Membangun Rumah Tangga Ideologis Romantis

Ilustrasi, Foto: Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu


Menikah adalah sebuah ibadah yang Allah SWT syari'atkan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur'an surat An-Nuur ayat 32:

وَأَنكِحُوا اْلأَيَامَى مِنكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَآئِكُمْ إِن يَكُونُوا فُقَرَآءَ يُغْنِهِمُ اللهُ مِن فَضْلِهِ وَاللهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

“Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. An Nuur: 32).

Dalam Islam, menikah adalah salah satu ibadah terlama. Bahkan pelaksanaan ibadah ini bisa-bisa seumur hidup. Jika Allah SWT menghendaki sebuah pasangan berjodoh hingga maut menjemput.

Pernikahan juga termasuk ibadah yang agung. Allah SWT menggambarkan akad nikah sebagai mitsaqon ghaliza. Sebuah perjanjian yang berat di sisi Arsy (QS An-Nisa 4:21). Sehingga pernikahan harus dipertahankan dengan ikhtiar maksimal.

Meskipun Islam membolehkan perceraian namun Allah SWT sangat membenci tindakan tersebut. Perceraian dalam Islam akan dibenarkan jika kebersamaan tidak menuai keberkahan.

Visi Misi Rumah Tangga Ideologis

Visi rumah tangga di dalam Islam adalah bersama di dunia dan bersatu di Syurga. Saling menjaga dan melindungi dari kema'siyatan yang berkonsekuensi neraka. Allah SWT berfirman yang artinya:

 "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka, yang bahan bakarnya dari manusia dan batu, penjaganya malaikat yang kasar, keras, lagi tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.(At-Tahrim: 6).

Sedangkan misi pernikahan adalah tercapainya keluarga yang sakinah, mawaddah wa Rohmah. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS Ar-Rum 39:21 yang artinya:

“Di antara tanda-tanda (kebesaran dan kekuasaan) Allah adalah Dia menciptakan dari jenis kamu pasangan-pasangan agar kamu (masing-masing) memperoleh ketentraman dari (pasangan)-nya dan dijadikannya di antara kamu mawaddah dan rahmah. Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.”

Sakinah artinya ketenangan atau ketentraman jiwa. Tenang karena sudah mendapatkan pasangan tempat memenuhi naluri melestarikan jenis. Melahirkan keturunan yang diharapkan. Mencetak generasi Sholih Sholihah pejuang Islam Kaffah.

Mawaddah artinya kecenderungan. Dengan menikah seorang muslim akan menemukan belahan jiwanya. Tempat memadu kasih dan bergaul layaknya sahabat sejati. Bersama mengarungi ujian kehidupan. Agar kelak bahtera menempati tempat berlabuh yang diharapkan, yaitu Jannah.

Wa Rohmah maknanya berkasih sayang. Maka pasangan yang sudah menikah. Bukan lagi sebagai sahabat sejati saja. Bahkan lebih dari itu, sudah layaknya saudara. Saling berbagi dan berkorban demi pasangan.  Tidak ada lagi tuntutan, yang ada hanyalah apa yang bisa diberikan kepada pasangan.

Pasangan ideologis akan selalu saling mengingatkan saat khilaf menyapa. Menguatkan di kala duka. meminta maaf saat bersalah. Menyiapkan hati memafkan seluas samudra. Tegar dalam setiap badai ujian. Selalu berterima kasih pada pasangan. Bekerja sama menyelesaikan masalah sesuai syari'atNya. Saling mengalah dalam hal yang mubah. Tak ada ego aku dan dia. Yang ada hanyalah kita. Agar semua layak menjadi penghuni Syurga.

Dengan visi misi yang demikian, maka perjalanan rumah tangga harus didasari aqidah Islam. Aqidah sebagai pondasi dan ideologi. Selain itu juga butuh ilmu dan tsaqofah sebagai bekal untuk menuntaskan setiap masalah yang pasti menerpa. Karena pernikahan tidak akan selalu diuji Allah SWT dengan yang indah-indah. Semua itu semata agar keikhlasan semakin jernih dan tampak nyata.

Semua anggota keluarga harus bekerjasama membangun institusi terkecil peradaban Islam. Terikat dengan hukum syari'at. Menjadi pejuang yang siap memberikan kontribusi untuk umat dan Islam.

Membangun rumahtangga ideologis adalah suatu keniscayaan. Agar keberkahan selalu Allah SWT berikan di dunia dan akhirat kelak.

Keluarga Ideologis Tetap Romantis

Menjadi keluarga ideologis tidak melulu harus kaku. Apalagi saat sudah dikarunia buah hati. Terlalu fokus pada peran menjadi orangtua hingga lupa menjadi sepasang kekasih. Karena relasi pasangan suami istri bukanlah Antara atasan dan bawahan dalam perusahaan. 

Allah SWT memerintahkan suami memperlakukan istri dengan baik.  Allah SWT berfirman:
"Dan bergaullah dengan mereka secara patut (dengan cara yang baik)... " (QS an-Nisaa [4] :19)

Rosulullah sebagai qudwah pertama dan utama telah memberi gambaran berumah tangga yang baik. Beliau SAW bersabda:

 "Sebaik-baik kalian adalah (suami) yang paling baik terhadap keluarganya dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku." (HR Tirmidzi)

Bahkan Baginda Nabi juga memberi gambaran tentang perlakuan beliau yang romantis kepada istri-istrinya. 

Dalam sebuah kisah, Aisyah bercerita tentang sekelompok orang Habasyah yang masuk masjid dan bermain. Ketika Rasulullah berkata kepadaku, “Wahai Humayr, apakah kamu senang melihat mereka?” Aisyah menjawab, “Ya.” Maka Rasulullah berdiri di pintu rumah.
Aisyah ra. menghampirinya dan meletakkan dagu di atas pundaknya serta menyandarkan wajah ke pipi Rasulullah. Di antara ucapan mereka (orang-orang Habasyah) waktu itu, Ab al-Qsim (Rasulullah) yag baik. Lalu Rasulullah berkata, “Cukup.”

Asiyah berkata, “Ya Rasulullah, jangan tergesa-gesa.” Beliau pun berdiri lagi dan berkata, “Cukup.” Aisyah menjawab, “Jangan tergesa-gesa, ya Rasulllah.” Bukan melihat mereka bermain yang aku suka, melainkan aku ingin para perempuan tahu kedudukan Rasulullah bagiku dan kedudukanku dari beliau.” (Ahmad bin Syuaib al-Nas, Sunan al-Nas al-Kubr).

Kisah lain yang mencerminkan sifat lembut dan romantis Rasulullah adalah saat Shafiyah safar bersama Rasulullah. Ia kemudian tertinggal rombongan karena untanya berjalan lambat, ia pun menangis. Maka Rasulullah datang dan mengusapkan air mata dengan kedua tangan kemudian berusaha membuat Shafiyah berhenti menangis. (HR Nasa’i)

Demikianlah tauladan Baginda Nabi SAW dalam memperlakukan pasangannya. 

Maka, sudah selayaknya pasangan suami istri mentauladani Beliau dalam segala hal. Terutama Sunnah dan ajaran beliau dalam membangun rumah tangga ideologis yang romantis. Supaya menjadi tempat lahirnya generasi yang Sholih yang memiliki kelembutan hati. Wallahu a'lam bi ash-showab.[]



Oleh: Najah Ummu Salamah
Forum Peduli Generasi dan Peradaban

Posting Komentar

0 Komentar