Demokrasi Bukan Pilihan, Islam Jalan Kemuliaan



Demokrasi, sistem yang dielukan diagungkan oleh sebagian besar negeri di dunia ini, termasuk di Indonesia. Mengapa demokrasi masih mendapat tempat dalam hati sebagian kaum muslimin? Demokrasi masih mendijadi tumpuan harapan bagi umat. Sistem ini pun masih diambil sebagai jalan perubahan kondisi negeri, bahkan diharapkan bisa meraih kebangkitan Islam dan kaum muslimin dengan jalan demokrasi. Maka partanyaan berikutnya, absahkah anggapan atau keyakinan tersebut?

Rasa heran dan tak habis pikir tersebut terpantik oleh paparan fakta tentang demokrasi dengan pilar- pilar kebebasan penopangnya, yang justru menguak wajah buruk demokrasi sebagai sistem yang rusak dan merusak. Kebebasan yang akan menghantarkan perilaku fasad di tengah umat Islam. Atas nama kebebasan beragama, murtadnya seorang muslim dianggap biasa, orang Islam banyak tenggelam dalam toleransi yang salah kaprah.

Berikutnya kebebasan berpendapat, kebebasan yang satu ini menginisiasi terjadinya berbagai penistaan atau penghinaan terhadap Islam dan Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wasallam. Kemudian kerusakan demokrasi juga nampak dalam perwujudan kebebasan berekspresi, dimana wanita mengumbar aurat atau perilaku LGBT begitu didukung atas nama kebebasan yang satu ini. 

Kebebasan kepemilikan yang digembor-gemborkan oleh demokrasi nyatanya hanya berhasil menciptakan jurang pemisah yang lebar antara yang kaya dengan yang miskin, dengan kata lain gagal mewujudkan kesejahteraan bagi umat manusia. Kebebasan kepemilikan inilah yang mewujudkan semacam fenomena kelaparan. Seperti fakta masyarakat yang mengalami kesulitan akses air bersih meski di tengah keberadaan sumber air yang luas dan airnya pun melimpah, tidak lain karena mata air tersebut dikuasai oleh perusahaan besar pabrik air minum kemasan, dan ini dibenarkan dalam perspektif kebebasan kepemilikan.

Demikian nyata demokrasi dengan 4 pilar kebebasan nya tersebut terus meneror dunia. Sepanjang satu perempat abad eksistensi demokrasi tak kunjung mewarnai dunia dengan kegemilangan. Penampakan sungguh buruk rupa, namun masih saja dipuja. Selalu saja terdengar nada pembelaan, bahwa itu bukan karena demokrasinya yang salah, tapi kesalahan orang-orangnya saja dalam menjalankan demokrasi. Benarkah demikian?

Kerusakan Demokrasi

Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang meletakkan kedaulatan ada ditangan rakyat. Sehingga dikenal dengan pemerintahan dari rakyat,oleh rakyat dan untuk rakyat. Rakyat berhak membuat peraturan dan undang-undang sendiri, karena mereka adalah pemilik kedaulatan, melalui para wakil rakyat yang mereka pilih. Dalam sistem demokrasi terjadi penafikan peran agama dalam pengaturan kehidupan, dengan aqidah sekularisme yang telah melahirkannya, sekaligus merupakan landasan pemikiran yang mendasari seluruh ide yang dikandungnya. 

Prinsip dasarnya  kedaulatan di tangan rakyat, rakyatlah yang berdaulat penuh dalam membuat segenap sistem peraturan dalam kehidupan. Manusialah yang bertindak sebagai pembuat hukum. Dengan demikian, demokrasi telah merampas hak Allah dalam membuat hukum, menjadikan akal manusia sebagai tuntunan dalam menjalani hidup.

Sekularisme yang menjadi landasan demokrasi bertentangan dengan islam. Islam justru melarang pengabaian syariat dalam pengaturan kehidupan. Sebagaimana Allah SWT telah melarang kaum muslimin untuk mengambil hukum dari selain syari'at Islam. 

Allah SWT berfirman yang artinya:
"Dan hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan Allah,dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka.Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu."(TQS.Al-maidah:49)

Demokrasi Dikendalikan Para Kapitalis

Dengan bentukan yang khasnya ditambah dengan watak bawaan demokrasi yang lahir dari aqidah sekularisme, maka dalam demokrasi banyak bermunculan kebijakan-kebijakan pro kapitalis atau sangat menguntungkan para kapitalis, yang justru melanggar syariat, semata-mata karena bagi para kapitalis nilai materialisme itu di atas segala-galanya termasuk di atas standar halal-haram. 

Diantaranya pelegalan minuman beralkohol(Khamr), padahal khamr atau miras termasuk barang haram dalam pandangan Islam. Ditambah ada perusahaan-perusahaan besar yang ikut membiayai propaganda LGBT dan teramat banyak sesungguhnya peraturan dan sejumlah perundang-undangan yang bertentangan dengan syariat Islam selain perkara zina,miras dan LGBT.

Belum juga kebijakan pemerintah yang terus menggalakan program moderasi beragama yang sudah masuk dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN)2020-2024. Oleh karena itu semakin terbukti bahwa dalam negara yang menerapkan sistem demokrasi, maka pemegang kendali atas berbagai kebijakan adalah para kapitalis, yang sejatinya mereka pemuja aqidah sekularisme, sampai kapanpun tidak akan memberi ruang kepada Islam untuk bisa mengatur kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Keunggulan Islam

Konsep demokrasi dengan cita-cita membebaskan rakyat dari tirani dengan menjanjikan rakyat berkuasa untuk mendatangkan kesejahteraan pun tak kunjung nyata, semua hanya isapan jempol belaka. Adapun yang sejahtera hanya segelintir kaum konglomerat saja dan para penguasa, rakyat tetap saja menderita.Dengan demikian demokrasi tak lebih merupakan konsep khayali, karena segala sesuatunya tak pernah terwujud dalam realita. Wajar saja karena tidak bersumber dari Wahyu Allah Ta'ala, maka dijamin selamanya tak akan mampu menghantarkan umat manusia pada kesejahteraan dan kebahagiaan hidup hakiki.

Berbeda 180° dengan ketika sistem pemerintahan Islam yang berkuasa, dimana selama kurun waktu 14 abad sampai bisa menguasai 2/3 dunia bahkan kesejahteraan masyarakatnya terwujud nyata bagi individu per individu dan terbukti mampu menghantarkan Islam dan masyarakat dinaungi kegemilangan. 

Sistem Islam mampu mewujudkan Islam Rahmatan Lil 'alamin melalui penerapan Islam secara kaffah. Hanya islamlah yang bisa memberikan dan menjamin terhadap hak-hak warga negaranya dan dengan islamlah yang akan mampu mengembalikan kemuliaan ke pangkuan kaum muslimin. Wallahu a'lam bi ash shawab.[]


Oleh: Ummu Azmi




Posting Komentar

0 Komentar