ADAKAH YANG LEBIH UTAMA DARI LAILATUL QADAR?


KITA saat ini berada di penghujung Ramadhan. Di ujung sepuluh malam terakhir. Semoga saja kita benar-benar meraih keutamaan Lailatul Qadar yang amat kita dambakan. 

Namun demikian, jika pun kita mungkin sudah kehilangan kesempatan untuk meraih keutamaan Lailatul Qadar, sebetulnya kita masih mungkin untuk meraih keutamaan yang setara bahkan melebihi keutamaan Lailatul Qadar. Apakah itu? 

Pertama: Tafaqquh fi ad-din (Mendalami agama Islam). 

Dalam hal ini, Abu Hurairah ra. berkata bahwa Nabi saw. bersabda:

ما عُبِدَ اللهُ بشيءٍ أفضَلَ مِن فِقهٍ في دِينٍ، ولَفَقيهٌ واحِدٌ أشَدُّ على الشَّيطانِ مِن ألْفِ عابِدٍ، وكلُّ شيءٍ عِمادٌ، وعِمادُ الدِّينِ الفِقهُ

"Tidaklah Allah SWT diibadahi (disembah) dengan sesuatu yang lebih utama daripada kepahaman terhadap agama. Sungguh seorang yang paham agama (faqih) lebih berat dihadapi oleh setan daripada seribu tukang ibadah. Segala sesuatu ada tiangnya. Tiang agama adalah fiqih (paham agama)." (HR al-Baihaqi dan ad-Dariquthni).

Abu Hurairah ra., sebagai penutur hadis ini, lalu berkomentar:

لَأَنْ أجلِسَ ساعةً، فأتَفَقَّهَ أحَبُّ إليَّ مِن أنْ أُحْيِيَ لَيلةً القدر

"Sungguh aku duduk di majelis ilmu satu jam dan aku paham lebih aku sukai daripada menghidupkan Lailatul Qadar."(Al-Mundziri, At-Targhib wa at-Tarhib, 1/58).

Keutamaan tafaqquh fi ad-din memang luar biasa. Terkait itu, Abu ad-Darda' berkata: Aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda:

"Siapa saja yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah SWT akan memudahkan bagi dia jalan ke surga. Para malaikat membentangkan sayap-sayap mereka karena meridhai para pencari ilmu. Seorang alim (berilmu) senantiasa dimintakan ampunan kepada Allah oleh makhluk yang ada di langit maupun di bumi. Bahkan dimintakan ampunan oleh ikan-ikan di dalam air. Sungguh keutamaan seorang alim (berilmu) dibandingkan dengan tukang ibadah adalah seperti keutamaan cahaya bulan purnama dibandingkan dengan cahaya seluruh bintang-gemintang. Para ulama adalah pewaris para nabi. Para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, tetapi mewariskan ilmu. Siapa saja yang memperoleh ilmu, dia memperoleh keuntungan yang besar." (HR Ibnu Hibban).

Rasulullah saw. pun bersabda:

إذا جاء الموت لطالب العلم، وهو على هذه الحالة، مات وهو شهيد

"Jika datang kematian (ajal) kepada seorang pencari ilmu, sementara dia dalam keadaan mencari ilmu (hadir di majelis ilmu), maka matinya terkategori mati syahid (mendapatkan pahala sebagaimana orang yang mati syahid)."(As-Suyuthi, Al-Jami' ash-Shaghir, 1/86; Al-Munawi, Faydh al-Qadir, 6/238).

Kedua: Jihad fi Sabilillah.

Rasulullah saw. bersabda:

موقف سَاعَة فِي سَبِيل الله خير من قيام لَيْلَة الْقدر عِنْد الْحجر الْأسود

“Berjaga-jaga satu jam di medan perang fi SabililLah adalah lebih baik daripada menghidupkan Lailatul Qadar di samping Hajar Aswad.” (HR Ibnu Hibban dan al-Baihaqi).

Bayangkan. Menghidupkan Lailatul Qadar adalah keutamaan. Apalagi dilakukan di tempat yang utama. Di Tanah Suci. Tentu jauh lebih utama. Namun ternyata, berdasarkan hadis di atas, keutamaan tersebut bisa dikalahkan oleh jihad (perang) fi sabilillah meski sekadar berjaga-jaga satu jam saja.

Hadis di atas dikuatkan oleh sabda Rasulullah saw.:
 
أَلا أنبئكم لَيْلَة أفضل من لَيْلَة الْقدر حارس حرس فِي أَرض خوف لَعَلَّه أَن لَا يرجع إِلَى أَهله

“Maukah kalian, aku beritahu tentang suatu malam yang lebih utama dari Lailatul Qadar? Itulah malamnya seorang penjaga yang berjaga-jaga di suatu wilayah yang menakutkan (di medang perang fi SabililLah) dan dia amat berharap tidak kembali kepada keluarganya (berharap mati syahid, pen.).” (HR al-Hakim) 

Masalahnya, bagaimana kita dapat meraih keutamaan jihad/mati syahid, sementara kita saat ini tidak dalam wilayah perang dan berada dalan kondisi damai? Masih bisakah kita meraih keutamaan jihad dan mati syahid? 

Tentu bisa. Bagaimana caranya? 

Inilah yang ketiga: Melibatkan diri di medan dakwah dan amar makruf nahi mungkar. Terutama yang ditujukan kepada para penguasa zalim. Sebabnya, Rasulullah saw. pernah bersabda: 

أَلَا إِنَّ أَفْضَلَ الْجِهَادِ كَلِمَةُ حَقٍّ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ

“Ingatlah! Jihad yang paling utama adalah menyampaikan kata-kata kebenaran di hadapan penguasa zalim.” (HR Ahmad dan Abu Dawud).

Inilah keistimewaan yang bisa menyamai keutamaan Lailatul Qadar: dakwah dan amar makruf nahi mungkar, khususnya yang ditujukan kepada penguasa.

Alhasil, selain bersemangat berburu keutamaan Malam Seribu Bulan (Lailatul Qadar) saat ini, semoga kita pun tak lupa untuk selalu antusias meraih keutamaan pahala mati syahid. Salah satunya melalui dakwah dan amar makruf nahi mungkar. Selain tentu terus melakukan upaya tafaqquh fi ad-din.

Wama tawfiqi illa bilLah wa ‘alayhi tawakaltu wa ilayhi unib. []

Oleh: Arief B. Iskandar
(Khadim Ma'had An-Nahdhah al-Islamiyah)




Posting Komentar

0 Komentar