Subhanallah, Dafa Berubah Jadi Monster Jeruk?

Foto: https://id.pinterest.com/


“Assalamu’alaikum....” pekik Dafa sambil lari terengah-engah menuju rumah.

“Waalaikumussalam... kaki kotornya jangan masuk dulu, lantainya masih basah... baru Bunda pel,” jawab Bunda sambil menyiram bunga di pekarangan depan. 

Dafa langsung selonjoran di teras. “Ka.. kalau begitu, to...tolong ambilkan minum... Dafa ha..us... mulut Dafa pa..hit.. as..asam,” sambungnya dengan nafas tersengal lalu duduk di teras sembari memandang pekarangan. 

“Tuh lihat, biji jeruk yang kamu buang sudah mulai tumbuh...” ujar Bunda sambil menyiram biji jeruk yang mulai berkecambah, “soalnya Bunda siram setiap hari...”

Dafa langsung menelan ludah, wajahnya memucat sembari bergumam dalam hati, “Masya Allah, berarti omongan Doni benar...”

Melihat anaknya memucat, Bunda langsung menghentikan kran air lalu masuk ke rumah. Lalu ke luar sambil menyodorkan segelas air, “nanti sudah minum cuci kaki ya...”

Meski sangat kehausan Dafa menolak air minum yang disodorkan. “Tidak... tidak.. tidak...,” sambil tetap duduk selonjoran tapi kini sembari menghentak-hentakan kaki penuh kecemasan.

“Kenapa? Dafa marah sama Bunda ya...” tanya Bunda.

“Enggak Bunda...” jawab Dafa.

Lalu Bunda kembali menyodorkan gelas. Tapi Dafa semakin resah, dengan spontan tangannya menepis gelas... airnya pun tumpah, untung gelas tidak pecah, karena begitu terlepas langsung ditangkap tangan Bunda dengan lincah.

Hampir saja emosi Bunda terpancing, tapi sebagaimana ikan yang cerdas, selalu melihat kail meski tertutup cacing.

Bunda lalu duduk di samping Dafa, kemudian membelai kepalanya sembari membuang beberapa biji jeruk yang menempel lalu bertanya, “Apa yang kamu rasakan sayang?”

“Dafa takut Bunda kalau minum...” ungkap Dafa.

“Takut kenapa?” tanya Bunda sambil mengelap keringat di kening dan wajah Dafa menggunakan kerudung yang dipakainya.

“Takut seperti itu...” jawab Dafa sambil menunjuk kecambah jeruk di pekarangan, “nanti kalau minum, tumbuh daun dari kuping, muncul jeruk dari hidung...”

Bunda tersenyum. “Kamu menelan biji jeruk ya....” tuding Bunda dengan wajah jenaka.

“Bunda senang ya punya anak jadi monster jeruk!” ujar Dafa dengan nada tinggi.

Bunda langsung ingat pepatah, ada kail dalam tubuh cacing, jangan terpancing Cing... 

Makanya, dengan tetap berusaha tenang, Bunda menjawab, “Bunda tentu tidak mau punya anak berubah jadi monster jeruk, dan Bunda yakin, Dafa tidak akan berubah jadi monster jeruk.”

“Tapi Dafa haus Bunda...” sanggah Dafa.

“Ya tinggal minum saja Dafa...” Bunda menyanggah sanggahan.

“Tuh, Bunda pengen Dafa jadi monster jeruk...” gerutu Dafa.

“Enggak dooong...” jawab Bunda, “Ayo ceritakan sama Bunda, tadi Dafa main di mana kok bisa takut jadi monster jeruk segala...”

Dafa pun bercerita tentang kejadian satu jam terakhir saat dirinya bermain bersama teman-teman di lapangan dekat rumah ketua RT.

+++

Lagi asyik main kejar-kejaran, ketua RT datang memberi jeruk. 

“Ini seorang satu,” ujar ketua RT kepada  Dafa, Doni, Didi dan Dian. 

“Jazakallah khairn Pak RT...,” syukur Dafa kepada ketua RT yang langsung pergi. 

“Eee.. tolong buangin bijinya Don,” ujar Dafa kepada Doni.

“Aah cemen tidak bisa makan jeruk sendiri...” ujar Didi lalu disambut gelak tawa Doni dan Dian.

Dafa diam membatin melihat ketiga temannya dengan sigap mengupas dan memasukan jeruk ke mulut. Gigi, lidah dan mulut Didi, Doni dan Dian pun dengan lincah mencacah, menjaga biji agar tidak tergigit atau pun tertelan seraya mengunyah dan memasukan yang lainnya ke dalam tenggorokan. Lalu mereka mendongak ke langit sambil memoncongkan mulut kemudian diarahkan ke Dafa, prul.. prul... prul.. hujan lokal biji jeruk pun tak terhindarkan... sebagiannya mendarat di sela-sela rambut Dafa. Keterlaluan!

Dafa yang biasa makan jeruk setelah bijinya dibuang Bunda, tak mau kalah. Setelah mengucapkan basmalah, ia masukan jeruk ke mulut lalu mengunyah.. krek... satu biji tergigit, pahitnya amit-amit... ia pun mual... uek.. rasa pahit bercampur rasa asam dari lambung berpadu di lidah... brol... isi perut keluar.

Bukannya berempati, ketiga temannya malah kembali ngebuli, “cemen... cemen.. cemen.. hi..hi.. hi...”

Dafa tak mau nyerah, ia masukan lagi belahan jeruk lainnya. Teman-temannya dengan mimik mengejek menatap penuh penasaran. Perlahan geligi dan lidah Dafa memilah hati-hati, hampir saja sebutir biji tergigit, dengan lincah lidahnya memindahkan biji seraya berupaya menelan bagian jeruk lainnya, tapi... biji ikut tertelan... glek...

“Tertelan bijinya ya?” ujar Dian.

“Iya, memang kenapa? Bahaya ya?” cemas Dafa.

“Waaah, nanti tumbuh... daunnya ke luar di sini,” ujar Doni sambil menyentuh kuping Dafa, “buahnya muncul di sini,” tangan Doni beralih ke hidung Dafa.

“Nah lho!?” sambung Didi.

Dafa mulai menampakkan wajah panik...

“Kalau sudah tumbuh berarti Dafa berubah jadi monster jeruk....! Iiiiih takut....” timpal Dian.

“Dafa Si Monster Jeruk.... ha... ha.. ha..” ujar mereka serentak.

“Subhanallah, Dafa Berubah jadi Monster Jeruk?” ungkap Dafa antara percaya tidak percaya.
Dafa pun berlari pulang.

+++

“Bunda yakin kamu tidak akan jadi monster jeruk Sayang,” seraya bangkit mengepel air minum yang tertumpah, “Meski kamu minum banyak dan banyak minum.”

“Cuci kaki, Bunda ambilkan kamu minum lagi,” lalu masuk ke rumah kemudian keluar sambil membawa sebotol besar air minum.

Dafa percaya dengan berkataan Bunda, ia pun minum sampai tiga gelas. Lalu bertanya, “Mengapa biji jeruk di dalam perut tidak akan tumbuh?”

Dengan perlahan dan seksama Bunda menjelaskan bahwa dengan keputusan (qadha)-Nya, Allah SWT yang menciptakan asam klorida di dalam lambung manusia. Allah SWT juga menciptakan khasiat (qadar) dari asam klorida tersebut sebagai pelindung bagi tubuh.

Bahan-bahan yang berbahaya bagi tubuh dapat dirusak oleh asam ini. Asam klorida juga dapat berfungsi sebagai antiseptik karena bakteri yang tidak tahan asam akan mati terkena asam klorida. 

“Kalau kita muntah, kita merasakan asam di mulut kita, itulah asam lambung alias asam klorida yang berasal dari lambung kita,” beber Bunda.

“Benar Bunda... tadi juga ketika muntah terasa asam...” Dafa menimpali dengan girang.

Zat asam ini akan menghancurkan biji-biji yang tertelan bersama makanan. “Suasana asam yang tinggi tidak cocok bagi pertumbuhan biji-biji buah yang ditelan. Sehingga biji-biji itu tak pernah tumbuh dalam perut kita. Biji-biji tersebut akan hancur dan dibuang bersama sisa makanan kita nantinya,” terang Bunda.

“Masyaallah,” Dafa terkesima.

“Masyaallah,” timpal Bunda yang kemudian membacakan Al-Qur’an Surat Al-Qamar Ayat 49. 

“Artinya Bunda?” tanya Dafa penasaran. 

“Sesungguhnya segala sesuatu Kami (Allah SWT) ciptakan dengan qadar (ukuran, aturan)” jawab Bunda.

Shadaqallahul Adziim,” ujar keduanya serentak.

Keduanya berpelukan. “Jazakillah khairan Bunda.... Dafa senang punya ibu seperti Bunda.”

Jazakallah khairan Dafa, Bunda juga senang punya anak seperti Dafa.”[]


Cerpen di atas hanya fiktif belaka, terinspirasi saat aku kecil tak sengaja memakan biji jeruk, lalu ayah berkelakar nanti tumbuh daun di kuping dan buah di hidung. Aku pun ketakutan lalu ayah menjelaskan bahwa itu tidak mungkin terjadi. Aku pun tertawa senang. “Yaa Allah terimalah semua amal baik ayahku, ampuni semua dosanya, masukanlah ke surga dan jauhkanlah dari api neraka. Aamiin.” 


Oleh: Joko Prasetyo
Jurnalis

Depok, 16 Muharam 1437 H / 4 Nopember 2015 M

Posting Komentar

0 Komentar