RAMADHAN DI TENGAH PANDEMI


Ramadhan tinggal menghitung hari, tentu ada sedikit suasana yang berbeda dengan  tahun-tahun sebelumnya akibat adanya pandemic corona. Bagaimana kita tidak sedih, menurut beberapa data yang terkumpul, rata-rata hampir setiap hari ada penambahan 100 kasus pasien covid-19. Bahkan untuk saat ini saja sudah tembus di angka 2000. 

Akhirnya untuk mengantisipasi persebaran yang semakin meluas, pemerintah mengambil sikap untuk malakukan PSBB (Pembatasan Social Berskala Besar). Yang dampak dari itu semua adalah adanya pembatasan aktivitas tarawih, tadarrus, pengajian, dll .

Terlepas dari problem akibat pandemic covid-19, Ramadahan tahun ini tetap harus kita isi dengan produktivitas tinggi yang penuh arti. Karena Ramadhan merupakan bulan kesempatan kita meraih ampunan Allah SWT atas  dosa individu kita maupun ampunan atas dosa bangsa kita. 

Jangan sampai Ramadhan berlalu begitu saja tanpa adanya perubahan yang signifikan pada  kebaikan individu maupun bangsa kita. Terlebih di saat terjadinya musibah pandemic covid -19 kali ini, kita harus banyak intropeksi diri atas  semua semua musibah yang menimpa kita saat ini .
Kita patut renungkan ayat dan hadist berikut : 

“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan ‘Innalillahi wainna ilaihi rojiuun’. Mereka itulah yang mendapatkan keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (TQS Al Baqarah:155-157)

“Sesungguhnya  (wabah) tha’un itu adalah siksa yang dikirim Allah kepada orang yang dikehendakiNya. Kemudian Allah menjadikannya rahmat bagi  orang-orang yang beriman. Karena seorang hamba yang tinggal di negerinya yang tengah terjangkit tha’un, lalu ia bersabar dan mengharap ridho Allah, maka ia akan mendapatkan seperti pahala orang yang syahid.” (HR Bukhari)

Dari dua ayat di atas patutlah kita sebagai orang yang beriman menjadikan apa yang menimpa kita saat ini sebagai pelajaran berharga untuk meraih rahmat Allah SWT dengan kembali kepadaNya. Dan Ramadhan kali inilah adalah momen yang tepat bagi kita untuk melakukan taubatan nasuhah.

Taubatan nasuhan kita lakukan dengan cara taqarrub/ mendekat kepada Allah SWT baik melaui bukti fisik dan lisan, dzahir dan batin menampakkan diri menjadi pribadi yang semakin beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.
Bagaimana realisasi takwa itu? Tentunya ketakwaan itu bisa direalisasikan oleh setiap individu Muslim dengan jalan senantiasa terikat dengan hukum-hukum Allah SWT di dalam kehidupannya. Caranya adalah dengan menjadikan halal dan haram atau syariah Islam sebagai standar dalam hidupnya.

Dengan kata lain, yang halal diambil dan dilaksanakan, sementara yang haram dijauhi sejauh-jauhnya.Dan ketakwaan bukan hanya harus diwujudkan pada tataran individu, namun juga harus diwujudkan dalam kehidupan bermasyarakat. 

Inshaallah dengan ketakwaan individu dan ketakwaan masyarakat yang terwujud setelah di terapkannya Syariat Islam secara Kaffah oleh negara, maka bangsa ini semakin mendapat keberkahan dan di jauhkan dari musibah dalam bentuk apapun. Aamiin.[]

Irma Setyawati, S.Pd 
(Aktivis Muslimah Pasuruan)

Posting Komentar

0 Komentar