Kedudukan Hadits "Pahala Diam di Rumah"


Hadits yang dimaksud adalah:

الجزء رقم :43، الصفحة رقم:235
26139 حَدَّثَنَا عَبْدُ الصَّمَدِ ، حَدَّثَنَا دَاوُدُ - يَعْنِي ابْنَ أَبِي الْفُرَاتِ - قَالَ : حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ بُرَيْدَةَ ، عَنْ يَحْيَى بْنِ يَعْمَرَ ، عَنْ عَائِشَةَ ، أَنَّهَا قَالَتْ : سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الطَّاعُونِ، فَأَخْبَرَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " أَنَّهُ كَانَ عَذَابًا يَبْعَثُهُ اللَّهُ عَلَى مَنْ يَشَاءُ، فَجَعَلَهُ رَحْمَةً لِلْمُؤْمِنِينَ، فَلَيْسَ مِنْ رَجُلٍ يَقَعُ الطَّاعُونُ، فَيَمْكُثُ فِي بَيْتِهِ صَابِرًا مُحْتَسِبًا يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا يُصِيبُهُ إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَهُ، إِلَّا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ الشَّهِيدِ ".

Kalau lafazh dalam Shahih al-Bukhari lafazhnya tidak demikian, tetapi:

الجزء رقم :4، الصفحة رقم:175
3474 حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَاعِيلَ ، حَدَّثَنَا دَاوُدُ بْنُ أَبِي الْفُرَاتِ ، حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ بُرَيْدَةَ ، عَنْ يَحْيَى بْنِ يَعْمَرَ ، عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ : سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الطَّاعُونِ، فَأَخْبَرَنِي أَنَّهُ عَذَابٌ يَبْعَثُهُ اللَّهُ عَلَى مَنْ يَشَاءُ، وَأَنَّ اللَّهَ جَعَلَهُ رَحْمَةً لِلْمُؤْمِنِينَ، لَيْسَ مِنْ أَحَدٍ يَقَعُ الطَّاعُونُ فَيَمْكُثُ فِي بَلَدِهِ صَابِرًا مُحْتَسِبًا، يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا يُصِيبُهُ إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَهُ، إِلَّا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ شَهِيدٍ.

Ada perbedaan lafazh. Lafazh Imam al-Bukhari dan beberapa jalur dari Imam Ahmad adalah:

فَيَمْكُثُ فِي بَلَدِهِ
"Dia tinggal di negerinya."

Adapun dalam Musnad Ahmad dalam 1 riwayat adalah:

فَيَمْكُثُ فِي بَيْتِهِ
"Dia tinggal di rumahnya."

Adanya kesamaan rawi (kecuali gurunya mudawin kitab), makanya dikatakan:

حكم الحديث: إسناده صحيح على شرط البخاري.

Tapi ini hukum atas sanad. Bukan hukum atas matan hadits. Kalau kita bandingkan dengan berbagai jalur, maka nampak riwayat diam di rumah adalah syadz. Dari Musnad Ahmad ada beberapa jalur. Demikian juga dalam Shahih al-Bukhari, terdapat setidaknya 2 jalur. Jalur Imam Ahmad ini dari Abdus Shamad ini janggal (syadz), karena rawi Abdus Shamad menyelisihi riwayat lain yang lebih tsiqah. Sebenarnya beliau tsiqah, namun kadang keliru. 

Demikian juga dengan ungkapan و إن لم يمت (walaupun tidak meninggal dunia) adalah sisipan penjelasan dari al-Hafizh Ibnu Hajar, bukan hadits Nabi. 
قال ابن حجر رحمه الله : "اقتضى منطوقه أن من اتصف بالصفات المذكورة يحصل له أجر الشهيد وإن لم يمت ". [فتح الباري (194/10)]

Jadi riwayat mahfudz (lawan dari riwayat syadz) yang dapat dipertanggungjawabkan, baik dalam tinjauan matan maupun sanad adalah:

أَنَّهُ عَذَابٌ يَبْعَثُهُ اللَّهُ عَلَى مَنْ يَشَاءُ، وَأَنَّ اللَّهَ جَعَلَهُ رَحْمَةً لِلْمُؤْمِنِينَ، لَيْسَ مِنْ أَحَدٍ يَقَعُ الطَّاعُونُ فَيَمْكُثُ فِي بَلَدِهِ صَابِرًا مُحْتَسِبًا، يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا يُصِيبُهُ إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَهُ، إِلَّا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ شَهِيدٍ.
"Bahwa penyakit tha'un merupakan azab yang Allah timpakan terhadap siapa yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya sebagai rahmat bagi orang-orang yang beriman. Tidaklah seseorang yang berada di wilayah yang terjangkit penyakit tha'un, kemudian ia tetap tinggal di negerinya dan selalu bersabar, ia mengetahui bahwa penyakit tersebut tidak akan mengjangkitinya kecuali apa yang Allah tetapkan kepadanya, maka baginya seperti pahalanya orang yang mati syahid."

Namun demikian, diam di rumah dalam rangka melakukan pembatasan diri agar wabah penyakit tidak menyebar in sya Allah bernilai pahala, dalilnya yang lain, tidak harus disandarkan kepada Nabi seperti menggunakan hadits di atas.[]


Oleh Ustadz Yuana Ryan Tresna


Posting Komentar

0 Komentar