Menjadi Ibu Tangguh di Era Baru



Setelah menikah, hal yang sangat diharapkan seorang wanita adalah kehadiran buah hati. Ya, mengandung dan melahirkan anak-anak dari buah cinta adalah suatu kebahagiaan tersendiri.

Sebuah amanah yang patut disyukuri. Karena tidak sedikit kita menjumpai pasangan yang menikah sudah lima tahun bahkan belasan tahun belum juga dikaruniai keturunan. 

Maka momen menjadi ibu berarti momen yang berharga. Mendampingi dan mengasuh buah hati adalah anugrah yang terindah. 

Gelar ibu menjadikan seorang wanita mulia. Firman Allah SWT dalam Surah Luqman ayat 14 yang artinya,

"Dan Kami wajibkan manusia berbuat baik kepada kedua ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dengan menanggung kelemahan demi kelemahan (dari awal me­ngan­dung hingga akhir menyu­suinya), dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu."

Posisi ibu menjadi mulia karena telah mengandung, melahirkan dan menyusui. Pengorbanan yang tidak bisa terbayarkan oleh apapun. Sebuah amanah yang tak pernah bisa digantikan oleh siapapun, termasuk ayah.

Seorang ibu yang tangguh akan mencetak generasi hebat. Dari ibulah anak belajar duduk, merangkak, berjalan dan berwatak. Ibu adalah sekolah pertama dan utama. Di balik seorang tokoh dan ulama' hebat pasti ada ibu yang kuat. 

Sebutlah sahabat Abdullah bin Zubair, Ummayah bin Abu Sofyan, Hasan dan Husain bin Ali. Serta tokoh-tokoh lain semisal Sholahuddin Al-Ayyubi, Imam Syafi'i dan masih banyak lagi generasi hebat yang terlahir dari ibu yang tangguh.

Kendala Menjadi Ibu Tangguh

Namun ditengah sistem kapitalis seperti ini, menjadi ibu hebat yang melahirkan generasi tangguh tidaklah mudah. Banyak gangguan yang ada di hadapan. Beberapa diantaranya adalah:

Pertama, minimnya tsaqofah Islam. Tidak bisa dipungkiri bahwa kita sudah lama tidak hidup dalam suatu peradaban Islam. Sejak khilafah Turki Utsmania diruntuhkan pada tahun 1924 hingga sekarang. Sehingga pemahaman dan tsaqofah Islam tidak menjadi prioritas diajarkan di lembaga-lembaga pendidikan. Kalaupun ada juga sebatas teori untuk target pembelajaran di lembaga pendidikan Islam.

Kedua, pengaruh tsaqofah atau pemahaman barat. Salah satunya adalah ide feminisme yang menuntut kesetaraan gender antara pria dan wanita. Dengan standar materi dan memisahkan antara agama dan kehidupan. Sehingga mengkerdilkan peran wanita sebagai ibu. Wanita akan di anggap remeh jika berposisi sebagai ibu rumah tangga tanpa karir di kehidupan publik.

Ke empat, media yang tak henti-henti menyuguhkan pengaruh pemikiran barat. Semisal sikap hedonis, materialistis, sekuler dan kebebasan. Melalui berbagai tayangan sinetron dan iklan. Membuat wanita semakin tidak fokus pada tugas utama dan pertamanya. Sajian konten miskin manfaat juga melenakan dan melalaikan peran bunda.

Upaya Menjadi Ibu Tangguh

Maka menjadi ibu yang tangguh di era baru industri 4.0 ini butuh kerja keras. Lebih-lebih saat terjadi wabah seperti ini. Peran ibu sangat dibutuhkan oleh buah hati.

Pertama, ibu harus berbekal ilmu agama. Meningkatkan diri, belajar menata shaksiyah (kepribadian) Islam. Agar terpancar darinya pemikiran dan Akhlakul Karimah. Hal ini bisa Ibu lakukan dengan aktif mengikuti forum-forum kajian online, membaca buku, mendengar tausiyah di radio atau TV.

Kedua, ibu harus meningkatkan taqorub ilallah. Menambah porsi beribadah nafilah. Terutama qiyamul lail. Disepertiga malam ibu bisa banyak berdo'a meminta kepada Allah SWT agar dimudahkan membimbing putra putri supaya menjadi generasi pemimpin bagi orang-orang bertakwa. 

Sesungguhnya hati anak dalam genggaman Allah SWT. Dialah yang akan membolak-balikkan jiwanya untuk tetap lurus sesuai fitrah hamba.

Ketiga, bersabar dalam setiap proses mendidik buah hati. Terlalu berorientasi pada hasil itu tidak baik. Ibu akan cenderung stres jika target belum dicapai. Bahkan akan keluar bahasa ancaman yang akan merusak kepribadian anak.

Ibu harus selalu menumbuhkan harapan yang kuat pada anak. Merendahkan kemampuannya akan mematikan potensi kecerdasan dan rasa percaya dirinya.

 Ke empat, ibu harus belajar teknologi. Bagaimanapun juga semua informasi dunia sudah bisa di akses dalam genggaman. Minimal ibu menguasai gadget dan mengikuti perkembangan dunia Maya. Supaya ibu bisa menyesuaikan cara mendidik anak pada zamannya.

Semua upaya tersebut harus kita lakukan dengan penuh kesadaran iman. Tidak ada sekolah menjadi orangtua atau ibu. Yang ada hanyalah berazam kuat menjadi ibu hebat. Lalu bergegas fokus pada peran mulia. Mendidik dan mencetak generasi tangguh. Generasi pejuang dan pengisi peradaban mulia dalam naungan Khilafah Islamiyah.  Itulah peran politis terbesar seorang ibu sholihah. Wallahu a'lam bi ash-showab.[]

Oleh: Najah Ummu Salamah
Forum Peduli Generasi dan Peradaban


Posting Komentar

0 Komentar