Izinkan Anak Menangis



Kasus Gilang Bungkus menarik perhatian khalayak. Gilang dinilai memiliki fetish membungkus orang lain dengan kain jarik atau kain batik.

Seksolog klinis Zoya Amirin menganalisis kecenderungan yang ditampilkan Gilang termasuk dalam jenis penyimpangan seksual sejenis paraphilia. Berbagai bentuk paraphilia misalnya pedofilia, exhibisionist, termasuk fetish. Pada pemilik fetish, mereka akan merasa terangsang dengan benda atau hal-hal nonseksual. (Kompas.com, 2/8/2020).

Sebagian besar penderita paraphilia adalah laki-laki dan disebabkan nilai yang berlaku lahir dari penilaian manusia di suatu lingkungan dan salahnya pola asuh. Banyak laki-laki yang hidup di dunia dalam kehidupan sekuler dan patriarki ala paradigma manusia, perasaannya tidak bisa diakomodir, atas nama gender. Misalnya, laki-laki harus kuat, laki-laki tidak boleh menangis, laki-laki harus tegas, tidak boleh lembek, dan sebagainya.

Akhirnya anak yang tumbuh dalam kondisi tersebut akan mencari kenyamanan-kenyamanan itu untuk menolong dirinya saat merasa cemas, merasa sakit hati, perasaan-perasaan yang tidak sanggup dikelola.

Perasaan tidak nyaman yang timbul dan tidak terakomodir inilah yang kemudian disublimasi dan berbuah pada munculnya berbagai gangguan, salah satunya gangguan penyimpangan perilaku seksual.

Jadi, penyebab fetish tidak hanya soal trauma masa lalu, menderita kekerasan, pemerkosaan, dan lain sebagainya. Namun juga sebagai hasil yang terbentuk dari proses yang berjalan perlahan (lingkungan dan pola asuh).

Seharusnya standar nilai harus lahir dari sumber yang syar'i, Islam pun telah mengatur peran laki-laki dan perempuan. Sekalipun peran sebagai qowam (pemimpin) dan khalifah dibebankan pada laki-laki, bukan berarti tidak boleh menangis.

Abdullah bin Syikhkhir ra telah meriwayatkan dalam sebuah hadits shahih: "Aku masuk menemui Rasulullah SAW yang saat itu sedang shalat, sedang dari dalam dadanya terdengar suara gemuruh seperti gemuruh panci saat mendidih karena suara tangisannya."

Ketika Sa’ad bin Mu’adz al-Anshari memperlihatkan tangannya yang melepuh karena memecah batu sebagai mata pencahariannya, Rasulullah SAW meneteskan air mata. Ia mengambil tangan kasar itu dan menciumnya, seraya berkata, “Inilah tangan yang tidak akan pernah disentuh api neraka.” Rasulullah SAW menangis karena kepekaannya kepada penderitaan orang-orang kecil.

Biarkan anak menyalurkan emosinya melalui tangisan. Menangis dapat melembutkan hati dan menumbuhkan rasa kasih sayang. Bahkan Rasulullah SAW, Khalifah Umar bin Khaththab ra. dan para sahabat lainnya pun sering menangis di sepertiga malam, namun tetap tegas dalam memimpin daulah Islam (Khilafah). Bahkan tidak main-main, mereka disegani di dunia internasional.

Perlu diketahui, anak menangis bukan karena ia cengeng atau lembek. Menangis itu fitrah yang Allah SWT berikan sebagaimana adanya gharizah baqa' (naluri mempertahankan diri) di dalam diri setiap manusia. Tugas orang tua adalah membimbing anak untuk mampu menyelesaikan problem. Pertama, berikan kesempatan anak menangis, sambil peluk, usap kepala dan punggung atau dadanya. 

Kedua, jangan minta anak untuk diam atau berhenti menangis, apalagi mengejek/menghina/merendahkannya misalnya dengan mengatakan ia cengeng/lembek.

Ketiga, ajak anak untuk mengucap istighfar dan orang tua katakan "sayang" sambil cium kepala atau keningnya. Tanyakan "Abang sedih? Abang kecewa? Abang takut? Abang cemas?". Dengan begitu anak merasa perasaannya dimengerti.

Keempat, ajak anak untuk mencari tahu akar masalahnya dan bimbing ia untuk menyelesaikan problemnya.

Kelima, jadwalkan family time yang sederhana setiap hari dan selingi dengan kisah-kisah teladan orang-orang shalih.

MasyaAllah, Allah SWT menciptakan air mata bukan tanpa manfaat. Fitrah harus disalurkan dengan pondasi akidah Islam. Jika problem anak selesai, maka tangisannya pun selesai. Semoga anak-anak terhindar dari perilaku menyimpang dan perbuatan yang dilarang Allah SWT. Wallahu a'lam.[]


Oleh: Sri Wahyu Indawati, M.Pd
Inspirator Smart Parents, Founder Smart Islamic Parenting Indonesia, Penulis Buku dan Opini Islam

Posting Komentar

0 Komentar