Akhir Laju Rezim Gaduh


Dekade berhias tangis pilu,
dikelilingi sumber daya tumpah penuh,
benar pula alam kaya raib dihisap penipu,
pun buih cendekiawan mengambang terbasuh, 
membebek penguasa kursi yang bersatu semu.

Dibelamu penista menjelma pendera angkuh, 
kerap menyuguh hari drama keadilan palsu,
ingin dipatuhi meski sebenar rakyat tak butuh,
mimpi kendali mencengkram hingga membatu,
kuasamu pasti hilang dan lenyap tersapu utuh.

Nampak jelas tangan besimu yang kian rapuh,
jejak habisnya daya pemberi siksa lalu,
kau akan hancur luluh dan runtuh, 
sebab lakumu virus tersebar mengharu biru,
kau sudah tak acuh jauh julukan pengurus teduh.


Hukum saja sesuka sekehendakmu, 
tampar semua yang kau anggap musuh,  
waktu-waktu lemah tengah datang memburu,  
beriringan dengan suara riuh bergemuruh, 
segera menyambut masa tumbangmu.

Bergegas tenaga juang berpadu teguh,
layaknya bahana menghentak segunung tabu,
lantang tinggi dan setajam mata pedang paruh,
membaralah jiwa bersama titah ulama guru,
sejatinya itu mujahid tak pernah membisu luruh.

Ingatlah dekatnya tanda terang sebagai penentu,
akan datang pengganti agung bak fajar subuh,
peradaban pembaru yang selalu dirindu,
setelah berbilang abad tertidur dibuat sepuh,
bangkit kembali menjadi perisai umat penyeru wahyu.

Oleh Muammar Iksan

Posting Komentar

0 Komentar