Pengaruh Islam pada Ornamen Rumah Banjar

Pertama kali menginjakkan kaki di kota Banjarmasin, terbersit tanda tanya di benak. Mengapa setiap jembatan di kota ini memiliki ukiran buah nanas?

Tak hanya jembatan, pagar rumah penduduk pun ada yang berukiran buah nanas. Terutama rumah adat Banjar. Museum Wasaka yang memiliki arsitektur rumah adat Banjar, pagar ulinnya berhiaskan ukiran buah nanas. Gedung megah milik pemerintah seperti gedung Sultan Suriansyah pun memiliki pagar yang berhiaskan ukiran buah nanas. 

Bahkan ada masjid yang kubahnya berbentuk ukiran buah nanas. Namanya masjid Tuhfathurraghibin yang berlokasi di Alalak Tengah. Dijuluki masjid Kanas. Kata kanas diambil dari Bahasa Arab yaitu kanasa yang artinya pembersih. Masjid ini dibangun pada tahun 1938 oleh tuan guru H. Marwan, keturunan ke-4 Syekh Arsyad Al-Banjari. Nama Tuhfathurraghibin pun diambil dari buku karangan Syekh Arsyad Al-Banjari, ulama kharismatik asal Kalimantan Selatan.

Ada chemistry apa antara urang Banjar dengan buah kanas? Kanas adalah sebutan untuk nanas dalam Bahasa Banjar. Tak seperti daerah lain yang juga menggunakan ornamen nanas, Banjar memiliki filosofi buah nanas lebih mendalam.

Jika di daerah lain melihat wujud luar dari buah nanas, lalu menghubungkannya dengan kehidupan sosial manusia seperti buah nanas yang senantiasa berdiri tegak, kulit berduri dan buahnya ada matanya. 

Sementara budaya Banjar memandang ke fungsi nanas. Apa yang dikandung oleh buah nanas. Nanas memiliki zat antioksidan yang jika dikonsumsi bisa membersihkan tubuh dari zat radikal bebas. Buah nanas muda jika direndam bersama logam, mampu membersihkan karat pada logam tersebut. 

Rasa buah nanas tua yang manis kecut, jika diiris-iris dan diberi pelengkap bumbu rujak, akan mengajak orang-orang untuk berkumpul merujak dan menikmati nanas bersama.

Dengan melihat fungsi buah nanas itu, diletakkannya ornamen buah nanas di pagar rumah merupakan sebuah undangan saling bersilaturahmi dan berkumpul. Serta mengharapkan para tamu memiliki hati yang bersih saat datang berkunjung sehingga akan menciptakan hubungan harmonis di masyarakat.

Pesan serupa disampaikan oleh tuan guru pendiri Masjid Kanas. Jika ingin membersihkan diri, pergilah ke masjid. 

Masyarakat Banjar memang kental budaya Islamnya. Hal ini merupakan pengaruh dakwah para raja Banjar dan ulamanya serta formalisasi hukum Islam di kerajaan Banjar. Kerajaan Islam di Kalimantan Selatan merupakan kerajaan Islam tertua yang ada di Kalimantan. 

Banjarmasin sebagai ibukota Kalimantan Selatan, sekaligus pusat kerajaan Banjar, tahun ini merayakan HUT ke-494 tahun. Perhitungan hari jadi kota Banjarmasin itu dimulai sejak Pangeran Samudera, raja Banjar pertama, memeluk agama Islam. Setelah memeluk Islam, beliau bergelar Pangeran Suriansyah. Wallahu a'lam.[]

Oleh: Yasmin Ramadhan

Posting Komentar

0 Komentar