Menelusuri Jejak Khilafah di Nusantara (bagian kesembilan)

Foto: mekemeask.blogspot.com


Kesultanan Perlak (840-1292)

Wilayah Nusantara yang paling awal mendapatkan pengaruh Islam adalah Sumatera. Wilayah ini juga menjadi tempat kemunculan kerajaan-kerajaan Islam paling awal di Nusantara. Kerajaan Islam pertama yang muncul di Nusantara adalah Kesultanan Perlak.

Kesultanan ini muncul pada abad ke-9 dan bertahan hingga akhir abad ke-13. Terdapat bukti-bukti yang menunjukkan eksistensi Kesultanan Perlak sebagai Kerajaan Islam pertama di antaranya adalah naskah Idhar al-Haq karya Abu Ishak Makarani,  naskah Tadzkirah Thabat Jumu Sulthan As-Salathin karya Syaikh Syamsul Bahri Abdullah al-Asyi, dan naskah Silsilah Raja-Raja Perlak dan Pasai karya Sayyid Abdullah ibn Sayyid Habib Saifuddin.

Nama Perlak diambil dari nama Kayu Perlak. Kayu jenis ini merupakan kayu khas daerah Perlak. Atas dasar inilah kemudian daerah penghasil kayu Perlak disebut dengan Negeri Perlak.

Kitab Negarakertagama menyebut negeri itu dengan nama Parlak. Sementara Marcopolo yang berkunjung ke negeri itu pada tahun 1292 mencatatnya dengan nama Negeri Ferlec.

Sebelum berdirinya  Kesultanan Perlak, di wilayah Perlak telah berdiri sebuah kerajaan bercorak Hindu-Budha yang bernama Kerajaan Perlak. Raja yang berkuasa di kerajaan ini bergelar Meurah yang berarti maharaja.


foto: islamindonesia.id


Hubungan Khilafah Abbasiyyah dengan Kesultanan Perlak

Berdasarkan naskah Idhar al-Haq, sekitar tahun 790 M, sebuah kapal layar berlabuh di Bandar Perlak. Kapal tersebut membawa seratus juru dakwah yang dipimpin oleh nakhoda dari kekhalifahan Abbasiyah. Kapal itu datang dari Teluk Kambay, Gujarat dan berlabuh di Bandar Perlak.

Salah seorang juru dakwah tersebut bernama Ali ibn Muhammad Ja’far Shiddiq. Setelah beberapa waktu berdakwah di Bandar Perlak, Ali ibn Muhammad Ja’far Shiddiq menikah dengan putri istana Perlak. Putra pertama hasil dari pernikahan itu bernama Syed Maulana Abdul Azz Syah. 

Ia berhasil mendirikan Kesultanan Perlak pada tahun 840 M, sebagai Kesultanan Islam pertama di Nusantara. Setelah berhasil mendirikan Kesultanan Perlak, ia memperoleh gelar Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Azis Syah.

Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Aziz Syah memerintah sebagai sultan pertama Perlak hingga tahun 864 M. Setelah ia wafat, kesultanan Perlak dipimpin oleh keturunannya yang bernama Sultan Alaiddin Syed Maulana Abdul Rahim Syah. Ia memerintah selama periode 864-888 M. Selanjutnya Sultan Abdul Rahim Syah digantikan oleh Sultan Alaiddin Syed Maulana Abbas Syah, yang berkuasa selama 25 tahun, yakni dari tahun 888 sampai 913 M.


Konflik Syiah dan Sunni


Sepeninggal Sultan ketiga Perlak, tidak ada pelantikan sultan yang baru di Kesultanan Perlak. Hal ini dipicu kondisi yang tidak kondusif di wilayah Kesultanan Perlak. Kondisi tersebut muncul akibat perang saudara di kalangan rakyat Perlak, yakni perang antara pengikut Syiah dengan Sunni.

Dua tahun berselang, ketika  konflik antara aliran sudah mulai mereda, Syed Maulana Ali Mughayat Syah dilantik sebagai sultan baru Kesultanan Perlak. Ia hanya memerintah dalam waktu tiga tahun.

Pada tahun 918, di akhir masa pemerintahan Sultan Ali Mughayat konflik antara Syiah dan Sunni kembali muncul ke permukaan. Dalam konflik kedua itu kaum Sunni memperoleh kemenangan, sehingga sultan yang akan berkuasa selanjutnya berasal dari kaum Sunni.

Kesultanan Perlak selanjutnya dipimpin oleh Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Kadir Syah Johan Berdaulat. Ia memerintah pada tahun 928-932 M. Setelah Sultan pertama itu wafat, ia digantikan oleh Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Syah Johan Berdaulat. Ia memerintah dalam waktu cukup lama, yakni mulai tahun 932 sampai 956 M. Sultan selanjutnya adalah Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Malik Syah Johan Berdaulat, yang memerintah antara tahun 956-983 M.
foto: stempel Kerajaan Perlak

foto: stempel kesultanan Perlak

Pada akhir masa pemerintahan Sultan Abdul Malik Syah terjadi konflik ketiga yang melibatkan golongan Syiah dan Sunni. Konflik itu berlangsung selama empat tahun dan diakhiri dengan persetujuan damai yang membagi wilayah kesultanan Perlak menjadi dua, yaitu Perlak bagian pesisir, yang dikuasai oleh Sultan Aalaiddin Syed Maulana Syah, yang berkuasa pada tahun 976-988 M. Sedangkan Perlak bagian pedalaman, yang dikuasai oleh Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ibrahim Syah Johan Berdaulat, yang memimpin antara tahun 986 hingga 1023 M.

Pada tahun 986 M, Kerajaan Sriwijaya menyerang Kesultanan Perlak Pesisir. Dalam perang ini, Sultan Perlak Pesisir, yaitu Sultan Alaiddin Syad Maulana Mahmud Syah gugur dalam peperangan.

Pascagugurnya Sultan Perlak Pesisir, wilayah kesultanan Perlak secara keseluruhan akhirnya dikuasai oleh Sultan Perlak Pedalaman. Kehadiran pasukan Sriwijaya di wilayah Perlak, segera direspon oleh Sultan Malik Ibrahim Syah dengan mengobarkan semangat rakyat Perlak untuk melawan Sriwijaya.

Pertempuran besar pun terjadi selama bertahun-tahun. Perang antara kedua kerajaan itu baru berakhir pada tahun 1006 M, ketika Sriwijaya memutuskan mundur dari pertempuran untuk bersiap menghadapi serangan raja Dharmawangsa dari Kerajaan Medang di Jawa.


foto: mata uang kesultanan Perlak


Dengan berakhirnya perang antara Kesultanan Perlak dan Kerajaan Sriwijaya, wilayah Perlak oleh keturunan Sultan Malik Ibrahim Syah. Pada masa ini kondisi Kesultanan Perlak relatif damai, tanpa adanya peperangan melawan kerajaan luar.

Berikut nama-nama Sultan Perlak dan masa pemerintahannya setelah meninggalnya Sultan Malik Irahim Syah:

1. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud Syah Johan Berdaulat (1023-1059 M).

2. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mansur Syah Johan Berdaulat (1059-1078 M).

3. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdullah Syah Johan Berdaulat (1078-1109 M).

4. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Ahmad Syah Johan Berdaulat (1109-1135 M).

5. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Mahmud Syah Johan Berdaulat (1135-1160 M).

6. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Usman Syah Johan Berdaulat (1160-1173).

7. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Syah Johan Berdaulat (1173-1200).

8. Sultan Makhdum Alaiddin Abdul Jalil Syah Johan Berdaulat (1200-1230).

9. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin Syah II Johan Berdaulat (1230-1267). Sultan memiliki dua orang putri , yaitu putri Ratna Kamala dan putri Ganggang. Menurut beberapa sumber, Putri pertama dinikahkan dengan Sultan Malaka bernama Sultan Muhammad Syah alias Parameswara dan putri Ganggang dinikahkan dengan sultan pertama Samudera Pasai, Al-Malik al-Saleh alias Merah Silu.

10. Sultan Makhdum Alaiddin Malik Abdul Azis Syah Johan Berdaulta (1267-1292).

Kemunculan Kerajaan Samudera Pasai  pada tahun 1267 M, perlahan-perlahan menyaingi pamor dari Kesultanan Perlak. Sultan Malik Abdul Aziz Syah merupakan sultan terakhir Kesultanan Perlak.

Setelah ia wafat, wilayah Kesultanan Perlak digabungkan degan Kerajaan Samudera Pasai pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Malik al-Zahir, putra dari Merah Silu. Penggabungan yang dilakukan Sultan Samudera Pasai itu, sekaligus menandai berakhirnya pemerintahan kesultanan pertama di Nusantara.[]


Oleh: Achmad Mu'it
Referensi dari Berbagai Sumber

Posting Komentar

0 Komentar