Peristiwa-Peristiwa Bersejarah pada Ramadhan di Masa Kesultanan Islam

Foto: sugionosejarah.wordpress.com


Banyak peristiwa bersejarah terjadi di bulan Ramadhan semasa Kesultanan Islam di Nusantara, mulai dari perubahan sistem pemerintahan yang tadinya berupa kerajaan bercorak Hindu-Budha menjadi Kesultanan Islam, hingga wafatnya sultan. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut.  

1 Ramadhan 

Di Gampong Pande, Banda Aceh terdapat batu nisan Sultan Firman Syah, cucu Sultan Johan Syah, yang memiliki sebuah prasasti yang menyatakan bahwa Banda Aceh adalah ibu kota Kesultanan Aceh Darussalam  yang didirikan pada Jum’at 1 Ramadhan (22 April 1205 M) oleh Sultan Johan Syah setelah menaklukkan Kerajaan Hindu-Budha Indra Purba yang beribu kota di Bandar Lamuri. 

Pada 1 Ramadhan juga Kerajaan Buton (Sulawesi Tenggara)  resmi berganti sistem pemerintahan menjadi Kesultanan Buton. Masa Kerajaan Buton (Sulawesi Tenggara) berlangsung dari awal abad ke-14 sampai abad ke-16 dengan raja pertama Raja Putri Wa Kaa Kaa, dilanjutkan putrinya, Putri Raja Bulawambona. Pengaruh Hindu kental pada masa ini, serta sedikit Budha dan Islam.

Mulai abad ke-16 hingga tahun 1960, Buton adalah kesultanan. Sultan Murhum Kaimudin Khalifatul Khamis yang merupakan Raja Buton ke-6 menjadi sultan pertama Buton. Bertepatan dengan 1 Ramadhan 948 H (1540 M) dia mengubah sistem kerajaan menjadi kesultanan.

Sultan Murhum ini dianggap pahlawan bagi rakyat Buton setelah menumpas bajak laut si mata satu yang terkenal kejam, La Bolontio. Dia juga berhasil mendamaikan dua kerajaan yang lama bertikai, Mekongga dan Konawe, dalam waktu delapan hari delapan malam. Murhum pun disegani raja-raja di Nusantara kawasan timur.

Murhum memerintah sebagai raja selama 20 tahun dan sebagai sultan selama 26 tahun. Pada masanya, dia menjadikan Kesultanan Buton sebagai pusat syiar Islam.

2 Ramadhan

Kerajaan Bone (Sulawesi Selatan) berdiri pada 1392 dengan Matasilompoé [Manurungngé ri Matajang] (masa jabatan: 1392-1424 M) sebagai raja pertamanya.  Raja ke-10 yakni Ratu We Tenrituppu (1590-1607 M) adalah pemimpin Bone pertama yang masuk Islam. Namun Islam baru diterima secara resmi oleh negara di masa Raja Bone ke-12 yakni Arumpone La Tenripale Matinroe ri Tallo (1608-1628 M). 

Maka pada 2 Ramadhan 1020 H bertepatan dengan 23 November 1611, Kerajaan Bone berubah menjadi Kesultanan Bone. Raja Arumpone La Tenripale Matinroe ri Tallo pun berganti gelar dan nama menjadi Sultan Abdullah Matinroe Tallo. Susunan hadat Bone berubah. Ditambahkan jabatan Parewa Sara (Pejabat Syariat) yaitu Petta KaliE (Qadhi). 

8 Ramadhan

Tanggal 8 Ramadhan 1050 H (± 1640 M) adalah hari wafatnya Sultan Abdul Kahir (masa jabatan 1601-1640), sultan pertama Kesultanan Mbojo. Menurut Bo (catatan kuno Istana Bima/Mbojo), pada 15 Rabiul awal 1050 H bertepatan dengan 5 Juli 1640, Sangaji (raja) XXVII Bima La Kai Ta Ma Bata Wadu memeluk Islam dan berganti nama menjadi Abdul Kahir. Ia menikah dengan adik istri Sultan Gowa Alauddin yang bernama Daeng Sikontu, puteri Karaeng Kassuarang. Kemudian Sangaji Bima XXVII tersebut digelari dengan “Sultan” yaitu Sultan Mbojo I. Saat itu pula berakhirlah Kerajaan Bima yang bercorak Hindu-Budha menjadi Kesultanan Mbojo yang menerapkan syariat Islam. 

 
Kesultanan Gowa

15-16 Ramadhan

15-16 Ramadhan 1013 H atau 4-5 Februari 1605 M adalah hari masuk Islamnya Raja Luwu (Sulawesi Selatan) yaitu Datu’ La Patiware’ Daeng Parabung dengan gelar Sultan Muhammad setelah menerima dakwah tiga datuk dari Kota Tengah, Minangkabau. 

Ketiga datuk yang masih bersaudara tersebut bernama Abdul Makmur (Khatib Tunggal), Dato’ri Pattimang (Dato’ Sulaemana atau Khatib Sulung) dan Dato’ri Tiro (Abdul Jawad alias Khatib Bungsu).

Prof. Andi Zainal dalam Sejarah Sulawesi Selatan menuturkan, ketiga ulama tersebut tidak datang serta-merta langsung mendakwahkan Islam kepada para raja. Mereka terlebih dahulu mempelajari kebudayaan Bugis-Makassar di Riau dan Johor. Karena, di dua tempat tersebut banyak etnis Bugis-Makassar bermukim. 

Baru setelah sampai di Makassar, mereka menemui para pedagang Melayu yang tinggal di sana. Dari keterangan merekalah diketahui bahwa raja yang paling dihormati adalah Datuk Luwu’, sedangkan yang paling kuat dan berpengaruh ialah Raja Tallo dan Raja Gowa. Maka, tiga raja itulah yang menjadi objek dakwah para ulama Melayu tersebut.

Setelah berhasil mengislamkan Datuk Luwu’ mereka pun berhasil mengislamkan Kerajaan Gowa-Tallo.

Karaeng Matowaya dari Tallo yang bernama I Mallingkang Daeng Manyonri (Karaeng Tallo) mengucapkan syahadat pada Jumat sore, 9 Jumadil Awal 1014 H atau 22 September 1605 M. Ia pun kemudian bergelar Sultan Abdullah. 

Selanjutnya, Karaeng Gowa I Manga’ rangi Daeng Manrabbia mengucapkan syahadat pada Jumat, 19 Rajab 1016 H atau 9 November 1607 M. Secara resmi, raja dari kerajaan Gowa-Tallo memeluk agama Islam.

Ketiga kerajaan kecil itu bersatu menjadi  menjadi Kesultanan Gowa. Jika Aceh merupakan “Serambi Makkah” Indonesia, Gowa-Tallo adalah “Serambi Madinah”-nya. 

Karena di Gowa-Tallo, syariat Islam diterapkan kemudian penyebaran Islam di Sulawesi dan bagian timur Indonesia sangat pesat. Kesultanan Gowa berhasil menorehkan tinta emas sejarah peletakan dasar dan penyebaran Islam di bagian timur Nusantara.

foto: republika.co.id

30 Ramadhan

30 Ramadhan 933 H, terjadinya proses penyerahan kekuasaan kembali secara damai dari Ratu Sunda Kelapa kepada Fattahillah, putranya Sunan Gunung Djati. Perlu diketahui bahwa pengambil alihan Keraton Sunda Kelapa yang ada di Marunda ke tangan Fattahillah tidaklah dilakukan dengan peperangan seperti yäng pernah ditulis oleh beberapa orang. 

Hal ini dikarenakan Sultan Trenggono (Sultan Demak) sebagai pemegang komando tertinggi melarang para mujahidin untuk berperang guna menghormati bulan Ramadhan. Lagi pula pada masa itu para penguasa Sunda Kelapa sudah banyak yang masuk Islam, hal ini dibuktikan ketika mereka ikut berjihad bersama Kesultanan Demak dalam rangka menggempur Portugis di M
Malaka tahun 1512 M.[] 


Oleh Joko Prasetyo --- dari berbagai sumber

Dimuat pada rubrik KISAH Tabloid Media Umat Edisi 2020 (Pertengahan Mei 2008)

Posting Komentar

0 Komentar