Mencintai Anak Karena Allah


Anak adalah anugerah Allah. Anak adalah titipan Allah. Tentu amat logis sebagai hamba yang dititipi jika orang tua menjaganya sesuai amanat sang pemiliknya. Begitulah cinta dan sayang yang seharusnya diberikan orang tua yang sadar akan posisi anak bukan miliknya. Sehingga tiap langkah dalam mendidik akan disesuaikan titah sang empunya. Bukan semaunya. Apalagi dengan dalih kebebasan memilih tanpa pengekangan untuk melegalkan lepas dari aturan sang pencipta.

Dalam Qs. Lukman ayat 13-18 cukup jelas bagaimana seharusnya kita sebagai orang tua mendidik anak. Inilah bentuk syukur atas anugerah dan titipan-Nya. 

Pertama: Penanaman akidah atau tauhid
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَابُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar”. (QS. Luqman :13).

Dalam surat Lukman ayat 13, tak heran dengan penanaman ini akan tertancap keyakinan yang kokoh hanya Allah yang Esa tuhan yang layak disembah. Sehingga tak terbersit untuk menduakan atau bersandar kepada yang lain selain Allah ta'ala. Sehingga faham pluralisme (menganggap semua agama benar) tidak akan mudah menjangkiti keimanan si anak. Karena telah dipilihnya Islam sebagai agamanya. 

Kedua: Adab Terhadap Orang tua

 Ayat 14
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapkanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun[1]. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (QS. Luqman : 14).

Dalam surat lukman ayat  14-15 berisi pendidikan birul walidain. Adap yang luar biasa kepada ibu bapak.   Berlaku baik  pada orang tua bagaimana pun kondisinya. Taat terhadap mereka selama mereka tidak mengajarkan pada kemaksiatan.  Bahkan, andai pun mereka berbeda agama atau keyakinan maka berperilaku baik tetap menjadi kewajiban orang tua. Dari pendidikan inilah sikap hormat dan saling mengasihi akan tetap terjalin pada anak dan orang tua. Jadi tak ada istilah "kacang lupa kulitnya", meski anak dalam kondisi puncak kesuksesan. 

Ketiga: Menanamkan bahwa tiap perbuatan ada balasannya.

Ayat 16
يَابُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَوَاتِ أَوْ فِي الْأَرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ
(Luqman berkata): “Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus[2] lagi Maha mengetahui. (QS. Luqman : 16)

Dalam surat Lukman ayat 16. Penanaman bahwa Allah akan membalas tiap perbuatan baik dan buruk seberapa pun kecilnya. Dengan penanaman ini diharapkan akan menjadikan anak yang selalu merujuk pada aturan Allah dalam bersikap. 

Termasuk mulai dari cara makan, pakaian muamalah dan sebagainya akan berkiblat pada aturan Allah. Dan masa kecil inilah masa yang tepat untuk pembiasaan baik. Termasuk menutup aurat  dengan mengenakan kerudung dan jilbab.

Keempat: Mendirikan shalat dan amar ma'ruf nahi munkar (dakwah).

Ayat 17
يَابُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (QS. Luqman : 17)

Shalat adalah aktifitas yang pertama yang akan dihisab. Bahkan hikmah dari mendirikan shalat adalah mencegah  dari aktifitas keji dan mungkar. Maka penanaman pemahaman inilah yang mengantarkan pada hamba Allah yang gemar ibadah dengan khusyu'. 

Begitu pun pendidikan amar ma'ruf dan nahi Munkar adalah pendidikan yang senantiasa ditekankan pada anak. Dengan aktivitas mulia ini gelar umat terbaik melekat pada umat. Dan jiwa kepedulian dan keberanian untuk menyatakan yang hak adalah hak dan yang bathil adalah bathil akan melekat pada diri generasi. 

Kelima: Tidak Sombong

Ayat 18 
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ

Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS. Luqman : 18)

Penanaman untuk tidak sombong melahirkan pada generasi yang tidak merasa paling sehingga mudah merendahkan yang lain. Pun melahirkan sikap yang tawadzu' dan tunduk atas perintah Allah. Karena hakikatnya sombong adalah memandang rendah bagi yang lain. Dan menolak kebenaran juga masuk dalam sikap sombong.

Kelima poin di atas tentu bukanlah hal yang mudah untuk ditanamkan. Maka pembiasaan sejak dini untuk amalan-amalan shalih pun dibutuhkan. Dimana pembiasan mulai perilaku adab shalat dan menutup aurat  tentu diiringi dengan pentransferan pemahaman sesuai dengan jangkauan akal dan perkembangan anak. 

Jadi tak bisa dikatakan pembiasaan menutup aurat oleh para orang tua kepada putri-putrinya sebagai bentuk pengekangan dan menimbulkab jiwa eksklusif. Justru dengan pembiasaan yang diiringi dengan transfer pemahaman yang meniscayakan mereka kokoh dan sadar mengambil tiap perbuatannya atas buah keimanan dan pemahaman aturan rabb-Nya. Allahu a'lam bi shawab.[]

Oleh: Yuyun Rumiwati

Posting Komentar

0 Komentar