Tetap Qonaah Walau Ekonomi Susah saat Pandemi


Tak dipungkiri sejak pandemi corona Covid-19 menerpa, beban ekonomi sebagian besar lapisan masyarakat semakin berat.

Menghadapi ekonomi yang kian sulit ini, dibutuhkan konsep yang matang terkait rizki. Karena, gagal pahamnya dalam memahami rizki ini dapat memicu konflik, tindak kriminalitas, hingga stress yang dapat menurunkan imunitas tubuh di tengah pandemi Covid-19.

Memahami Konsep Rizki

Apabila kita hendak memahami konsep rizki ada dua ranah yang kita kaji dan pahami, yaitu.

1. Ranah aqidah: rizki dari Alloh semata (hak prerogatif Alloh untuk memberi)

2. Ranah syariah: berlaku kaidah sababiyah/ hukum kausalitas (sebab akibat). kita sebagai manusia harus berusaha/berikhtiar mendatangkan hal/perkara agar riski itu hadir. contoh: bekerja, berdagang dll.

Hal tersebut seperti tegaknya khilafah. secara aqidah khilafah pasti tegak dan itu semata-mata hak nya Alloh kapan memberikan nasrulloh tegaknya khilafah, namun kita sebagai muslim tidak boleh berdiam diri, menunggu tanpa usaha tetapi harus melakukan kaidah sababiyah dengn berikhtiar sekuat tenaga menghadirkan hal/perkara yang bisa mendatangkan nasrulohnya Alloh swt. 

Yang menjadi catatan disini, tegaknya khilafah bukan karena manusia, tetapi haknya Alloh SWT semata. Begitupun dengan rizki, adalah haknya Alloh SWT semata, manusia hanya berusaha. Kadang kala usahanya berhasil kadang kala gagal. Dengan demikian, 

1. Seberapa banyak/sedikit rizki yang Alloh berikan maka kita harus qonaah (berlapang dada menerima apa yang telah Alloh SWT berikan)

2. Jika rizki yang Alloh SWT berikan berlebih (biasanya tidak menimbulkan masalah), tapi jika kurang kadaALLAH SWT berikan dan tidak suudzon kepadaNya. 

3. Dari suudzon biasanya akan melemahkan ibadah dan aktivitas yg lain seperti dakwah. Padahal dalam kaidah sababiyah ini keliru. Semakin sulit bukan sekalah harus semakin kuat. Karena Alloh telah menetapkan dalam banyak ayat, "barangsiapa yang bertaqwa pada Alloh akan dibukakan pintu rezeki dari jalan yang tidak disangka", "barangsiapa yang bertaqwa kepada Alloh akan diberikan jalan keluar" dan sebagainya. Maka muhasabah dalam perkara ini juga perlu untuk menilai apakah diri ini semakin taat atau jauh dari-Nya. 

4. Perkara rezeki yang kadang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan sandang, pangan dan papan, semakin terasa sulit di tengah kehidupan yg tidak islami saat ini yaitu kehidupan yang dicengkram oleh ideologi kapitalis. Semua berbayar bahkan ada guyonan bahwa orang miskin dilarang sakit dll. Maka perkara ini harus kita selesaikan (bercokolnya kapitalisme harus diakhiri) dengan smangat berdakwah syariah kaffah.

5. Rizki harus dipahami tidak hanya perihal materi berupa harta. Kesehatan, anak yang sholih sholihah, suami yang peyayang dan mendukung ketaatan, lapangnya urusan adalah sebagain dari rezeki yang ada. Dengan demikian, jangan mempersempit pemahaman rezki hanya pada perihal materi atau harta.

Berikut nasihat Ustadz Hafidz Abdurahman agar rizki kita lancar,

Ketika rizki adalah pemberian dari-Nya. Ketika rizki adalah hak prerogatif-Nya, dan sebabnya ada di langit, sebagaimana firman Allah

وَفِی ٱلسَّمَاۤءِ رِزۡقُكُمۡ وَمَا تُوعَدُونَ ۝  فَوَرَبِّ ٱلسَّمَاۤءِ وَٱلۡأَرۡضِ إِنَّهُۥ لَحَقࣱّ مِّثۡلَ مَاۤ أَنَّكُمۡ تَنطِقُونَ

Di langit itu (sumber) rizkimu dan apa saja yang dijanjikan kepada kalian, maka demi Tuhan langit dan bumi, sungguh itu benar haq, sebagaimana kamu bicara (dengan mulutmu) [Qs Adz-Dzariyat 22 - 23]

Maka, Allahlah sebab rizki kita, bukan kerja kita, bos kita, orang tua kita, atau siapapun selain Allah. Semuanya itu hanya situasi dan kondisi, kadang rizki datang melalui itu, kadang tidak

Karena itu, sebab rizki hanya satu, Allah. Bagaimana caranya agar rizki lancar? Kuncinya tawakkal, sebagaimana hadits Nabi

لو أنكم توكلتم على الله حق توكله لرزقكم الله كما يرزق الطير

Andai saja kamu tawakkal kepada Allah dengan benar, maka kamu pasti diberi rizki oleh Allah sebagaimana Dia memberi rizki kepada burung (Hr Bukhari)

Jadi, tawakkal kunci lancar dan seretnya rizki. Jika tawakkalnya benar, insya Allah rizkinya lancar. Tawakkalnya benar, kalau akidah dan tauhidnya benar

Maka, al-Ghazali mengurutkan urutanya: Tauhid, Tawakkal, Rizki baru Ajal (mati). Inilah urutan yang tepat

Jadi, jika ingin rizki lancar, perbaiki tawakkalmu. Caranya, perbaiki akidah dan tauhidmu

Jangan lupa, ikhtiar, karena tawakkal tidak boleh meninggalkan ikhtiar. 

Jika sudah benar semua rizkimu belum lancar, baca Q.s. as-Syura: 27-28, jawabannya mungkin kita belum dianggap pantas mendapatkannya

Teruslah memantaskan diri, luruskan hati, insya Allah, Allah akan beri.

Demikian nasihat sedikit nasihat Ustadz Hafidz Abdurrahman sebagai penguat dalam memahami rizki. Walhasil, rizki yang hakiki dan mahal harganya adalah aqidah Islam yang mengkristal dalam sanubari umat Islam. Semoga umat Islam senantiasa memupuk dan memilikinya. Aamiin.[]

Oleh Ika Mawarningtyas, S. Pd
Analis Muslimah Voice

Posting Komentar

0 Komentar