Anak Shaleh vs Anak Salah



Anak sholeh adalah investasi yang paling berharga di dunia ini. Anak sholeh merupakan modal jangka panjang yang tak pernah putus sampai akhir dari kehidupan ini. Ia akan menjadi jaminan berharga karena ia adalah simpanan yang tak akan pernah rugi. 

Aktifitas hariannya, akhlaknya, hafalan dan bacaan Qur’annya, langkahnya ke majelis ilmu, berdakwah, bahkan tetesan air matanya ketika berdoa dan takut kepada Allah akan tercatat sebagai pahala di sisi Allah dan akan mengalirkan pahala  kepada orang tuanya. 

Singkatnya, apapun yang ia perbuat akan mengalir pula pahala ke orang tuanya tanpa henti.

Sabda Rasulullah ﷺ,
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, dan doa anak yang sholeh.” (HR. Muslim no 1631)

Sungguh kebahagian yang tiada tara bagi kedua orang tua yang memiliki anak-anak sholeh. Merekalah yang bisa mengantarkan keduanya ke Syurga. 

 Bukan anak yang salah, yang sibuk dengan gamenya, tik tok an tiap waktu, berkata kasar dan membantah orang tua, bermalas-malasan mengkaji Islam,  menyusahkan Ibu dan bapaknya di dunia maupun di akhirat. Hingga mengantarkan keduanya ke neraka. Naudzubillah.

Teringat percakapan dengan Arham (4 tahun 8 bulan),  melihat ekspresi bunda yang tidak suka dengan tingkahnya.
Arham : “ Bunda Arham nak sholeh toh? Bukan anak salah?”
Bunda : “ Iyye, Arham anak sholeh ketika mendengar, rajin sholat ke masjid, banyak belajar mengaji dan kurang main Hp.”

Sebagai orang tua, kita akan meninggalkan dunia ini. Sehinga kita butuh modal yang banyak untuk menyelamatkan diri di hari perhitungan Allah kelak, yaumul hisab.  

Mari membangun keluarga yang mencintai Allah dan Rasul-Nya. Dengan menanamkan pondasi yang kuat sejak dini, yaitu aqidah Islam. 

Berusaha menjadi contoh teladan bagi mereka. Dan melibatkan mereka dalam setiap aktivitas dakwah yang kita.[]

Oleh Nurhidayah Ilham. SE.

Posting Komentar

0 Komentar