domestik. Mengatur semua urusan rumah.

Masing-masing telah diberi hak dan kewajiban yang jelas. Hak suami wajib ditaati isteri dalam perkara yang tidak maksiat. Islam pun menetapkan nusyuz isteri pada suami dalam dua wilayah. Kehidupan suami isteri dan di rumah. Di luar itu tidak disebut nusyuz.

Begitu juga isteri mempunyai hak yang menjadi kewajiban suami, seperti nafkah, baik materi maupun non materi. Nafkah materi ini wajib bagi suami untuk isteri dan anaknya. Suami bisa memberi izin khusus, atau umum dalam penggunaan nafkah ini. Jika itu dilakukan, kedua pasangan ini akan mendapatkan pahala di sisi Allah.

Suami isteri sama-sama mempunyai hak untuk dicintai dan mencintai. Disayangi dan menyayangi, dengan lisan maupun perbuatan. Bisa dalam bentuk rayuan, gurauan hingga sentuhan. Semuanya itu sebagai upaya memberikan kasih sayang dan saling meyayangi.

Untuk menjaga hubungan suami isteri, jangan pernah menceritakan wanita lain kepada isteri, atau pria lain kepada suami. Apalagi menunjukkan fotonya. Karena menceritakan sifatnya saja tidak boleh oleh Nabi, apalagi menunjukkan fotonya.

Semuanya ini untuk menjaga kesucian hati dan cinta masing-masing pasangan. Pendek kata, kalau Anda ingin tahu bagaimana perasaan pasanganmu kepadamu, tanyalah perasaanmu kepadanya. Begitu pesan Abdullah bin Mas'ud.

Pasangan yang sudah menemukan chemistry akan peka terhadap perasaan masing-masing pasangan. Sampai apa yang ada di hati dan pikirannya pun tahu.[]

Oleh: KH. Hafidz Abdurrahman, MA. 
(Khadim Ma'had Syaraful Haramain)

Posting Komentar

0 Komentar