Muthi'ah Sosok Panutan Istri Sholihah



Banyak para shohabiyah yang termasyur di kalangan muslimah. Di antaranya adalah para istri Baginda Nabi SAW serta putri-putrinya, serta wanita-wanita mulia lainnya. Semisal Asma' binti Abu Bakar, Ummu Imaroh, Ummu Sulaim, Khansa', Ummu Athiyyah dan masih banyak lainnya.

Namun dari sekian banyak shohabiyah mulia tersebut. Ada satu sosok istimewa lainnya. Beliau adalah Muthi'ah. Beliau adalah wanita biasa namun ketaatannya membuat putri Baginda Nabi SAW takjub kepadanya. Bahkan untuk membuat Fathimah tidak merasa sombong dengan kedudukannya, Baginda Nabi menyanjung Muthi'ah sebagai salah satu wanita penghuni surga.

Dalam suatu hadits Fathimah Az-Zahra bertanya: "Ya Rasulullah, beritahu padaku siapa wanita yang beruntung masuk surga untuk pertama kali selain Ummul Mukminin?" Ummul Mukminin sendiri merupakan wanita-wanita yang telah dijamin masuk surga. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah, "Pemuka wanita ahli surga ada empat. Ia adalah Maryam binti Imran, Fatimah binti Rasulullah SAW, Khadijah binti Khawailid dan Asiyah." (HR. Hakim dan Muslim).

Selanjutnya Rasul pun menjawab bahwa ada wanita lain yang mendapat jaminan surga. Dia adalah seorang wanita mulia yang tinggal di pinggiran kota Madinah pada masanya. Wanita tersebut bernama Muthiah. Kepada Fatimah Rasulullah mengatakan, "Wahai Fatimah, jika engkau ingin mengetahui wanita pertama yang masuk surga selain Ummul Mukminin, ia adalah Ummu Muthiah."


Fathimah Az-Zahra merasa harus segera menemuinya guna menanyakan amal apa yang membuat dia layak menjadi penghuni surga.

Hingga suatu hari yang sudah direncakan oleh Fathimah Az-Zahra tiba. Beliau bersama salah seorang putranya bertamu ke rumah Muthi'ah. Beliau sudah tidak sabar berjumpa dan menayakan banyak hal kepada Muthi'ah.

Saat pintu diketuk Muthi'ah keluar untuk menyambut kehadiran putri Baginda Nabi SAW. Namun sangat disayangkan Muthiah tidak bersedia menerima kehadiran Fathimah. Betapa terkejut persaan beliau, seorang anak Nabi ditolak kehadirannya. Saat Fathimah bertanya mengapa, Muthi'ah lantas menjelaskan alasannya. Bahwa sang suami berpesan agar jangan menerima tamu laki-laki. 

Mendengar jawaban Muthi'ah tersebut, bunda Fathimah merasa heran karena beliau datang dengan putranya Hasan yang masih kecil dan belum baligh. Sehingga Fathimah berusaha merayu Muthi'ah untuk bisa masuk ke dalam rumahnya. Namun Muthiah tetap dengan keputusan nya menolak kehadiran Fathimah.

Betapa kecewa bunda Fathimah Az-Zahra kala itu. Namun dia bertekad akan datang lagi bertamu untuk mengobati rasa penasarannya dalam hati.

Hingga keesokan harinya, bunda Fathimah bertandang lagi ke rumah Muthi'ah sendirian saja. Lalu beliau mempersilahkan bunda Fathimah masuk ke dalam rumahnya. Beliu pun dipersilahkan duduk. 

Sesaat bunda Fathimah memandang di sekitar ruangan. Tak ada hal yang istimewa. Beliau hanya mendapati tiga benda. Benda tersebut adalah kipas, kain, dan tongkat.

Dengan penuh rasa penasaran, bunda Fathimah pun memberanikan diri bertanya kepada Muthiah untuk apa ketiga benda tersebut.

Dengan penuh kesungguhan Muthia pun menjelaskan. Beliau menyampaikan bahwa suaminya adalah pekerja kasar. Maka, saat suaminya datang dari bekerja, Muthi'ah menyediakan pangkuannya sebagai bantal bagi kepala suaminya. Muthia dengan sabar mengipasi peluh dan menyeka keringatnya.

Setelah rasa lelah suaminya hilang, Muthi'ah menyiapkan hidangan berupa makanan. 

Bunda Fathimah pun mendengar dengan seksama cerita Muthi'ah. Kemudian beliau menanyakan untuk apa tongkat yang tergeletak di ruangan tersebut.

Kemudian Muthi'ah pun menjelaskan seusai suaminya makan dan memenuhi hajatnya, dia terbiasa menanyakan pelayanannya kepada suaminya. "Wahai suamiku jika apa yang aku lakukan tidak membuatmu ridho, maka pukul lah aku dengan tongkat itu". Demikianlah kata-kata yang muncul dari lisan Muthi'ah.

Fathimah pun bertanya apakah Muthi'ah pernah dipukul oleh suaminya. "Wahai Fatimah sungguh, hingga detik ini beliau tidak pernah sekalipun memukulku, malah sebaliknya dia memelukku," begitulah jawaban Muthi'ah.

Sepulang dari rumah Muthi'ah, rasa penasaran Bunda Fathimah terobati. Beliau telah mendapati pelajaran yang begitu indah. Pelajaran tentang ketaatan wanita sebagai istri. Sebuah ketaatan yang berbua jannah. Meskipun bunda Fathimah dijanjikan sebagai pemimpin wanita di surga. Namun beliau memiliki hati yang lembut dan mau belajar dari seorang sosok biasa seperti Muthi'ah.

Demikianlah kisah keutamaan Muthi'ah. Meskipun beliau wanita biasa, namun karena ketaatan nya Allah SWT menjaminnya dengan surga. Sehingga kalau pun kita belum mampu mentauladani Rosulullah SAW serta para sahabat dan shohabiyah mulia, minimal kita menjadikan kisah Muthi'ah sebagai ibrah dalam kehidupan sebagai istri sholihah. 

Dalam sebuah hadits dari ‘Abdurrahman bin ‘Auf, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا ادْخُلِى الْجَنَّةَ مِنْ أَىِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ

“Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), serta betul-betul menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan benar-benar taat pada suaminya, maka dikatakan pada wanita yang memiliki sifat mulia ini, “Masuklah dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka.” (HR. Ahmad 1: 191 dan Ibnu Hibban 9: 471. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Muthi'ah adalah wanita yang telah membuktikan janji TuhanNya. Masih enggankah kita mengambil ibrah darinya?Wallahu a'lam bi ash-showab.[]


Oleh: Najah Ummu Salamah
Forum Peduli Generasi dan Peradaban

Posting Komentar

0 Komentar