Menjaga Kesucian Cinta



Manusia tidak bisa terlepas dari apa itu cinta, yang selalu melekat pada dirinya. Cinta hadir seiring lahirnya kita ke dunia, bahkan sejak dalam kandungan pun telah merasakan cinta. Seorang ibu tentu sangat bahagia manakala dirinya mengandung buah hatinya. kemudian dia sangat berhati-hati untuk menjaga kandungannya wujud cinta kepada calon buah hatinya.  Begitu pula si bayi, juga  merasakan cinta kasih dari ibunya. Maka jangan heran jika anak lebih dekat dengan ibunya. Dari sini sudah nampak bahwa cinta tidak bisa terlepas dari diri kita.

Kehidupan dunia merupakan ujian setiap insan dalam hal menjaga kesucian cinta. Bersinggungan  banyak orang dengan karakter berbeda dan emosi yang berbeda, tentu akan terjadi benturan psikologi, emosi dan pemikiran Yang mana akan mempengaruhi perjalanan sepanjang hidupnya.

Jika kita lemah, maka yang terjadi pada diri kita terbawa oleh arus kehidupan yang salah. Namun sebaliknya, jika kita kuat, kita akan berdiri kokoh dari terombang - ambingnya benturan karakter, emosi, dan pemikiran.

Selain benturan karakter dan emosi, nafsu yang ada pada diri kita juga mempengaruhi  dalam menjaga kesucian cinta. Seperti yang kita ketahui bahwa nafsu selalu ada pada diri kita. Sebab nafsu merupakan Sunnatullah yang ada sejak  lahir. Dalam hal ini, nafsu berperan mendorong seseorang untuk menjaga kesucian cinta.

Sebaik-baik manusia adalah yang dapat menjaga kesucian cinta sampai Allah SWT meminta pertanggung jawaban. Sejauh mana kita berusaha untuk menjaganya, atau kita terbawa arus dengan nafsu sebagai pengendali ataukah kita dapat mempertahankan kesucian cinta.

Manusia yang tidak dapat menjaga kesucian cinta, maka kerugian yang dia dapatkan berupa hancurnya tujuan hidup,  berfikir yang lemah, dan selalu dalam kubangan kemaksiatan. Sebab nafsu akan terus mendorong kedalam kekufuran. Sedangkan manusia yang dapat menjaga kesucian cinta, ia mendapatkan keuntungan berupa kenikmatan hidup, ketenangan dan kejernihan berfikir, serta limpahan barokah.

Hal yang perlu diperhatikan dari akibat kegagalan menjaga kesucian cinta adalah tentang pertanggung jawaban di akhirat, karena hal ini berkenaan dengan siksa neraka. Maka pentingnya kita berusaha untuk menjaga kesucian cinta agar berjalan sesuai dengan fitroh manusia yaitu menjadi jembatan ketakwaan kepada Allah SWT.

Bagi orang beriman cinta merupakan nikmat yang besar dari Allah SWT. Dengan cinta dia bisa merasakah hidup lebih bermakna dan berarti. Dengannya akan menambah keimanan yang berimplementasi terhadap ketakwaan. Itu artinya dirinya semakin dekat dengan Tuhannya. Dalam hal ini cinta mempunyai ruh yaitu rasa kesadaran dirinya untuk dekat dengan sang Kholiq.

Dengan demikian, cinta yang Allah SWT berikan akan mengantarkan kita untuk bertemu kepada Sang pemilik cinta, "Allah SWT." Untuk memperoleh hadiah terindah berupa Kenikmatan Surga yang Allah SWT berikan kepada hambanya yang berhasil menjaga kesucian cinta. Wallahua'lam bishowwab.[]


Oleh: M Azzam Al Fatih
Penulis dan Aktivis Dakwah

Posting Komentar

0 Komentar